Pendahuluan

857 134 16
                                    

:: Kisah tentang Kukila ::

ku.ki.la kl burung

Kisah tentang Kukila adalah sebuah novel yang menceritakan tokoh sentral bernama Punai dan kukila-kukila lain dalam hidupnya.

:: Ikhtisar ::

Awalnya Punai Swastamita menyangka hidupnya baik-baik saja. Dia terlahir dari sebuah keluarga yang harmonis dan memiliki Padi--sahabatnya sejak TK--yang pintar dan humoris. Hidup Punai sederhana, tapi sungguh, ia tidak merasa kekurangan apa-apa.

Akan tetapi, sejak ayahnya meninggal dunia, Punai tahu bahwa hidupnya berubah. Bagi Punai, kehilangan ayah bukan hanya kehilangan sosok kepala keluarga, tetapi juga kehilangan cinta pertama dan sekepak sayap penyemangat yang bisa membuatnya terbang tinggi.

Kemudian, Punai melihat keluarganya sebagai burung yang terbang berpencar dari sarangnya dan kehilangan arah. Mungkin karena orang tuanya menamai Punai dan keempat kakaknya dengan nama-nama burung. Atau mungkin ... karena diam-diam, Punai memang berharap keluarganya menjadi burung saja--yang meskipun tebang jauh dan tinggi, selalu menemui jalan untuk kembali.

Punai tumbuh sebagai penyimak yang menampung semua cerita: permasalahan keempat kakaknya, kisah hidup orang-orang di sekelilingnya, juga keluh kesah ibunya yang membuat Punai sadar bahwa hidupnya tidak baik-baik saja.

Tanpa Punai sadari, ia tidak pernah menjadi penyimak untuk dirinya sendiri ... dan orang-orang juga tidak mau melebarkan telinga saat ia ingin membuka suara. Padahal, Punai tidak sekuat yang orang lihat, tidak setegar yang orang dengar, dan tidak sesempurna yang orang terka.

Punai Swastamita hanyalah perempuan biasa. Yang menginginkan peluk di tengah pelik, yang berharap kecewanya menemui jeda, yang hampir mati di jalan mimpinya sendiri, yang butuh dukungan agar tidak menyerah pada keadaan, yang sama seperti kebanyakan orang pada umumnya, ingin menemukan tempat untuk pulang. 

:: Prakata ::

Assalamu 'alaikum, semua!
Selamat datang di cerita baru Candramawa. Sudah dari lama aku mau menulis cerita bertema keluarga dan perjuangan hidup tapi selalu ke-skip. FYI, cerita ini sudah aku rewrite hampir empat atau lima kali. Sebelumnya, judul cerita ini Embun dan Halimun dan sudah aku publish bagian prolognya. Sebelumnya lagi, judulnya apa gitu ... aku juga sampai lupa. 

Ada banyak sekali alasan kenapa cerita ini selalu tertunda dan aku rewrite bahkan saat baru sampai prolog atau bab awal. Alasan utamanya adalah: menurutku, cerita ini sangat personal dan ketika nulis, aku sangat emosional. Jadi, dalam menulis pun aku masih moody. Apalagi, ini pertama kalinya aku mau menulis cerita yang tema besarnya tentang keluarga.

Cerita ini tentu berasal dari keresahanku tentang keluarga. Dulu aku mikir, bahwa keluarga itu tempat kita kembali. Rumah itu tempat ternyaman yang membuat kita ingin selalu pulang. Tapi pada faktanya, setelah aku mengamati sekitar dan pelan-pelan tumbuh dewasa, jadi muncul banyak pertanyaan di kepala: kenapa masih banyak orang-orang yang lebih bahagia menghabiskan waktu luangnya bersama teman-teman? Kenapa masih banyak orang-orang menghabiskan malam di luar supaya ketika pulang ke rumah dia cuma tinggal menutup matanya? Kenapa masih banyak yang merasa rumahnya bukan surganya?

Kemudian, konsep "Rumahku adalah Surgaku" nyatanya nggak berlaku untuk semua orang. Untuk mereka yang broken home, mungkin rumah adalah neraka. Untuk mereka yang dapat perlakuan buruk dari orang tua atau saudaranya, mungkin rumah adalah penjara. Untuk mereka yang kesepian, mungkin rumah nggak lebih dari sekadar bangunan tanpa kehidupan.

Kisah tentang KukilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang