1. Kilas masa lalu

17 1 0
                                    

Tiga pagi

     Mataku selalu terjaga hingga subuh tiba. Pagi ini aku beranjak kesekolah lamaku. Kebetulan jadwalku hari ini bukan mengajar, tapi mengisi materi untuk motivasi belajar dan menumbuhkan semangat mencintai diri sendiri. Aku sudah siap menggunakan gamis abu abu dengan cardigan putih. Aku selalu percaya bahwa penampilan menunjang tinggi tingkat kepercayaan diri. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.30, dalam susunan acara yang diberikan kemarin jadwalku pukul 09.30.

"Mbak mau ambil brownis ini. Nanti tolong kantongnya dipisah pisah ya mbak.  Terimaksih "
Aku sengaja datang lebih awal karena mau mampir ke toko roti.

Setelah 20 menit perjalanan , mobilku sudah terparkir rapi. Para pengurus OSIS menyambutku.

"Tolong ini dibagikan ke teman temannya ya. Siapa tau tadi belum sempet sarapan." Aku menyerahkan satu kotak roti yang kubeli tadi.

"Terimaksih ya Bu Adel " ucap salah satu pengurus OSIS sepertinya dia ketua pelaksana acara ini. Terlihat dari nametagnya.

"Iya sama - sama. Ini saya langsung ke Aula ?"

"Eh Iya ibu, ikut kami dulu ke ruang OSIS . Nanti kalau sudah waktunya ibu baru naik ke aula."

"Oh iya."

   Ternyata ruang OSIS yang aku tuju sama seperti 8 tahun lalu. Tidak banyak yang berubah dari tempat ini. Masih sama suasananya seperti dulu. Sejuk. Jadi rindu masa abu - abu.Aku sudah duduk ditempat yang disediakan. Kulihat banyak juga pembicara yang diundang. Ada beberapa yang aku kenal.

"Yuhuuu , Adel apakabar oyyy? Udah berpaa tahun ga ketemu " pria didepanku ini masih sama dengan pria yang kutemui 8 tahun lalu.

"Ealaaah Feb bukan ga ketemu. Kamunya aja yang sibuk banget . Padahal dulu waktu kuliah juga masih sempet aku nongkrong sama anak anak. Tapi ga pernah ada kamu. Alhamdulillah baik. Kamu gimana ? Waah keren nih pak udah kerja di Pemkab aja. Ngeri nih lihat seragamnya" ujarku bercanda. Febrian Siregar namanya. Anak tunggal dari kepala sekolah ku waktu itu.

"Alhamdulillah nih gue baik. Lu kaku banget ngomong aku - kamu. Jaga image ya lu sekarang kan udah jadi guru. Ntar takut nyeplos depan murid lu kan hahaha"

"Nah tuh tau kan. Oiyaa udah sapa guru guru belum ? Aku niatnya sih mau sekalian silaturahmi kalo abis ngisi ini."
Aku memang niat kesini selain untuk isi materi juga untuk silaturahmi.

"Yah sayangnya gue gabisa. Gue harus cabut nih. Udah ditungguin calon isteri. Mau fitting baju. Nanti undangan buat lu gue kirim online aja lah. Nomer lu ada di grup alumni kan?"

"Sayangnya aku ga ada didalam grup itu. DM Instagram aja dah daripada riweh."

"Oke sip. Gue duluan yaa, udah ditungguin Sherlin."

"Gilaaaa juga bapak ini ya langgeng dari dulu hehehe. Okeee take care yaaa."

"Oke sip. Assalamualaikum"

"Waalaikumslaam "

   Kulihat jam dipergelangan tangan ku sudah menunjukkan pukul 9.15. Pengurus OSIS sudah ada dipanku. Kami mengobrol banyak hal. Mulai dari cerita bagaimana OSIS dizamanku, tatanan sekolah ini, sampai tingkah tingkah guru.

"Dulu aula sekolah tuh ga ada pagernya, baru di pager waktu saya Bu Adel kelas 11 kalo ga salah. Waktu itu Bu Adel sama kayak kamu nih jadi ketupel HUT sekolah , kebetulan banget tuh lapangan di pager jadi anak anak yg jogetnya rusuh tinggal dikurung aja. Hahaha"

"Beneran gitu Bu ?"

"Iya beneran gitu. Soalnya anak anak waktu itu sukanya lagu yang jingkrak jingkrak , ska ska gitu . Gatau kalo sekarang, gimana?"

"Ya sama aja sih Bu masih suka tawuran ga jelas apalagi tau sendiri anak IPS kalo lagi rusuh."

"Kalo sekarang apa masih harus dorong sepeda sampai parkiran?"

"Iya masih juga kalo itu Bu. Hmm bu Adel tau gak kisahnya bu Adel itu melekat loh di kalangan anak OSIS dan anak Kharisma sampai sekarang sering diceritakan sama kakak tingkat kita dulu"

"Oh iyaaa? Jadi malu saya. Dulu kan masih remaja jadi tingkahnya absurd hehehe. Masa iya sih cerita gitu malu - maluin disebar."
Kalo diingat ingat beberapa tahun lalu seberapa gigihnya aku memperjuangkan cinta abu abu  yang cukup memalukan juga untuk dikenang. Gimana kabarnya dia sekarang ?
Entahlah semua sudah berlalu.

"Tapi banyak perempuan yang salut. Soalnya ceritanya Bu Adel mirip sama kayak di Novel."
Beberapa waktu kami berbincang kini tiba saatnya aku buat naik ke aula.

Hah, berdiri disini bukan lagi menjadi murid atau bahkan panitia rasanya bangga juga.

"Anak-anak Bu Adel yang saat ini didepan ibu, yang saat ini sedang berpikir mau jadi apa aku ini? Atau yang sedang menggebu-gebu mematokkan impian aku harus menjadi . Percaya kalo kalian semua niat baik akan kemauan dan mimpi kalian , semesta itu akan bekerja sama buat menjadikan itu semua nyata. Jangan pernah patah arah, karena semua sudah ada patokannya masing masing dan takdir masing masing jadi gaperlu membandingkan diri dengan orang lain yang bahkan belum tentu lebih baik daripada kita. Love yourself always. See u soon dear. Sampai ketemu lagi ya anak - anak ibu. Maaf juga kalo ibu salah dalam bertutur kata. Terimakasih . Wassalamu'alaikum"
Ucapku sebagai penutup materiku hari ini. Anak anak mulai menyalamiku. Bagian yang paling gapernah aku sangka dan bayangkan bahwa tangan mungilku ini akan dicium banyak manusia lain.

"Terimaksih banyak ya Bu Adel."

"Iya sama sama mas. Kamu ketua OSISnya ya?"

"Iya Bu Adel. Mari saya antar."

"Oh ga perlu mas, saya mau ke kantor dulu. Kantornya tetep kan?" Tanyaku

"Iya ibu tetap. Ini untuk ibu, dan ini kenang kenangan khusus dari kami. Mohon diterima"

"Wah bagus sekali. Ini kolasenya kalian bikin sendiri? Dapat wajah saya darimana ini ? " Gurauku.

"Maaf ibu kami ambil dari CV ibu" jawab ketua OSIS ini gugup.

"Eh gausah gugup gitu, saya bercanda aja. Ini saya ga bisa terima. Untuk kalian saja. Buat makan makan bareng. Ini saja yang saya terima terimaksih akan saya simpan baik baik ini. Salam ke teman teman ya semangat bertugas." Ujarku

"Baik Bu, terimakasih banyak ya Bu. Semoga ibu selalu dalam lindungan Nya. Lain kali main kesini lagi ya Bu, tapi tidak dalam forum acara sekolah. Sharing gitu Bu? Kalo ibu berkenan. "

"Iya nanti ibu kabari teman seangkatan aja biar makin rame. "

"Mari saya antar saja Bu."

Setelah aku mengambil kue dari mobil. Aku diantar oleh ketua OSIS menuju ruang guru. Ruangan yang dulunya sering aku kunjungi.

"Silahkan Bu. Sekali lagi terimakasih Bu Adel. " Pamitnya

"Iya sama sama."

Kulihat tidak begitu banyak yang dirubah disini. Mungkin hanya tatanan letaknya saja.
"Assalmualaikum"

"Waalikumslam. Masyaallah Nak Adel. Apakabar? Masyaallah makin ayu e" suara Bu Endang menggelegar. Bu Endang ini adalah salah satu guru favoritku. Yang menemaniku ikut kelas debat bahasa.

"Baik ibu, ibu apakabar ?"

"Baik Nak, sini ayo duduk dulu."
Lalu kami mengobrol banyak hal. Bersama. Hingga suara salam terdengar tidak asing ditelinga.

"Assalamualikum"







Bersambung

AgasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang