4. H-3

4 1 0
                                    

   Beberapa hari kedepan aku akan menikah dan akan menjadi seorang isteri. Orang tua kami telah memingit kami. Bukan menjadi hal yang berat apalagi aneh aku dan calon suamiku sudah terbiasa dengan jarak. 

"Del, jangan lupa besok mulai puasa biar riasannya bikin panggling"

"Iya bunda."

"Coba di cek di list apa aja yang belum siap, Del ! Kamu ini jangan leha-leha mulu."

"Udah semua kok bunda. Cathering kan bunda yang pegang. Udah beres emang?"

"Udah. Bunda tinggal dulu ya. Oh iya jangan lupa luluran !"

"Iya bundakuuuu"

   Calon suamiku adalah seorang dokter gigi. Kami mengenal saat dia tengah mengisi penyuluhan disekolahku satu tahun lalu. Romi namanya, pria berkulit putih pucat. Saat itu aku kira hubungan kita awalnya hanya sebatas hari itu saja, namun sayangnya dia meminta nomor ponselku dan mengantarku pulang. Saat itu hujan lebat pukul 3 sore dan aku kebetulan berangkat bareng bapak ojol. Sepanjang perjalanan obrolan kita pun hanya sebatas pekerjaan yang kita geluti masing-masing. Sampai hari-hari dimana dia semakin sering menjemputku disekolah, kita mulai mengenal lebih dalam lagi. Mulai dari kisah masa lalu nya yang pelik, hijrahnya dia hingga bisa menjadi sosok Romi yang ku kenal saat ini, alasan menjadi dokter gigi, bahkan kita sempat nonton konser band indie favorite kita. Sampai akhirnya ia melamarku dihadapan orangtuaku. Dan saat ini menjadi satu-satunya pria yang akan seumur hidup bersamaku. Sudah 5 hari kami tidak bertemu, jika tidak bertemu mungkin tidak akan menjadi masalah bagi ku. Orangtua kami melarang kami untuk berkomunikasi , apapun itu entah hanya sebatas percakapan online pun tak diperbolehkan. 

  "Braaak" 

"Praaank"

  Kudengar suara gaduh dari bawah. Dari ujung tangga samar-samar aku melihat mas Romi dan keluarganya. Bunda sudah terisak disana.

"Nak Adel maafkan kami, pernikahan ini harus dibatalkan."

Suara itu, suara Papa Mas Romi. 'Apa aku tidak salah dengar. Ah aku masih dalam alam mimpi kan '

"Silahkan kalian jelaskan sendiri pada putri kami. Dan kamu Romi, Ayah benar - benar tidak menyangka nak Romi akan melakukan hal setega ini pada kami."

   Mas Romi mengajakku duduk di dapur. Aku masih terkejut dengan apa yang terjadi barusan,aku berharap ini masih menjadi mimpi. Aku masih tidur nyenyak di kasur memakai baju piyama merah muda.

"Adel"

"Mas, tolong ini cuma mimpi Adel kan?"

"Adel, mas minta maaf. Mas tidak pernah berharap ini akan menimpa pada kita."

'Ah jadi beneran ya ini bukan mimpi, dan aku tidak jadi menikah '

"Aku bener-bener khilaf, waktu itu aku capek banget belum lagi pasienku yang banyak. " Kulihat dia menghela nafas dan melanjutkan cerita.

"Aku tidak sengaja menghamili Diana." Ucapnya lirih. Tunggu apa katanya tidak sengaja? cih udah salah masih aja bisa-bisanya membela diri.

"Usia kandungannya 2 bulan."

"Jadi kalian melakukannya saat aku ini sudah menjadi tunanganmu?"

"Maaf sekali lagi Adel, aku minta maaf. Aku tidak sengaja. Aku dijebak."

"Masih mau mebela diri Mas?"

"Malam itu Diana datang membawa makan malam, karena kebetulan kita jaga bersama. " Lanjutnya becerita. Aku tidak berminat mendengarkannya, bahkan menanggapinya saja sudah enggan. Jika ditanya aku marah atau tidak jelas tidak akan ada perempuan yang baik-baik saja diposisiku.

"Malam itu kebetulan tidak ada pasien, kita berdua berbincang sebagai teman. Entah kenapa itu terjadi begitu saja. Kita terbangun dengan keadaan yang sama-sama syok Del waktu itu. Yang ada dipikiranku saat itu kamu Del, cuma kamu"

Kini tangannya menggenggamku erat.

"Saat ini untuk muncul didepanmu saja aku malu. Sangat malu. Bagaimana bisa aku melakukan hal keji ini  ke kamu. Aku gabisa melanjutkan ini Adel meskipun aku ingin, aku bahkan harus resend dari rumah sakit., aku akan menjadi ayah Del"

"Dan lu seneng mau jadi ayah ?" aku tidak habis fikir dengan pria depanku ini, bagaimana bisa dengan seorang dokter yang aku kira berpendidikan tinggi bisa melakakukan hal seperti itu. Ah, bener ternyata kalau kita gabisa memandang sikap sesorang hanya karena sebuah pekejaan. Pekerjaan apapun itu bisa saja melakukan hal keji itu.

"Akan lebih seneng kalo kamu yang hamil anak   ...ku." ucapnya sedikit tersendat. Apa dia ini tidak memiliki hati nurani, apa dia ini tidak sadar kata-kata yang dia ucapkan itu sungguh tidak pantas. Sungguh ini tidak pernah terbesit dipikiranku. Bahkan hubungan kita selama ini selalu baik bertengkarpun masih bisa kita selesaikan dengan baik-baik.

"Izinkan Diana menjadi pengantinku nanti." Ucapnya 



Bersambung 



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AgasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang