"Assalamualikum"
"Waalaikumslam"
Aku menoleh ke sumber suara yang tak asing. Suara yang terakhir aku dengar 5 tahun lalu. Saat ucapan perpisahan sekolah. Masih sama. Dia adalah lelaki yang sempat membuat masa putih abu-abu ku merekah indah sebelum pudar."Eh Mas Agas. Sini nak, kebetulan. Masih inget kan ini siapa?"
Ku lihat dia tersenyum menanggapi pernyataan Bu Endang.
"Masih kok Bu." Ucapnya sambil mencium tangan Bu Endang.
"Halloo Adel, apakabar?" Manik mata itu. Mata yang sempat membuatku kalut akan rindu. Waktu itu.
"Baik Agas. Kamu juga baik kan ?" Sapaku balik.
"Iya."
Tidak terasa sudah hampir dua jam aku dan Agas terjebak dalam obrolan masa lalu bersama Bu Endang. Memang waktu bakalan berasa cepet banget kalo udah bahas yang pernah terjadi dan ketemu orang orang dari masa lalu yang kita ada dalam ceritanya.
"Bu Endang saya pamit dulu ya Bu, soalnya abis ini saya ada acara lagi. Bu Endang sehat-sehat ya biar nanti bertemu lagi. Insyaallah." Ucapku undur diri.
"Iya nak Adel, kamu juga. Sering - sering kesini yaa." Bu Endang memelukku
"Iya ibu. Saya pamit. Asslamualaikum"
"Saya juga pamit sekalian Bu." Ucap Agas menyusul.
Baru beberapa langkah keluar dari kantor. Agas mensejajarkan langkahnya denganku. Koridor ini mengingatkan kisah kami beberapa tahun lalu."Adel. Sekarang sibuk apa ?" Suara Agas menginterupsi. Aku sebenarnya tidak berminat untuk sekedar mengobrol. Karena resiko jatuh cinta kembali dengan sosok yang udah pernah mengisi hati itu memiliki peluang lebih besar daripada jatuh cinta dengan orang baru.
"Ya gini-gini aja. Masih sibuk jadi pendidik." Jawabku seadanya
"Aku tadi merhatiin kamu di Aula. U did it well Del. Bangga banget rasanya jadi orang yang kenal kamu."
"Hehehe. Terimaksih. Ngomong - ngomong kamu ada perlu apa kesini? " Tanyaku
"Isi acara juga. Tepat setelah kamu."
"Oh yaa? Aku ga merhatiin roudown" jawabku apa adanya
"Ke kantin dulu yuk. Sekalian nyapa Bu Susi"
Rasanya ingin sekali menolak ajakan Agas. Tapi lidah ku seolah kelu, dan kepalaku refleks mengangguk yang berarti mengiyakan ajakan Agas. Terlihat bangunan kantin telah direnovasi. Tapi suasana nya masih asri, masih sama , menyejukkan.
"Kamu mau apa? Risol dan ultramilk biru? " Tanya Agas , sesampainya di kantin.
"Boleh, kalo ada sih." Ucapku
Sebenarnya sedikit terkejut ternyata lelaki didepanku masih mengingat sepenggal kisah itu."Okay."
Ini yang aku takutkan ketika bertemu Agas. Banyak hal yang tadinya lupa jadi kembali teringat. Kurang ajar memang. Aku telah mati-matian menahan bertahun tahun. Dia seenaknya datang dalam sekejap membuyarkan segalanya. "Hmmm no Adel. Dia baik dan masih ingat karena emang dasarnya dia baik dan pengingat yang baik sekarang jaga hati . Jangan baperan. Inget bentar lagi mau nikah."
Ya sebentar lagi memang aku mau menikah tepatnya bulan depan. Dengan lelaki yang telah meminangku bulan lalu."Adel. Aku tau perpisahan kita waktu itu emang baik-baik. Tapi aku juga ga mengelak kalo banyak hal yang masih harus diselesaikan." Agas sudah duduk didepanku membawa beberapa piscok, risol, susu uht dan freshtea favoritnya. Ah dia masih sama seperti dulu ternyata. Tidak berubah.
"Yang berlalu bukanya ga perlu lagi di bicarakan ya , Gas? Kenapa tiba-tiba harus di bicarakan lagi?"
"Karana ada hal yang harusnya kamu tau memang."
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Agas
Teen FictionMari bersama mengitari Andromeda -Aku udah bilang kan kalo sama kamu aku gak bisa. -Belum bisa bukan gak bisa Adel, siniin tangan kamu. Kamu bisa, kita bisa kok. Jadi jangan bilang seperti itu lagi ya. Kehidupan Adel dan pernikahan bersama lelakiny...