liburan

1K 26 3
                                    

Yeah! Akhirnya selesai juga ujian akhir semester, tinggal menunggu semester lima yang tiga bulan lagi akan dimulai, jadi diliburan yang lumayan panjang ini, aku bersama sahabatku mencoba merealisasikan rencana kami untuk berkemah.

Berkemah di hutan mati!

Hahaha! Bukan di hutan mati, kami tidak segila itu, tapi kami memilih salah satu gunung yang ada di kota sebelah, gunung yang cukup tinggi dan sangat sering dijelajahi oleh para pendaki!

Aku jadi tidak sabar, soalnya ini adalah pengalaman berkemah bersama kekasihku tercinta.

Pukul tiga sore aku datang ke rumah Riska, rencananya kami memang pergi dari sana. Ardi, pacarku yang akan memimpin karena ia memang sering mendaki, sementara Riska sendiri membawa pacarnya Rangga yang juga teman sekelas kami, Sofi dan Riana turut serta jadi kami pergi berenam.

Sebetulnya kami sepakat berkumpul pukul sebelas siang, namun aku harus terlambat datang.

"Kemana aja?" Sapa Riana ketus saat kami tiba, kami terlambat karena Ardi mengajakku makan siang dahulu, berdua. Hihihi jahat ya!

Aku nyengir sambil mengangkat tangan membentuk huruf V, Riana mendengus sambil berjalan menuju kamar Riska, Yap kami memang sering ngobrol cantik disini karena Riska tinggal sendirian, keluarganya ada diluar kota, ia tinggal di kota ini dengan asisten rumah tangga yang jam kerjanya hingga pukul tiga sore saja.

"Wih udah siap aja?" Tanya gue saat melihat tas mereka sudah menumpuk dipojokan kamar Riska.

"Iya dong, habis nunggu Lo lama! Lagian sejam lagi kita harus berangkat."

"Gue juga udah sih, ada semua di mobil Ardi, tinggal gue pindahin." Gue nyengir lagi membuat Riana kembali berdecih aku tak tahu Riana sepertinya sensitif sekali hari ini.

---

Waktu berlalu kami berenam menaiki mobil rental milik teman sekelas Ardi yang akan membawa kami menuju kota sebelah, sengaja kami tidak membawa mobil karena mungkin saja untuk perginya kami masih siap, tetapi untuk pulang setelah kami berkemah kami takut kelelahan jadi kami memilih untuk menyewa mobil saja menuju tempat tujuan.

Jadi, sesampainya disana teman Ardi yang bernama adebertindak sebagai supir segera kembali ke kampus.

Ardi duduk didepan dengan Ade, aku Riana dan Sofi duduk ditengah sementara Rangga dan Riska duduk dibelakang bersama beberapa tas karena bagasi yang kurang muat.

----

Sebelum kami sampai ke ketempat kemah, kami harus memasuki kawasan hutan, disana dalam sana sudah ada beberapa spot yang memang digunakan untuk kemping, jika mau kita bisa naik keatas untuk sampai puncak gunung.


Rangga melirik jamnya "di istirahat sejam langsung naik deh, gimana? Biar gak terlalu malam, kita istirahat di atas aja?"


Ardi iku melirik jamnya, "cukup kayaknya lagian anak-anak cewek sepanjang perjalanan tadi juga tidur."


Setelah sepakat kami akan pergi satu jam dari sekarang, sebelumnya kami mengisi data dahulu dipos pertama, lalu mengecek persediaan kembali dan mengecek kesehatan dasar seperti tensi darah.

Satu jam berlalu, kami akhirnya memanggul tas kami dan mulai memasuki kawasan hutan, beruntung tas kami para wanita tidak terlalu besar, kasian betul Ardi dan Rangga yang harus memikul beban seberat itu.


"Berat gak di? Mau gantian?" Tawarku saat kami sudah setengah jam berjalan, Ardi menggeleng lalu tersenyum ia menepuk puncak kepalaku dari belakang.


"Capek?" Tanyanya, aku menoleh lalu menggeleng, tak lupa aku tersenyum kala melihat senyuman yang Ardi berikan juga untukku. Memabukan! Aku selalu menyukai senyumannya.


Rangga menjadi pemimpin didepan, dibelakang Rangga ada Riska disusul Sofi, Riana kalau aku, dibelakang ku Ardi siap sedia menolongku saat aku hampir tergelincir atau sudah oleng tak terhitung berapa kali kami berhenti, perjalanan yang seharusnya hanya dua jam berubah menjadi tiga setengah jam.

Kami berhenti saat mendapati tempat yang cukup luas, disana juga ada kubangan yang penuh dengan kayu bakar sepertinya tempat ini baru saja ditinggal oleh orang-orang yang baru saja menginap disini.


"Di disini aja kayaknya."

"Diatas lebih bagus padahal."

"Cewek-cewek udah gak kuat." Protes Rangga.

"Sumpah gue udah gak kuat." Sofi mengangkat tangannya keudara, nafasnya sudah ngos-ngosan, bukan hanya Sofi, Riana dan Riska pun sama.

Aku? Jangan ditanya bukan nafasku saja yang ngos-ngosan tapi kakiku rasanya kebas.

"Ya udah buat tenda." Ajak Ardi, sepertinya Ardi dan Rangga sama sekali tidak capek, mereka langsung bergegas membuat dua tenda, tenda untuk laki-laki dan perempuan pastinya.

Setelah dua tenda berhasil berdiri kami masuk ke tenda kami masing-masing, para cewek masuk ke tenda dengan membawa peralatan seadanya karena tas kami disimpan ditenda cowok yang masih luas karena ditempati hanya oleh dua orang saja.

---

Malam semakin larut, udara semakin dingin saja, kami sudah tidak sabar menunggu Ardi yang membuat mie instan untuk kami, sedangkan yang lainnya minus Riana malah asyik berkumpul didepan api yang sedang menyala demi menghalau dingin yang menerpa tubuh kami.

Riska dan Sofi sibuk bernyanyi diiringi tepuk tangan Rangga, sedangkan Riana ikut membantu Ardi membuat mie. Aku tidak ikut bernyanyi mataku terus saja menatap Ardi, menatap kekasihku yang begitu aku cintai, yang rela menerima kekuranganku dan menemani hidupku yang kurang beruntung ini.


Mataku melebar saat melihat Riana yang terkena panci Manas, bukan! Bukan karena hal itu tapi setelahnya saat Ardi dengan raut wajah khawatir langsung memasukan jari Riana kedalam mulutnya lalu menghisapnya, lalu meniupnya dengan hati-hati.

Keduanya tersenyum hangat, sehangat api yang berkobar didepan wajahku, entah mengapa aku merasakan sedikit terganggu dengan kedekatan mereka tadi, ah rasanya tidak hanya tadi, tetapi juga hari-hari kemarin.

Ardi pernah rela membiarkanku pulang malam sendirian demi mengantarkan Riana bertemu orang tua nya.

Ardi pernah melupakan janjinya denganku karena harus belajar bareng dengan Riana.

Ardi yang rela hujan-hujanan saat kita naik motor bersama karena Riana meminjam jas hujan miliknya.

Masih banyak lagi, mereka begitu dekat, hah! Wajar saja! Riana adalah sahabatku jadi wajar saja bila Riana dan Ardi juga bersahabat bukan?

"Sayang?"

Aku tercekat saat tiba-tiba saja Ardi duduk di sebelahku, ia menyodorkan mie kuah kepadaku, "jangan melamun di hutan seperti ini." Tegurnya.


Tersenyum adalah balasan terbaik untuk perkataannya saat ini, kami berdua menikmati makanan kami dalam diam, sampai makanan kami tak bersisa.

"Dingin?" Tanyanya membuka pembicaraan.

"Iya."

"Sini." Ardi mengambil tanganku lalu menggenggamnya, ia menggosokkan tangannya dengan tanganku lalu meniupkan hawa panas yang langsung menjalar ke hatiku



Ah! Aku terllau cemburu! Lihat saja Ardi begitu perhatiannya kepadaku bukan?


---

Tersesat Di HutanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang