2. Strategi Mantan

42.4K 7.5K 645
                                    

"Kalau cinta sudah tidak ada, enaknya maksa gimana ya?"

— Jomblo yang ingin kembali pada mantan.

Setelah gencatan senjata selama beberapa hari, akhirnya kami akan bertemu. Untuk konsolidasi. Demi tiga belas tahun yang berada di antara tong sampah dan vendor pernikahan. Ini antara hidup dan mati. Aku harus keluar dari 'medan perang' ini dengan kemenangan.

Aku sudah ke salon untuk merapikan rambut agar dipotong pendek sebahu, dicat hitam agar terlihat lebih segar dan polos. Persis ketika SMA dulu. Untuk pertama kalinya bahkan aku melakukan ekstensi bulu mata jenis paling natural. Alis sudah kurapikan. Luluran dari kepala sampai jari kaki tamat! Menicure, pedicure, scrub wajah, masker wajah. Kalau head to head to toe berhadapan dengan orang yang mau menikah besok, aku yakin aku tidak kalah! Baju saja sudah baru. Karena Bara paling suka kalau aku tidak make up, jadi aku sengaja melakukan perawatan ekstra supaya tidak perlu make up yang tebal. Aku juga menyewa seorang make up artist yang terkenal dengan dandanan naturalnya. Dia saja sampai kaget ketika kuberi tahu bahwa dandanan ini hanya untuk sebuah pertemuan dengan mantan. Kalau saja behelku bisa dilepas sekarang, juga tentu akan kulepas! Sayang dokterku tengah sedang sakit.

Ya, sebuah pertemuan penting yang akan menentukan masa depan. Sebodo amat dengan rogohan kocek yang dalam. Ini investasi, bukan spendingpengeluaran!

Dengan terusan dress selutut warna putih, dan heels sepatu berhak sepuluh senti warna sand Bally, aku melangkah dengan percaya diri ke tea house di Plaza Senayan.

"Hai, Bar.," Aku tersenyum.

Bara yang sudah duduk dengan rapi di sisi jendela tersenyum tipis. Aku bisa menangkap ekspresi penyesalan Bara kenapa menyadari aku yang terlihat spektakuler hari ini. Satu – Kosong1-0. GAME ON!

"Hai, Gal.," Bara garuk – -garuk kepala. Yes, itu artinya dia berpikir aku sedang sangat cantik.

"Maaf ya., Uudah lama nunggu?" Aku bertanya sembari duduk. Aku sSengaja datang telat supaya kehadiranku terkesan spektakuler dan tidak menanti Bara.

Bara menggeleng. "Nggak kok, santai aja.," Bara menggeleng.

Duh, kenapa jadi deg- – degan gini ya rasanya? Seperti kencan pertama.

"Kamu udah pesan?" Aku bertanya sambil menyibakkan rambut ke belakang telinga, sengaja ingin m. Memperlihatkan anting kecilku yang bersinar. Melihat adegan film Athirah ketika si ibu memakai anting dan suaminya jadi kangen sungguh menginspirasi. Patut dicoba! Pokoknya, apapunsemua amunisi yang kupunya, akan kukeluarkan hari ini. Siang ini juga!

"Belum. Nunggu kamu," jawabKata Bara sopan.

"Aku pesan first kiss.," Aku sSengaja mempesan minuman ini, supaya Bara agak berimajinasi mendengar katanya.

Omong kosong?! Kenangan adalah senjata paling dahsyat dalam pertempuran cinta. Kita lihat saja nanti.

Bara mengangguk, kemudian dia memanggil pramusaji dan menyebutkan pesananku dan pesanannya. Like a gentleman. Like always.

"Jadi gimana kabar kamu? Kayaknya baik ya?" Bara tersenyum kecut.

Ada yang mulai merasa tidak dibutuhkan.

"Ya gini aja. Kamu gimana?" Aku balas tersenyum, mencoba seumringah.

Duh, Bara, mau sampaie kapan sih nanya kabar?!

"Baik, kantor makin sibuk.," Bara mengangguk, sesekali membuang pandangannya keluar.

"Oh.," Aku ikut mengangguk.

"Kamu kalau hari ganjil jadinya gimana?" Bara akhirnya bertanya.

Cieee..., khawatir, kan?

"Jadi Ya gitu, berangkat jadi pagi banget." aAku manyun, "berangkat jadi pagi banget." supaya kelihatan manja menggemaskan. Memalukan? Peduli amat! Yang penting Bara bisa kembali ke pelukanku.

Ganjil-Genap [Published]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang