Bulu kudukku merinding. Kaki terasa berat dilangkahkan. Pandanganku nanap. Di ujung gedung nampak ruangan yang kutuju. Tepat di atas pintunya bertuliskan 'Kamar Operasi'. Di sisi kiri kanan dipenuhi oleh orang-orang yang duduk gelisah. Wajahnya berbalut kegusaran.
Hatiku bimbang. Terus melangkah atau mundur teratur. Kuraih tangan mantan pacar yang berjalan disisku. Merangkulnya untuk menguatkanku. Dia segera memelukku. Seakan tau yang berkecamuk dalam benakku.
Tak terasa kami sudah berada di depan pintu ruangan itu. "Masuk aja. Buka pintunya" suami meyakinkanku. Kebimbanganku menguap ke udara. Apapun yang terjadi aku harus masuk. Sebentar saja. Buah hatiku ada di sana. Yang penting sudah melihat dia. Puas hatiku.
Perlahan ku buka pintunya. Seorang perawat sedang menerima telpon. Seolah tak melihat kehadiranku. Kutunggu. Dia masuk ke dalam ruangan yang berada di dalam. Kuikuti. Kuintip.
Hatiku melonjak, terlihat wajah yang sangat kukenal. Aku harus menghampirinya. Seorang perawat memanggilku. "Ada apa bu?. Saya mau lihat anak. Itu dia kataku ragu. Khawatir tak diperbolehkan. "Masuk aja bu, pakai baju, tuh...ada dibalik pintu" perawat mengizinkanku masuk. .
"Dia sedang sakit. Obat biusnya sudah habis. Tadi kami telpon, ibu sedang diluar" kembali terdengar suara perawat. Kapan perawat nelpon. Kami sudah menunggu. Kok nggak ada informasi. Makanya nekat ke ruangan ini, batinku. Tak ingin memperpanjang persoalan. Kucuekin omongan perawat.
Segera kupakai baju hijau. Khawatir perawatnya berubah fikiran.
Dengan hati cemas kudekati tempat tidurnya. Terlihat dia memejamkan mata. Menyadari kehadiranku. Air matanya semakin kencang mengalir. Membanjiri wajahnya.
"Bunda....sakit banget", suaramu lirih. Butiran air panas kembali mengalir deras. Hidungmu dipenuhi cairan yg menempel di selang oksigen. Kepalamu dibalut kain tipis berwarna hijau. Pasrah di dalam pelukan selimut putih.
Kutebarkan pandangan ke seluruh ruangan. Ruang steril ini tidak terlalu besar. Berjejer dipan yang tertata rapi. Hanya tiga orang pasien. Ditemani dua orang perawat. Satu orang pasien asyiiiik bercerita dengan perawat.
Hatiku hancur. Berbagai pergolakan berkecamuk. Hiruk pikuk berkeliaran dibenakku. Rasa bersalah tiba-tiba menghimpit dadaku. Sesak
Kucoba melawan agar sungai itu tidak jebol. Tapi percuma. Ia mengalir deras membasuh mukaku.
Melihatmu terkapar tak berdaya. Ibu mana yang kuat. Berkelabat keinginan menggantikan posisinya. Tuhan....biar aku saja yang merasakannya. Pindahkan rasa sakit itu.
Jutaan pengharapan kukirim melalui udara. Dengan segenap amalanku maka kabulkanlah doaku ya Tuhan Yang Mah Baik. Ambillah rasa sakit itu. Biarkan dia tenang, terlelap dalam tidurnya. Biarkan dia mengira ini hanya mimpi. Yang akan hilang ketika dia terbangun.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAPETAKA JARUM PENTUL
Short StoryJarum pentul, benda berbahaya walaupun kecil. hati-hati dengannya yang bahkan bisa membuat infeksi seseorang. Jarum pentul patut diwaspadai.