《Arkana Putra Alkharis》

139 7 1
                                    

Nilai seorang lelaki itu bukan terletak pada wajah yang menawan, tetapi cara dia menghormati wanita.

~Penantian Halal~

***

Tok..tok..tok

"Assalamu'alaikum, ustadz."

Terdengar ketukan pintu bersamaan dengan suara salam muridnya.

"Wa'alaikumussalam, Masuk."

Pintu terbuka menampilkan seorang wanita yang sangat familiar.

"Ada apa, Nafisah." ucap Arka tak suka basa basi. Nafisah, nama murid Arka sekaligus anak dari pemilik pondok pesantren Nurul Qur'an.

"Maaf ustadz, Nafisah disuruh abi untuk memanggil ustadz." Ucap Nafisah dengan pandangan kebawah sambil memilin ujung jilbabnya.

"Untuk apa?" Tanya Arka, ucapan Nafisah terlalu terbelit-belit.

"Nafisah tidak tau. Tapi yang pasti abi menyuruh ustadz untuk menemui beliau di tempatnya." Nafisah masih menunduk, tidak berani menatap Arka.

"Oke."

Singkat, jelas, dan padat itulah sikap Arka yang berprofesi guru di pondok pesantren Nurul Qur'an yang mempunyai sejuta pesona, bagi siapa saja yang melihatnya akan jatuh hati padanya. Banyak santriwati yang mengagumi dirinya dalam diam, ada juga yang nekat mengirim surat untuknya yang kemudian di letakkan di kolong meja guru, tapi tidak Arka baca. Apalagi dengan kenyataan status Arka yang masih single. Semakin gencar santriwati yang ingin  dikhitbahnya.

***

Setelah mendapatkan panggilan dari kyai Manshur, Arka kembali ke kelas untuk mengajar kelas yang ditinggalkan satu jam yang lalu.

Kelas yang semula ramai menjadi hening setelah dirinya memasuki kelas. Tak ada satu pun yang mengeluarkan suara.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Sahut semua yang ada di dalam kelas.

Arka berjalan menuju mejanya setelahnya menaruh buku yang di bawanya ke atas meja.

"Oke anak-anak ,kita sambung pelajarannya lagi. Siapa yang mau setor hafalan surah ar Rahman,silahkan maju!" suruh Arka kepada santriwan yang ada di hadapannya.

"..."

Hening..tak ada jawaban dari mereka.

"Yang mau maju duluan saya kasih nilai tinggi deh sekaligus dapat hadiah dari saya sendiri." Ucapan Arka membuat suasana kelas semakin heboh... Ada salah satu murid yang bertanya, "Hadiahnya apa ustadz?"
Ada juga santriwan yang sedang menghafal kitab dengan serius.

Dengan sikap muridnya yang seperti itu, Arka hanya bisa tersenyum sambil memandangi murid-muridnya yang cukup menggemaskan.

Perlu diketahui, Arka memang sangat dingin sikapnya saat menghadapi santriwati. Tetapi berbanding 90° saat menghadapi santriwan, ia seorang yang periang,pandai bergurau,dan selalu memberi semangat pada muridnya yang membuat muridnya tidak bosan saat menghadapinya.

"Ustadz! Saya sudah hafal," teriak salah satu anak dari barisan tengah.

"Musa! silahkan maju ke depan nak!" perintah Arka pada anak yang bernama Musa tersebut.

Musa berjalan dengan sangat giat ke arah Arka. "Bismillahirrohmanirrohim..Ar Rahmān..'Allamal qur'ān..Khalaqal insān.." Arka menikmati setiap bacaan yang dilantunkan oleh Musa, anak kecil berumur sekitar 6-7 tahun itu memang sangat bersikukuh dan bercita-cita menghafal Al Qur'an 30juz.

Saat pertama kali Musa masuk ke pasantren, Arka sangat penasaran alasan dia ingin sekali menghafal Al Qur'an. Arka menghampiri Musa yang pada saat itu berada didalam masjid sambil melantunkan hafalannya, "Assalamu'alaikum, Musa," salam Arka kepada anak kecil itu. Musa memberhentikan hafalannya dan menjawab salam Arka,"Wa'alaikumussalam, ustadz"

"Ustadz ingin bertanya, Apa alasan Musa yang sangat ingin sekali menghafalkan Al Qur'an?"

"Musa pernah membaca hadist Tirmizi yang isinya;
“Penghafal Quran akan datang pada hari kiamat dan AlQuran berkata: “Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia. Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan). AlQuran kembali meminta: Wahai Tuhanku, ridhailaih dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga). Dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” Musa nggak pengen masuk neraka, musa pengen ketemu sama Nabi Muhammad saw. Musa juga pengen orang tua Musa masuk surga. Makanya, Musa bersemangat belajar Al Qur'an. Biar bisa masuk surga sama Abah sama Umi. Terus biar bisa kaya ustadz Arka." Jawabnya penuh semangat.
Arka tidak bisa bayangkan anak sekecil Musa yang haus akan ilmu Al Qur'an dan sangat memuliakan orang tuanya. Masya allah...
 
"Shodaqaallahuladzim.." hafalan Musa berhenti pada ayat 25 surah Ar Rahman, Arka terbangun dari lamunannya sambil tersenyum kearah Musa.

Musa membalas senyuman Arka sambil bertanya, "Ustadz, katanya ada hadiah dari ustadz. Apa hadiahnya ustadz?" Katanya sambil menyodorkan tangan kanannya kearah Arka.

"Musa maunya apa?"

"Hmm..." Musa meletakkan jarinya di dagu dengan pandangan ke atap. Tanda sedang berpikir.

Arka terkekeh gemas sambil meletakkan tangannya dipuncak kepala Musa, mengacak kopyahnya.

"Traktir mie ayam kang Arif," ucapnya dengan senyum lebar, menampakkan gigi susunya yang putih.

"Oke. Tapi jangan sekarang, Musa duduk dulu. Ustadz mau mengecek hafalan santriwan lain dulu." timpal Arka dengan senyuman terbaiknya.

"Baik, ustadz."

Kemudian Arka melanjutkan kegiatannya, mengecek hafalan santriwannya.

____________________

Assalamu'alaikum, maaf up lama. Aku harap kalian masih suka sama PH. Kalau nggak suka jga nggakpp kok:)

VommentNya jgn lupa yaa...

Comen yang banyak inshaallah fast uptade.


Suwun♡.

Tegal, 27 Januari 2019

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[RSS] Penantian HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang