I hate this fact

58 8 2
                                    


"Pulang sekolah, lo mau kemana lagi? " Tanya Adel.

"Ke tempat biasa aja" Jawah Anggi datar.

"Kali ini lo pergi sendiri yah, gue ada urusan "

"Hm"

"Ya,  udah. Kantin yuk! " Adel menarik lengan Anggi ke kantin. Tapi Anggi menolak.

"Gue masih kenyang, lo dluan aja! "

Adel hanya mengangguk, lalu pergi meninggalkan Anggi sendirian,  dia tahu bagaimana sikap Anggi.  Sebenarnya Adel tidak tega melihat sikap sahabatnya yang berubah sejak dua tahun lalu. Dia tidak lagi melihat Anggi yang ceria,  ramah,  bahkan sangat banyak bicara. Tapi sekarang semua berubah.

***

Sepulang sekolah Adel dan Anggi berpisah. Sekarang Anggi berada di sebuah kafe yang sudah menjadi tempat favoritnya. Kafe yang tidak terlalu ramai membuat Anggi menjadi tenang dan damai.

Anggi selalu kesini setiap pulang sekolah, menikmati coklat panas kesukaannya.

Baginya menikmati coklat panas dapat membuatnya lupa atas apa yang telah terjadi dan hanya memberi kehangatan di dalam hatinya.

Dia akan berada disini sampai kafe tutup lalu pulang ke rumahnya. Itulah kegiatan rutinnya selama dua tahun terakhir.

Dringggg.

Hp Anggi berdering tanda pesan masuk.

"3 hari ke depan gue bakalan balik ke Indonesia"

Anggi tersenyum sinis lalu meletakkan hpnya kembali ke atas meja.

"Semoga pesawat lo jatuh ke laut"

***
Ceklek

Anggi membuka pintu kamarnya lalu berbaring di atas tempat tidurnya,  Anggi menutup matanya.

"PAPA ANGGI PULANG" teriak Anggi.

"PAPA DIMANA? " Anggi berlari ke semua ruangan membuka setiap ruangan mencari keberadaanya papa.

Anggi kembali berlari ke ruang tamu.

"PAPA DI MANA? DIA BELUM PULANG KERJA? " Tanya Anggi kepada Aqila sambil terus menangis.

"PAPA DIMANA?  KENAPA KALIAN SEMUA DIAM.  AKU KANGEN SAMA PAPA MA" Anggi berteriak lalu menggenggam tangan mamanya.

"PAPA UDAH PERGI NINGGALIN KITA SAYANG" Ucap Aqilah tangisnya juga ikut pecah.

"KALIAN JANGAN BOHONG. TIGA HARI YANG LALU AKU MASIH BICARA SAMA PAPA DI TELFON MA,  SURUH PAPA KELUAR MAH, AKU KANGEN"

"CAK, PAPA GUE MANA, DIA ADA JANJI SAMA GUE" Anggi berlari ke arah Cakra mencengkram lengan lelaki itu. Lelaki itu hanya terdiam, dia bahkan tidak berani menatap Anggi.

Matanya kini ikut berkaca-kaca.

"PAPA DIMANA?  CEPAT KELUAR! SUPRISE NYA NGGAK LUCU PA!" Anggi terus berteriak.

Anggi membuka matanya. Pipinya basah.  Dia menatap langit-langit kamarnya. Lalu  perlahan dia terisak. Dadanya terasa sesak. Dia benar-benar benci mimpi buruk itu.

****

Anggi berjalan menuruni tangga.

"Mata kamu kenapa bengkak sayang? " tanya Aqila lembut.

Lagi-lagi Anggi hanya berlalu. Aqilah menatap putrinya yang berlalu, dia mencoba tersenyum.

"Tiga hari lagi kamu ulang tahun, kamu pengen kado apa? " teriak Aqila sebelum Anggi mengilang dari pintu.

Anggi berhenti, dia membalikkan badannya lalu menatap Aqila.

"Saya mau papa keluar dari persembunyiannya" kata Anggi lalu pergi meninggalkan Aqila.  

"Sampai kapan kamu mau begini nak? Bahkan sudah pergi dua tahun. Tapi kamu masih belum percaya kepergian papa kamu".

"Aku harus bagaimana Pa?" Tangis Aqila pecah saat memandang foto keluarga mereka.

Sementara di balik pintu,  Anggi bersandar pada pintu menatap ke langit. Anggi menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan agar air mata yang tergenang di mata indahnya tidak jatuh.

"Hikssss"

Satu isakan lolos dari matanya, begitu pula butir-butir air mata yang dari tadi sudah di tahannya. 

"Gue benci sama semua kenyataan ini" kata Anggi terisak lalu pergi meninggalkan rumahnya.

***

Hot ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang