Euphorafa: 2

606 125 87
                                    


Setelah bersusah payah masuk keluar pasar loak, Rafa berhasil menemukan koran klipingan yang ada gambar Bambang Pamungkasnya.

Nggak tanggung - tanggung, dia beliin segepok untuk Sinta. Berharap itu cukup untuk minta maaf sama si manis itu.

"Ngga. ." Panggil Rafa pada kembarannya yang hari itu bertugas jadi ojek bayar pake siomay di simpang komplek rumah mereka.

"Apa?" Balas Angga jengkel.

"Lo yang bel dong," Ini posisi mereka sudah tepat di depan rumah Sinta.

Berbekal tanya - tanya plus digodain dulu ke beberapa anak atletik sebelumnya. Akhirnya Rafa dapat alamat Sinta.

Masih jelas diingatan Rafa, bagaimana rasanya berhadapan dengan Taufik, anak atletik yang badannya kaya hulk itu, waktu junior - juniornya bilang

'Data anggota ada di Bang Taufik, Bang Rafa,'

'Mau apa lo nanya rumah si Madun?'

Tanya si Taufik galak.

Angga ada disitu kok, tapi boro - boro nolong, doi malah sibuk videoin kejadian tadi.

'Anu. . Aduh. . Gue mau anterin ini,'

Rafa menunjuk segepok koran Bambang Pamungkas yang ada di dalam pelukannya.

Taufik mengerutkan dahinya. Setelah menimbang - nimbang, akhirnya Taufik memberikan juga alamat Sinta.

'Makasih Fik,'

'Awas lo kalau macem - macem sama Sinta, gue pites lo!' Ancam Taufik.

"Elo lah, kan yang bikin salah elo sih," Angga menggeleng.

"Nanti kalau bapaknya yang keluar gimana?"

Dalam kepala Rafa yang terlalu imajinatif isinya itu, sudah ada gambaran ayahnya Sinta dengan perut buncit, kepala botak di bagian depan, berserta kumis tebal hitam yang lebat.

"Ya itu sih derita lo, siapa suruh bikin anaknya nangis kejer."

"Asli ya Ngga, gue mulai mempertanyakan kredibilitas lo sebagai kembaran gue, jahat banget sih lo!"

"Gue nggak jahat, cuma realistis aja." Angga lalu tertawa.

"Terus gimana dong?" Rafa mulai pusing.

"Tinggalin aja?" Angga memberi saran.

"Oke! Ide yang bagus!" Rafa Lalu mengeluarkan kertas selembar dan pulpen dari tas sekolahnya.

Diatas kertas dibubuhi pesan.

Sinta,

Gue rasa lo tahu ini dari siapa.

Gue minta maaf.

Besok jangan galak lagi sama gue, manisnya ilang nanti, hehehe,

Dari gue yang merasa bersalah.

"Beres." Rafa menyelipkan pesannya ke ikatan segepok koran itu sebelum menekan bel di pagar rumah Sinta beberapa kali.

"Cabut! Cabut!" Rafa menarik Angga untuk pergi bersembunyi setelah meletakkan koran tersebut di depan pagar rumah Sinta.

[✔️] EUPHORIA [BANGTAN LOCAL FIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang