Anggaphoria: 1

1.3K 187 149
                                    


Si jangkung berseragam SMA itu berusaha berlindung di bawah pohon rindang dari teriknya matahari siang.

Walau namanya sering dikaitkan dengan matahari nyatanya cowok itu sering kali menganggap matahari itu musuhnya. Abisnya kalau panas - panasan bukannya gosong semua, yang gosong kadang cuma idungnya doang dan bikin dia kaya tikus got mukanya.

"Awas lo Fa!" Gerutunya ketika melihat sang kembaran tengah menyeringai dari atas panggung PENSI sekolah tetangga.

Namanya Jinggadi Arafah, atau panggil saja Angga, kalau Jingga, nanti ambigu pas di spasi Jing dan Ga nya ehe,

Jadi apa yang Angga lakukan panas - panasan begitu? Yap, karena dia kalah taruhan sama Rafa, dia harus jadi fotografernya band Rafa yang sedang manggung, lumayan fotonya bisa masuk ke fansite bandnya si Rafa kan.

Dengan tekun Angga membidik kameranya kearah Rafa yang to be honest sangat tahu cara berpose candid tapi nggak lawak bentuknya. Keren malah!

Kalau kata Angga sih, pencitraan.

Setelah membawakan sekitar empat lagu, akhirnya band Rafa pun turun dengan diiringi tepuk tangan penonton yang mengelu - elukan nama, "Rafa! Rafa! Rafa!"

Kebanyakan gaya, Rafa meraih mikrofon dan berkata, "Bentar. . Bentar. . Dari tadi gue dengernya Rafa doang? Inget gaes, Rafa kalau bukan tanpa Wedang jahe juga bukan apa - apa, jadi kalau gue bilang Wedang. . Kalian bilang apa?"

Angga langsung menutup wajahnya malu.

"JAHEEEEEE!"

"WEDANG!?"

"JAHEEEEEE!"

"Oke sekian terima kasih wasalam!"

Dan akhirnya seluruh personil band Wedang Jahe itu turun dari pentas.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Lagi lihat apa Ngga?" Tanya si Mama karena bungsu dari kembar bersaudara itu terlalu tekun menunduk ke monitor kameranya.

"Eh, foto si Rafa Mah."

"Nggak usah lo pilih - pilihlah, pasti bagus semua kok." Rafa yang sedang leyeh - leyeh di sofa ikut nyeletuk tanpa menoleh ke Angga dan Mama yang duduk di seberangnya.

"Ya iyalah, yang moto gue ini, muka sampah kaya elo bakal bagus juga jadinya," Balas Angga pedas.

"Heh kamu! Nggak boleh ngomongin Abang kaya gitu!?" Si Mama mencubit pipi Angga.

"Aa. . Aaah. . Maaah aduh sakit!"

"Mampus! Mama tahu yang mana anak kandung yang mana anak pungut!"

"ABANG IH KAMU JUGA YA!! Ini udah bareng - bareng dari dalem perut Mama keluarnya malah sering ribut begini! Keriput Mama tuh gara - gara kalian!!!" Sekarang giliran Angga yang tersenyum jahat.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ritual sarapan dan makan malam bersama adalah satu aturan mutlak di rumah Angga dan Rafa. Sedari dulu, sesibuk apapun Papa dan Mamanya, mereka berdua pasti selalu menyempatkan untuk sarapan dan makan malam bersama.

Seperti pagi ini. Angga dan Rafa sudah duduk di kursi masing - masing sambil menunggu Mama menyiapkan roti bakar mereka yang sebenarnya kurang banyak kalau untuk porsi makan mereka berdua mah, apalagi si Angga. Tapi nggak apa - apa lah, nanti di sekolah bisa diulang nasi goreng.

[✔️] EUPHORIA [BANGTAN LOCAL FIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang