Nara mengemasi semua barang-barangnya, masa liburannya sudah habis, ini saatnya bagi Nara untuk kembali kekota asing tempat dia melanjutkan pendidikannya. Suara ketukan kamarnya membuat Nara meralihkan pandangannya kearah pintu.
"Kita makan dulu ya"Ria berjalan menghampiri Nara.
Nara hanya mengangguk dan langsung berdiri hendak keluar, Ria melihat semua barang bawaan Nara, sangat banyak, kemudian mata Ria teralihkan kepada sebuah figura foto yang berada diatas tumpukan baju Nara, dia mengambilnya dan melihat foto siapa itu.
"Arcelio?"gumamnya.
Ria menaruh kembali figura itu pada tempatnya,sekarang dia keluar dari kamar Nara dan turun untuk menemui putrinya itu.
"Makan yang banyak ya"kata Ria disaat dia melewati Nara.
"Besok ayah ngantar kamu agak sorean ya, soalnya pagi ayah ada meeting"kata Herry sambil menyendok makanan kedalam mulutnya.
"Adek ikut"teriak Zela sambil berlari-lari kearah meja makan.
Dia Azela Ceisya Herra, adek perempuan Nara, dia emang jarang sekali dirumah, karena dia lebih betah menginap dirumah nenek dari bunda. Zela berbeda dengan Nara, dia terlihat lebih tinggi dari Nara dengan suara melengkingnha, bagi Nara, Zela terlalu ekstrover bahkan dia tidak takut apapun kecuali Tuhannya.
"Tapi janji dulu, jangan minta-minta ya sama ayah sepanjang jalan ketempat Nara" Kata Herri.
"Ya ayah, nanti satu aja deh mintanya" balas Zela.
"Dia emang minta satu ya, tapi yang satu itu beranak-pinak"celetuk Nara.
"Siapa sih, sok asik banget, emang kita kenal ya"sinis Zela.
"Udah-udah habisin dulu makanannya, kalau mau berantem nanti" tegur Ria yang membuat seisi meja langsung terdiam
Nara beranjak dari meja makan setelah dia menyelesaikan urusan perutnya, dia berjalan kedepan rumah dan mengambil duduk diteras, tidak lama Ria datang dan duduk tepat disebelah Nara.
"Bunda tadi liat foto Arcelio dekat koper kamu"kata Ria tanpa menatap wajah Nara.
Nara tidak menggubrisnya, dia hanya diam.
"Sebelum Arcelio meninggal apa kalian memiliki hubungan? Pacaran?" Tanya Ria yang langsung dibalas gelengan oleh Nara.
"Kami tidak pacaran bunda, kami hanya sebatas teman, teman yang saling mencintai"balas Nara yang kini memutar tubuhnya menghadap Ria.
"Jika tidak ada hubungan spesial seharusnya kamu bisa dong melupakan dia?"tanya Ria.
"Memang tidak ada yang spesial antara kami bunda, tapi aku gabisa lupain Lio" balas Nara.
"Kamu harus bisa lupain dia, bunda memang mengakui kegigihan dia waktu mendekati kamu, dia memang lelaki yang tepat untuk kamu, tapi tidak untuk sekarang, Arcelio yang kamu kenal itu sudah tidak ada Nara" Ria menggenggam kedua tangan Nara.
"Tapi Nara mencintai Lio"lirihnya.
"Bunda tau, tapi itu salah Nak, kamu harus belajar untuk buka hati buat lelaki lain, mau sekuat apapun usaha kamu, itu tidak akan membuat kamu dan Arcelio itu bersama, tidak akan bisa , mustahil Nara"tambah Ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melupakan Rindu
RandomTerkadang takdir terlalu menyakiti kita, tetapi percayalah, bukan takdirnya yang menyakiti, melainkan kita yang tidak bisa berdamai dengan takdir itu sendiri