3

138 22 0
                                    

Cahaya matahari masuk menembus jendela kaca kamar Zela, keduanya terbangun dan mencoba mengumpulkan kembali nyawanya. Nara mengambil handphone-nya dari atas nakas dan hendak keluar dari kamar Zela.

"Kak?"panggilan itu membuat Nara memberhentikan langkahnya.

"Tolong bersikap biasa saja, anggap saja tidak ada yang terjadi dalam keluarga ini"minta Zela yang dibalas anggukan oleh Nara.

Nara melangkahkan kakinya turun menyusuri tangga, diujung tangga Nara beradu tatap dengan Ria, dan disana Nara tidak menegur bundanya sama sekali.

Jam didinding menunjukkan pukul sepuluh pagi, sudah pasti Herri tidak ada lagi dirumah ini, sekilas melihat Ria yang tengah sibuk dengan cuciannya, Nara diam-diam masuk kedalam kamar Ria.

Semua yang ada di handphone Ria diotak-atik oleh Nara, namun nihil, tidak ada satupun tanda perselingkuhan disana, Nara termenung memikirkan apa yang harus dia lakukan dengan handphone itu, namun lamunannya buyar ketika dia mendengar suara dari Ria yang sudah berada didekat pintu kamarnya.

"Ngapain mainin handphone bunda"tanya Ria.

Nara yang kaget itu langsung menaruh handphone itu kembali diatas kasur, "itu Bun, tadi Nara mau cari kontaknya mama Lio, Nara mau kesana sebelum balik nanti"

Ria mengangguk mengerti tanpa menaruh sedikit kecurigaan kepada Nara, dia mengambil kembali handphone-nya dan terlihat mencari sesuatu dibalik sana.

"Ini kontaknya"kata Ria dengan memperlihatkan kontak mamanya Arcelio.

Setelah menyalin kontak yang tadi dia dapat, Nara kembali keluar dari kamar Ria, mau tidak mau Nara harus menemui mamanya Lio, karena dia sudah terlanjur berbohong kepada Ria.

"Gapapa deh, sekalian silaturahmi"celetuk Nara dan langsung bersiap-siap kekamarnya.

***

Nara menarik nafasnya dalam, sebelum akhirnya dia memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah yang ada didepannya, Nara menerima kiriman lokasi dari mamanya Lio, dan untungnya mamanya sekarang tidak lagi sibuk, jadi Nara bisa berkunjung untuk beberapa jam kedepan, ini bukan pertama kalinya bagi Nara bertemu dengan mamanya Arcelio, bahkan sangat sering, dulu Nara selalu bermain dirumah Arcelio, yang beda hanyalah penampakan rumahnya, jika dulu rumah Arcelio terlihat cukup sederhana,tapi sekarang ini beda, rumahnya terlihat sangat megah, bahkan awalnya Nara mengira dia salah rumah, tidak mungkin Lio memiliki rumah sebagus ini? Sedangkan dia tidak kaya sama sekali.

Pintu terbuka yang memperlihatkan seorang wanita yang sangat cantik dengan sanggul bulatnya, Nara yang melihat itu tersenyum dan menyempatkan untuk bersalaman terlebih dahulu.

"Tante apa kabar?"sapa Nara dengan senyum yang terus terpampang diwajahnya.

"Baik, kamu cantik banget, ayo masuk dulu" balas Arsyi.

Tante Arsyi, tidak heran jika rumahnya sangat megah, karena dia keluarga terkaya yang dimiliki oleh Lio, tetapi kenapa mamanya Lio mengirimkan alamat rumah Tante Arsyi? Apakah mamanya sekarang tinggal bersama dirumah Tante Arsyi ini?

"Tante Embun nya ada tan?" Tanya Nara.

"Embun, dia tidak tinggal disini sayang" balas Arsyi dengan senyum merekah.

Melupakan Rindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang