Adinda berlari menembus derasnya hujan menyeberang menuju toko roti tempat dia bekerja. Sebagian bajunya basah. Brukk!, gadis itu menabrak lelaki yang sama-sama hendak masuk ke toko tersebut.
"Woi, mata mana mata?, coba kamu lihat kotor kan baju saya!" hardik lelaki itu. Dengan tertunduk Adinda meminta maaf.
"Maaf?"
"Iya Bapak, maafkan saya. Saya sungguh tidak sengaja, saya terburu-buru," sahutnya masih menunduk.
Nampak pria itu masih kesal. "Kamu kerja di sini?"
"Iya Pak, atau sebagai ganti karena baju bapak kotor, silahkan bapak mau ambil kue yang mana saja, asal jangan ajukan saya ke atasan saya karena ketidak nyamanan ini."
"Sombong amat," sergah pria itu. "Ya sudah, hari ini aku sedang malas berurusan dengan masalah remeh, pilihkan aku kue ulang tahun terbaik!"
"Baik Pak. Saya pakai seragam dulu," pamit Dinda.
"Terserah kamu!"
.
.
.
.
.
"Maaf Pak, kue ulang tahun untuk siapa kalau saya boleh tahu?" Adinda bertanya sopan. Pria itu menoleh menatapnya sejenak, sambil tersenyum."Apa urusan kamu?"
"Iya Bapak, karena ngga mungkin kan kalau yang ulang tahun orang dewasa hiasannya seperti ini," dia menunjukkan kue ulang tahun dengan karakter kartun Tayo dan Barbie. Lagi-lagi pria itu tersenyum.
"Kamu benar, yang berulang tahun Mamaku."
"Baik Bapak, kalau begitu ini lebih cocok untuk Mama Anda."
"Oke, packing yang rapi ya, aku ambil yang itu."
"Baik Pak, silahkan bayar di kasir," ujar Dinda segera meletakkan di kotak kue dengan hati-hati.
"Bisa kamu bawakan sampai ke mobil?"
"Bisa Pak, tapi__"
"Kenapa?"
"Masih hujan," jawab gadis itu ragu.
"Kamu bisa cari payung kan?"
"Kalau saya yang bawa kuenya terus yang payungin saya siapa?"
Pria tampan itu tersenyum miring.
"Itu urusan kamu, yang jelas saya tetap minta ganti rugi karena kamu sudah mengotori kemeja saya."
"Mobil Bapak jauh?"
"Ngga juga,"
"Kalau begitu tidak perlu payung, saya akan coba berlari saja."
"Kamu yakin?"
"Yakin, insya Allah."
"Kalau jatuh, lalu kue itu rusak bagaimana? "
" Kalau tidak jatuh dan tidak rusak bagaimana?" balas Dinda mulai sebal.
Adinda dengan sedikit berlari sambil melangkah menghindari genangan air di sana sini mengikuti langkah lelaki di depannya. Hampir saja dia tergelincir jika pria itu tidak dengan sigap menangkap tubuh langsingnya. Sejenak mereka saling menatap di tengah hujan yang mulai reda.
"Jalan yang bener! Lihat kamu sudah kembali mengotori baju dan celanaku!" pria itu melepaskan tubuh Adinda. Sementara gadis itu masih tampak gugup.
"Maafkan saya," lirihnya.
"Masukkan kue itu di dalam" perintah pria tersebut sambil membuka pintu mobil. Adinda menurut, perlahan dia letakkan kotak kue itu di kursi belakang.
"Sudah Pak, saya sudah melakukan apa yang Anda perintah."
Sementara rintik hujan masih terus turun. Lelaki itu tersenyum, kemudian masuk mobil.
" Oke, aku rasa cukup. Oia, panggil aku Rei, itu lebih enak di dengar," Rei berkata setelah dia di belakang kemudi. Tak lama mobilnya pergi meninggalkan Adinda yang masih berdiri di bawah hujan.
Segitu dulu, masih nunggu respon . Jika ingin lanjut votenya yang banyak hehehe . Komentar ditunggu 😅😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebening hati Adinda. (End) Sebagian Sudah Dihapus
RomansaAdinda Ameera, gadis sederhana yang hidup bersama dengan Kakek dan Neneknya. Sejak kecil dua sudah Yatim Piatu. Dia bekerja sebagai pelayan di sebuah toko kue. Sedangkan Neneknya adalah pelayan di sebuah keluarga Kaya. Peristiwa tak terduga membuat...