CH 5 : Old Man Of Unknown

22 3 1
                                    

Happy reading all!

=X=

"Hanna?"

Ia dikejutkan oleh sebuah suara meski, suara itu begitu dingin dan datar. Hal pertama yang ia tatap adalah wajah seorang pemuda bersurai pirang yang ia kenal, sebagai Garnet Greslnove.

"Kau kenapa?"

"Tidak." Jawab Hanna sembari tertawa kecil dan merapikan beberapa buah segar di depannya.

"Kau serius?" Mata Garnet menerawang lebih dalam wajah Hanna dan hal itu membuat rona merah pada kedua pipi Hanna menampakkan dirinya.

"Su-sudahlah. Kau kembali bekerja sana. Hush," Usir Hanna disertai gerakan kecil kedua tangannya.

Garnet pun berlalu pergi, ke tempatnya bekerja. Yup, dia adalah seorang kuli bangunan sedangkan Hanna, ia menjadi pedagang buah. Kedua pekerjaan itu, sudah mereka geluti selama lebih dari tiga bulan semenjak keduanya menginjakkan kaki di dunia ini.

Hasilnya-pun lumayan untuk menghidupi keseharian mereka. Yah, mengingat, kerajaan Azestria banyak penduduknya jadi, mereka tidak pernah sepi pembeli.

"Adakah dari buah-buah ini yang ingin tuan beli?" Ucap lembut Hanna tatkala netranya menatap seorang pria berusia sekitar enam puluh tahunan.

"Aku ingin tiga buah apel terbaik. Dan bisakah kau, panggil pemuda yang tadi?"

"Tentu tuan." Ucap Hanna tanpa ragu. Ia memanggil Garnet dan akhirnya Garnet pun datang.

"Ada apa?" Tanyanya datar.

"Begini. Apakah kalian bersedia menerima tawaranku?" Garnet dan Hanna saling tatap menatap mendengar hal itu.

"Kalian sedang mengumpulkan dana untuk masuk ke Elemental Academy kan?" Kata-kata pria itu sukses membuat kedua bola mata Hanna membesar.

"Bagaimana tuan mengetahuinya?"

"Semua pemuda atau anak-anak di kerajaan ini sangat ingin bersekolah di Elemental Academy. Namun, jika kalian ingin masuk kesana dengan bantuanku, tentu ada syaratnya."

"Sebutkan." Ucap Garnet cepat.

"Kalian harus melakukan apapun yang kukatakan. Dan sebagai gantinya, kalian akan belajar di academy terkenal itu. Bagaimana, tertarik?"

"Apa kami harus melakukan... Hal-hal... Yang begituan?"

"Tidak, nona kecil. Aku bukan orang yang seperti itu. Hal yang akan kalian lakukan lebih penting. Jauh lebih penting. Apa kita sepakat?"

"Sepakat." Cetus Garnet mantap dan cepat. Hanna menoleh kearah Garnet dengan raut wajah penuh kebingungan.

"Kau serius?"

"Tentu saja. Pak tua ini akan membutuhkan bantuan kita, jika kita sudah menjadi penyihir yang hebat. Sebagai ganti atau tanda jasa dari dirinya yang telah memasukan kita ke acdemy itu."

"Tunggu. Bagaimana kau tahu tentang penyihir dan semua itu?"Hanna sedikit mengerutkan keningnya.

Garnet menatap Hanna datar. "Cerita fantasy."

Hanna menganggu sementara pria itu tertawa keras, begitu Garnet menyelesaikan kalimatnya. "Kau sungguh cermat, nak. Kalau begitu, sampai jumpa. Persiapkan semuanya karena esok adalah hari besar."

=X=

Garnet terbangun, pintu kamar terbuka, menampilkan sesosok gadis cantik bersurai hitam. Yup, Hanna sudah tampil cukup rapi untuk pergi ke Elemental Academy, yang menurut beberapa orang elit. Well, dia belum bisa menyimpulkan bahwa akademi itu elit sebelum merasakannya sendiri.

"Sudah siap? Kita harus segera berangkat." Hanna menaikkan intonasi suaranya tatkala melihat Garnet belum bersiap-siap. Pemuda dengan manik biru itu memang pemalas sejati.

"Iya, iya." Garnet mulai beranjak dari ranjangnya. Dikenakannya seragam berwarna hitam yang sangat cocok dengannya. Tentu, tanpa mandi. Garis bawahi itu.

Setelah siap, Garnet segera berjalan keluar dari penginapan sederhana yang amat berbeda dengan di bumi. Tidak ada televisi, kulkas, pemanas ruangan, dan lain-lain. Tapi, kelebihannya penginapan ini murah. Sekitar 2 Xell per malam.

Garnet cukup terkejut begitu melihat Hanna yang tengah menunggunya di dekat air mancur kota. Matanya sedikit hidup ketika melihat penampilan Hanna. Gadis bersurai hitam itu mengenakan seragam barunya. Dengan campuran gelatin seragam itu nampak lebih kokoh. Teksturnya lembut, namun rapuh. Wajar untuk seragam yang terbuat dari sutra.

"Tunggu, ini terbuat dari emas?"

Garnet mengernyitkan dahinya heran. Sedetik kemudian air wajahnya kembali datar. "Dari mana kau tahu?"

"Kugigit. Hehehe."

"Jorok." Cetus Garnet. "Tapi, dengan pakaian itu, kau nampak cantik." Jika lelaki lain memasang wajah menjijikkan, Garnet malah datar. Oh, Hanna lupa, hanya itu ekspresi yang si pemuda miliki.

"Huh?" Semburat kemerahan muncul di wajah Hanna. Dia hendak membuka mulut untuk bicara, namun sebuah suara menghentikannya.

"Kalian lama sekali. Ayo kita pergi."

Pria yang entah dari mana datangnya itu dengan kejamnya menyeret kedua pemuda di hadapannya. Kehidupan baru menanti mereka di sana...

Di Elemental Academy...

Sebagai penyihir yang...

(Otw) sebenarnya...

Bersambung》

Gimana chapter ini? Menarik? Yah, semoga aja begitu :v
Maaf kalo ada typo.
Maaf kalo chapter ini lebih pendek.

Tidak pernah saya bosan untuk menyampaikan, bahwa cerita Last Life ini bukanlah murni hasil sendiri. Melainkan ada campur tangan oleh,

Tanabata-Hime

Dengan kata lain, saia ber-collab dengannya owo)b

FYI, dia cantik lho~ (≧▽≦)

Jangan lupa kunjungi profilenya untuk menyaksikan update selanjutnya (Setelah chapter ini publish)

ByeXeyB

LAST LIFE [On-Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang