CH 3 : The Girl And New World

65 5 7
                                    

Happy reading sorry kalo ada typo

=X=

Hamparan bunga berwarna-warni mampu menyegarkan pemandangan. Lebah-lebah yang berterbangan sukses membuat semua mata terpana. Namun ..., ada satu hal nan membuat suasana rusak.

Yup, ucapan selamat datang dengan gambar dua gunung legendaris. 'Selamat datang di Detronia. Silahkan pulang sekarang. Tak ada jalan keluar.'

"Mati. Mati. Mati. Kembali." Garnet mengerutkan dahinya keheranan. Tulisan super kecil itu sungguh membingungkan.

"Wah, matamu tajam, ya." Sebuah tangan mungil menepuk pundak Garnet pelan. Bulu kuduk pemuda jangkung itu merinding. "Kenapa?"

"Kau hantu?"

Seringai iblis tercetak di wajah sang gadis. Tanpa aba-aba Garnet sudah melayang ke udara. Pemuda tampan itu terpelanting lebih dari 100 km. "Wajahku pucat alami, lho."

Si gadis memanjat pepohonan sigap. Dilompatinya dahan demi dahan sembari bersenandung riang. "Baru juga kusentil."

Darah mengalir dari sela-sela bibir si pemilik manik biru. "Kalau pemuda ini mati kira-kira apa yang terjadi, ya?" Gadis aneh itu mulai membayangkan bermacam-macam hal. Kemungkinan terburuk sukses membuat senyuman terukir di bibirnya.

"Yah, sepertinya kerjaanku bertambah."

=X=

Sayup-sayup mata Garnet mulai terbuka. Dipandangnya sekeliling saksama. "Hai." Suara yang amat familiar. Tapi, di mana dia mendengarnya?

"Kau siapa?"

"Namaku Hanna Laundrich Wolf. Silahkan panggil sesukamu."

Nama Hanna mengingatkannya pada sosok hewan berbulu nan menyeramkan. Apalagi dengan kekuatan si gadis yang di atas manusia normal. "Serigala pun tak apa."

Pemuda dengan manik biru cerah itu hanya bisa melongo. Apa Hanna memiliki bakat menjadi cenayang? "Lebih tepatnya intuisiku kuat."

"Siapa namamu?" Pemilik surai hitam itu mengulurkan tangan kanannya. Sejenak Garnet ragu, namun tak urung dia menjabat lengan Hanna.

"Garnet. Garnet Gresslnove."

"Bagaimana caramu masuk sini? Apa karena ikan aneh itu juga?"

Garnet menatap Hanna kebingungan. Ikan apa yang dia maksud? "Sepertinya aku makan sarden basi." Si pemilik manik coklat terkekeh pelan. Seolah-olah penjelasan pemuda itu lawakan.

"Kau?"

Ketika Hanna hendak membuka mulutnya, terdengar suara seseorang memanggilnya. "GADIS ANEH, DI MANA KAU?!"

Tanpa peringatan tubuh Garnet langsung Hanna gendong. Dia melompat dari dahan ke dahan. Tak disangka ia malah menginjak dedaunan, bukannya ranting.

"Aw!" Walaupun, kakinya terkilir Hanna tetap melanjutkan perjalanan. Dia menjentikkan jarinya perlahan. Angin sepoi-sepoi berhembus, membuat mata Garnet mulai tertutup.

Eta, moleque feio
Que nāo queria nanar
Ele tinha uma chinela
Que servia pra alcamar

Nana, neném
Que a Cuca vai pegar
Papai foi pra roça
Mamāe foi passear

Hanna menengok ke belakang waspada. Tak ada lagi yang mengejarnya. "Kau bisa bangun." Garnet mulai membuka kelopak matanya. Darah segar berceceran di mana-mana.

Garnet memberi tatapan yang seolah berarti, 'Ada apa ini?' Hanna tersenyum tipis. Diirisnya kulitnya perlahan.

"Konon katanya, darah bisa mengusir iblis."

LAST LIFE [On-Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang