blackhite;2

39 2 0
                                    

"Iqbal jangan biarkan komputer yang mengatur hidup mu. Seharusnya kamu yang mengaturnya". Nasihat mama saat makan malam

Iqbal menghela nafas panjang lalu minum segelas airnya.

"Memang aku yang mengaturnya ma". Balas Iqbal dengan tenang.

"Enggak Iqbal".Tegas mama sengit.

"Jelas jelas kamu terlalu bergantung sama benda itu. Kamu hanya kembali ke dunia nyata saat makan malam, lalu kembali lagi ke dunia maya. Bahkan mama sangat yakin kalau kamu sama Azka enggak pernah ngobrol tanpa ponsel ataupun laptop. Atau yang lebih buruk, kamu tidak mengenal semua teman kelasmu?". Lanjut mama.

Iqbal terdiam. Semua yang dikatakan mamanya memang benar.

"Itu tidak terlalu penting ma, lagi pula, aku mendapatkan lebih banyak hal dari sana, bahkan aku mendapatkan banyak teman dari sana".

Hening sejenak. Iqbal menapa mama yang tengah menatapnya tajam. Ada tatapan kekecewaan, kemarahan, lelah, dibalik tatapan mama.

"Setidaknya kamu harus bisa berinteraksi dan bersosialisasi secara langsung. Pokoknya mama enggak mau tau. Besok kita akan pergi seharian".

Iqbal terdiam menatap mama yang mulai berbalik dan berjalan menuju kamarnya. Iqbal merasa ajakan mama tidak terlalu buruk, asal dirinya bisa menggunakan ponselnya kapan saja.

Mamam berbalik saat akan menaiki tangga.

"Tentunya tanpa ponsel, laptop, atau gadged apa pun itu". Senyuman tersungging dibibir mama.

Iqbal setengah berteriak kepada mamanya dan hampir saja memukul meja makan.

"Apa?! Besok kan hari Minggu! enggak mungkin ma, itu ide gila!".

Mamanya yang sedang menaiki tangga dengan tenang menjawab.

"Kamu bisa ajak Azka besok, setidaknya kamu tidak akan ngerasa bosan".

                  ★●★●★●★●★●

Di kamarnya, Iqbal menghubungi Azka lalu mencurahkan kekesalannya terhadap mama sambil mengajak temannya itu pergi bersamanya besok. Iqbal tau Azka dan memaksanya untuk ikut----Azka juga pasti akan sangat kesal jika seharian (apalagi pada hari libur) tanpa menyentuh komputer, laptop, maupun ponsel.

"Hm, blackhite gimana? Mending lo aja yang pergi, biar gw yang ngurus Blackhite". Banyak sudah alasan yang diungkap Azka dari tadi, tapi Iqbal selalu mematahkan semua alasan itu.

"Sehari tanpa buka blackhite enggak masalah, lagi pula lo bisa diam diam bawa ponsel , mama gw gak ngelarang lo buat enggak bawa apa pun kan?". Iqbal berbicara dengan sabar agar tidak terkesan memaksa.

Azka tidak langsung menjawab. Hampir sepuluh detik, Iqbal berdiri mematung menunggu jawaban.

"Hmm, baiklah kalau gitu". Jawab Azka dengan suara ujung semut diujung sana.

Iqbal sangat senang dalam hatinya. Baginya, Azka akan memberi dua keuntungan besok. Pertama, Azka bisa membawa ponsel can Iqbal diam diam meminjamnya. Kedua, rasa bosan nanti akan sedikit terobati.

                   ★●★●★●★●★

"Apa?!, tante Riska bercandakan?". Ucap Azka panik. Ponsel miliknya ternyata juga diminta mama Iqbal.

"Memang begitu ketentuannya. Iqbal?". Mama menatap Iqbal sambil tersenyum dan entah apa artinya.

"Kamu enggak bilang ke Azka soal ini". Lanjut mama. Iqbal mengangkat bahunya dengan tampang polos.

"Tapi, bukannya ini hanya berlaku buat ku?".

"Tentu tidak sayang, mama juga enggak bawa apapun selain dompet". Kata mama sambil lalu dan kembali menatap Azka. Dengan pasrah dan ekspresi wajah terpaksa, Azka akhirnya merelakan ponselnya.

"Mama berlebihan". Celutuk Iqbal begitu ponselnya Azka ada ditangan mamanya. Tatapannya memancarkan rasa kesal dan jengkel. Akan tetapi, sikapnya itu tidak membuat mama luluh.

"Tak apa berlebihan jika untuk kebaikan kalian". Mama tersenyum lalu berjalan memasuki mobilnya. Menyadari anaknya dan Azka tidak ikut bergegas, Mama membunyikan klakson cukup keras. Beberapa detik kemudian, pintu bagian depan dan belakang mobil terbuka.

"Kita mau kemana?". Tanya Iqbal yang sedang duduk bersandar dengan nyaman disamping mamanya.

Mama hanya menjawab dengan senyuman. Iqbal menanggapinya dengan helaan nafas. Dimata Iqbal, mama terkadang bisa berbuat nekat dan sulit dimengerti.

"Apa kalian tak punya topik pembicaraan yang bagus?". Suara mama memecahkan keheningan. Mama berusaha memancing pembicaraan diantara mereka, tapi tidak berhasil. Iqbal dan Azka tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Beberapa menit berselang. Suasana masih sama hening dan canggung. Tidak lama, mobil berbelok disebuah persimpangan lalu melaju perlahan menuju mal dipusat kota. Iqbal dan Azka sudah sering ketempat itu jika pulang sekolang, tepatnya pergi ke toko elektronik yang ada didalamnya.

Mobil memasuki tempat parkir. Mama menatap Iqbal dan Azka bergantian.

"Temani mama berbelanja sebentar ya?". Mereka terkejut atas alas yang mama ucapkan barusan.

"Mama, bukannya kita mau pergi jalan jalan? Kenapa malah nemenin mama berbelanja?". Protes Iqbal. Mama turun dari mobil tanpa berkata apa pun. Iqbal dan Azka pun menyusul segera karena masih dibuat kesal sekaligus bingung.

CYBER GHOST!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang