dia lagi

70 3 1
                                    

"Gw bisa mati karena bosan kalau begini". Bisik Azka kepada Iqbal.

Sudah hampir tiga puluh menit---tapi, bagi mereka rasanya seperti tiga hari, menemani mama dan hanya mengekor dibelakang. Mereka tampak bingung dan tidak bisa melakukan apa apa. Azka dan Iqbal pun sebelumnya tidak terbiasa mengobrol secara langsung. Biasanya mereka menggunakan ponsel untuk berkomunikasi.

"Gw tahu restaurant disamping mal ini". Bisik Azka sekali lagi.

"Hmm, lalu?". Sahut Iqbal sedikit melirik ke arah Azka.

"Disana free wi-fi!". Jawab Azka masih terdengar berbisik.

Iqbal tampak tidak tertarik dan ingin secepatnya meninggalkan mama yang sedang berbelanja. Apa yang akan dia lakukan di restaurant free wi-fi tanpa laptop dan ponsel?.

"Percuma". Satu kata itu mewakili semua yang tengah ada diotak Iqbal.

"Gw punya rencana. Ponsel gw ada dimobil lo. Jadi lo harus ambil kunci mobil mama lo". Usul Azka terburu buru.

"Enggak mungkin kita bisa dapet tuh kunci". Ucap Iqbal mendengus.

"Tante, aku laper banget...". Tanpa basa basi Azka sudah melaksanakan rencananya. Mama Iqbal yang sedang memilih milih sayuran pun menoleh dan terlihat kaget.

"Aku tadi lupa makan dulu sebelum ikut jalan jalan. Jadi....". Lanjut Azka memulai kodenya. Kode yang hanya bisa dipecahkan dengan kepekaan seseorang.

"Oh, baiklah, baiklah. Tunggu setelah tante bayar ini ya...". Jawab mama cepat.

"Eh tante". Ujar Ada ia menghentikan langkah mama.

"Dompet Azka kayaknya ketinggalan dimobil, Azka mau ambil bentar. Lagian.....". Azka melirik kearah kasir dengan antrian yang cukup banya didepannya. Dia berpura pura merasa sangat lapar dan sangat tidak sabar. Mama tampak paham maksud dari lirikan dan semua kalimat yang dikatakan Azka.

"Oh kalau begitu, ini...". Mama memberikan kunci mobil kepada Azka.

"Makasih tante". Senyuman lebar tidak bisa disembunyikan oleh Azka saat itu. Trik kecil kecilan uang sebelumnya Iqbal kira tidak akan berhasil, rupanya sukses membuat du diam diam tersenyum samar.

"Tapi kalian mau makan dimana? Jangan jauh jauh ya. Nanti kesini dulu kalo udah ngambil dompet". Kata mama lagi.

"Kita makan dulu saja,baru kesini". Ucap Iqbal. Mama melayangkan tatapan tajam kearah anaknya.

"Jadi kamu mau makan tanpa mama?". Ketusnya, namun tiba tiba mama tersenyum.

"Ah, enggak apa apa, lagi pula mama masih mau belanja". Ucap mama sambil menatap Iqbal penuh arti.

Iqbal tau apa hukumannya. Hukumannya akan menjadi mimpi buruk seumur hidup; sambungan wi-fi diputus atau komputer dan laptop dijual, atau yang lebih parah keduanya.

                    ★●★●★●★●★

"Akhirnya!". Seru Azka ketika tiba di restaurant. Restaurant itu memiliki ruangan cukup luas dengan warna merah yang mendominasi. Restaurant ini mendadak menjadi bagai surga untuk mereka berdua. Segala rasa bosan mereka terhempas disitu.

"Lo yang traktir ya. Ya gak bawa uang sama sekali". Kata Iqbal dengan entengnya.

"Dasar. Asal lo tau udah berapa banyak kesialan yang lo kasih hari ini?". Ucap Azka sinis.

"Kapan kapan gw juga traktir lo deh". Balas Iqbal berharap tidak tejadi perdebatan.

Azka memesan dua minuman. Iqbal tidak keberatan jika hanya dibelikan minuman.

" cepet kekuarin ponsel lo". Ucap Iqbal tak sabaran. Satu satunya hal yang terlintas dibenaknya ketika sudah berada dijaringan internet adalah membuka blackhite.

"Eh tunggu tunggu. Tiba tiba gw kebelet nih!, gw ketoilet bentar ya". Ucap Azka tanpa sempat memberikan ponselnya kepada Iqbal.

Beberapa menit kemudian.

"Lama banget sih, eh btw kenapa tuh muka?".

Azka tampak berwajah datar dengan tatapan kosong. Iqbal berdecak kesal lalu memukul meja dengan sedikit keras.

"Eh jangan bengong!!".

"Eh? Apa?". Jawab Azka seperti orang linglung.

"Mana ponselnya?, dateng dateng malah bengong". Gerutu Iqbal kesal. Azka lantas mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungkan wi-fi, lalu membuka situs blackhite. Ekspresi wajah Azka tiba tiba tampak berubah.

"Kenapa?". Tanya Iqbal yang menyadari perubahan nya itu.

"Enggak. Hanya saja...., kenapa tumben banget blackhite gak bisa di akses?". Tampak jelas bagi Iqbal sendiri masih ragu dengan apa yang Azka katakan. Berkali kali Azak mencoba me-refresh halaman blackhitenya, tapi sama sekali tidak membuahkan hasil.

"Apa apaan?". Iqbal langsung menyambar ponsel dari tangan Azka.

"Siapa yang ngelakuin semua ini?". Iqbal tampak frustasi, begitupun dengan Azka.

"Bal!, kayaknya udah bisa deh, lagi loading tuh!". Seru Azka dengan wajah berseri seri ketika website mereka akhinya bisa dimuat. Iqbal juga merasakan begitu senang, tapi tidak terlalu menunjukkan.

"Oh good!". Teriak Iqbal tanpa disadari.

Tampilan website nya tiba tiba berwarna hitam. Lalu muncul sebuah tulisan berwarna merah: cyiberghost

"Wah wah Anak mama sudah pandai bohong ya?". Tiba tiba suara mama terdengar tidak jauh dari mereka. Azka sebelumnya tampak menunduk, refleks mengangkat kepalanya fan melihat kearah tante Riska yang sudah berdiri tepat dibelakang mereka.

"Iqbal, kemarikan ponselnya, kan mama sudah bilang......"

"Mama, sebaiknya kita pulang sekarang". Ucap Iqbal sambil bangkit dari duduknya.

"Tidak, sayang kita masih punya banyak waktu......"

Iqbal dengan cepat menyela."mama harus mengerti, Iqbal serius mah".

Tapi, mama tetap konsisten "tidak". Sahutnya tak kalah serius dari Iqbal.

"Kalau gitu Iqbal duluan, ayo kak!". Iqbal berjalan cepat melewati mama, disusul oleh Azka.

●○●○●○●○

Hayooooo abis ini bakal terjadi apa ya sama Iqbal?, tunggu kelanjutan nya

CYBER GHOST!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang