88. Teruntuk dirimu...

44 6 1
                                    

Teruntukmu yang saat ini dekat denganku, aku hanya berpesan padamu agar tidak menyakitiku dengan sikapmu yang lemah lembut dan baik itu. Sebab wanita sepertiku sangatlah lemah akan harapan dan sanjungan. Aku mohon padamu dengan sangat, jangan pernah mendekat jika tak berani menghalalkan. Jangan berani mendekat jika hanya menghancurkan. Dan jangan berani mendekat jika tujuanmu hanya sebatas mengujiku. Sebab aku bukan wanita yang ingin dipermainkan dan diuji coba lalu ditinggalkan tanpa berani tanggung jawab. Ibaratnya dalam dunia pemasaran itu, kita berani negosiasi dan melambungkan harapan kepada penjual, namun pada akhirnya kita hanya iseng saja untuk menanyakan, tidak untuk membeli. Dan itu membuatku semakin percaya bahwa kau hanya ingin mempermainkan. Entahlah, aku sangat sulit untuk mempercayaimu di detik ini dan dikemudian hari.
Aku sangat takut ketika hatiku sudah terjatuh padamu, tapi perasaanmu hanya sebatas penjaga, bukan bersama. Aku takut ketika aku dekat denganmu, aku melakukan kebaikan hanya ingin terlihat baik di depanmu. Padahal aku harus sadar, ada ALLAH yang memperhatikanku. Kali ini aku benar-benar kecewa dengan perkataanmu yang menjagaku sebab ada amanah dari orangtuaku. Aku ini sangat menyebalkan sekali yah, bagaimana tak menyebalkan coba? Aku selalu merepotkanmu di waktu kapan saja aku mau, tapi aku kadang nggak peka sama apa yang kau mau.
Maka dari sini aku minta padamu, perlakukanlah aku sewajarnya. Jangan seperti ratu istana yang selalu dituruti semua kemauannya.  Dan terimakasih pernah singgah beberapa kali dan akhirnya saling menyakiti. Maaf jika suatu saat nanti aku tak bisa menjaga perkataanmu tentangku yang jangan pernah berubah dan harus tetap seperti ini. Bukan maksudku egois, hanya saja aku perlu waktu untuk memikirkan hal ini. Aku tak ingin salah langkah lagi. Sudah cukup aku terbuai akan perasaan yang salah, dan sudah cukup aku diduakan oleh cinta yang semu. Sudah saatnya kita menjalankan perasaan masing-masing. Sudah saatnya kita bersikap dewasa dan menghindari kata egois. Sudah saatnya kita memikirkan perasaan oranglain, bukan hanya kita berdua. Kau tak pernah paham bagaimana dilemanya aku ketika kau bilang pada temanku ada perasaan yang berbeda padaku, dan akupun merasakan hal yang sama. Tapi dilain sisi ada seseorang yang masih memikirkanmu, dan kamu tahu seseorang itu siapa? Seseorang itu, dia yang pernah menjadi matahari di waktu pagimu, dia yang pernah memberimu pelangi diwaktu yang tak terduga. Dan dialah orang yang selalu curhat padaku, dialah temanku. Bagaimana bisa aku harus tega di atas penderitaannya, bagaimana bisa aku melangkah dan meninggalkan duri demi kebahagiaan? Pernahkah kau berpikir sampai kesana? Pernahkah kau berpikir ke depannya akan seperti apa tentang hubungan pertemananku dengan dia? Sama sekali tidak bukan? Seharusnya kau paham, dan seharusnya kau berpikir bijak. Bukan malah mengedepakan napsu tuk bisa bersama.
Bolehkah aku marah? Bolehkah aku kecewa? Jika harus jujur, aku ingin melupakan semuanya. Aku ingin kita bertema biasa, tidak ada perasaan yang semakin hari membuatku semakin terluka. Kali ini aku benar-benar memainkan perasaan dalam menulis ini, aku tak pernah bisa mengungkapkan secara nyata padamu, sebab untuk apa? Semuanya takkan berubah? Yang ada kita akan menyerah dalam pertengahan bukan ?

Defani_Lestari

***
Assalamu'alaikum readers☺
Terimakasih sudah membaca "My QOTD"
Readers ini tulisan karyanya teteh Defani_Lestari, masyaallah sangat menginspirasi yaa teman-teman^^
Ayoo readers mampir yuk ke karyanya teh Defani_Lestari, tulisannya dijamin keren dan luarbiasa👍
Terimakasih yaa Defani_Lestari

My QOTD (Quotes Of The Day)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang