"Hey, bagaimana kita bisa masuk kedalam kalau untuk membukanya kita perlu seluruh permukaan telapak tangan yang terverifikasi?" Tanya Skyler dengan volume suara yang kecil.
"Serahkan padaku, bung." Jawab Allen lalu ia meletakkan telapak tangannya pada scanner disebelah pintu baja. Pintu itu terbuka perlahan. Aku bisa melihat persenjataan lengkap dengan armor pelindung tubuh. Sebuah markas? batinku. Dan anehnya lagi kenapa Allen bisa membuka pintu baja nya?
"Allen, kenapa kamu bisa membuka pintu baja itu? Kenapa telapak tanganmu terverifikasi? Kamu bagian dari markas ini? Kenapa kamu tidak pernah bilang pada kami? Dan ini markas apa?" Pertanyaan dilontarkan oleh Skyler bertubi-tubi karena ia merasa kecewa mengapa selama ini sahabat baiknya tidak pernah bercerita soal ini. Allen bersandiwara seolah ia benar-benar tidak mengetahui apapun, gerak-geriknya sama sekali tidak mecurigakan.
"Tunggu, Sky. Kamu jangan emosi dulu. Aku akan antar kalian pada ayahku, pimpinan markas bawah tanah ini." Ucap Allen.
"Tunggu, ayahmu? Mr. Rhodes adalah seorang pimpinan markas perang bawah tanah?" Tanya Ivy dengan mimik wajah terkejut.
"Iya benar sekali, dan jika kalian bertanya kenapa aku tidak pernah bercerita soal ini, karena markas ini sangat rahasia. Silakan lewat sini." Tutur Allen sembari menunjukkan arah menuju ruangan ayahnya.
"Aku bahkan baru tahu keberadaan markas ini seminggu yang lalu. Karena itu saat penyelidikan kita yang pertama, aku benar-benar tidak tahu apa-apa soal markas ini. Silakan masuk." Lanjutnya sembari berjalan dan akhirnya sampai disebuah pintu kaca dan terlihat seorang pria berkacamata yang terlihat sibuk didepan layar hologramnya. Kami berempat masuk kedalam ruangan itu.
"Selamat datang di markas bawah tanah yang kunamai The Hole. Aku tahu pertanyaan-pertanyaan yang terlintas di otak kalian. Markas ini adalah markas tersembunyi yang digunakan untuk mempersiapkan pasukan untuk melawan kumpulan manusia agresif. Disini tersedia persenjataan dan perlindungan diri dari gigitan makhluk agresif yang sekarang masih berada di Flexus Corporations." Jelas Mr. Rhodes sambil menunjukkan contoh-contoh senjata yang terpajang dibelakangnya.
"Bukankan makhlus agresif itu telah diamankan oleh Flexus Corporation?" Tanya Ivy
"Memang diamankan, tapi ruang rehabilitas mereka tidak cukup kuat untuk menampung satu makhluk agresif itu. Karena semakin lama virus itu bersinggah ditubuh, maka virus itu akan semakin kuat. Itu yang membuat makhluk agresif itu bertambah kuat setiap harinya, dan mereka para peneliti bodoh itu tetap nekat mempelajari virus itu dan bersikeras menjadikannya sebagai obat untuk kanker." Jawab Mr. Rhodes.
Rupanya Mr. Alex Rhodes ini adalah pimpinan tim peneliti virus. Memang beliau yang mengusulkan untuk meneliti virus dan menjinakkannya serta menjadikannya obat kanker. Namun, ditengah jalan ternyata memang virus ini tidak bisa dijinakkan. Ilmuwan lain termasuk papa ku tetap bersikeras menjinakkan virus itu. Karena Mr. Rhodes tidak ingin bertanggung jawab atas resiko kengeyelan ilmuwan-ilmuwan ini maka ia mengundurkan diri dan membangun markas untuk bersiap-siap jika malapetaka itu datang.
Dan benar saja, baru saja aku melihat breaking news bahwa Max manusia terinfeksi lolos dari ruang rehabilitas Flexus Corp. Seluruh kota Trivouverine gempar. Selama berjam-jam kami masih di markas bawah tanah ini, aku memikirkan bagaimana papa dan mamaku.
"Breaking news, pekerja di Flexus Corporation terinfeksi virus yang dibawa oleh Max si manusia agresif. Pemerintah belum bergerak mengevakuasi warga sekitar kompleks Flexus Corporation."
Mataku terbelalak mendengarnya, kemungkinan papaku selamat hanya sedikit. Aku mulai gelisah dan semakin gelisah. Aku tidak tahu berapa banyak orang diluar sana yang sudah terinfeksi, aku hanya berharap orangtua ku baik-baik saja.
"See? Barusan apa yang kubilang menjadi kenyataan. Kenakan setelan baju perang itu. Pilihlah senjata yang menurut kalian bisa kalian pakai dengan baik. Kita akan membasmi makhluk-makhluk itu." Ucap Mr. Rhodes.
"Tapi, sir, bukankah kami tidak tahu apapun mengenai tembak menembak?Aku bahkan belum pernah memegang pistol maupun tembakan dan panah sebelumnya, apalagi memakainya?" Tanya Skyler.
"Tak ada waktu lagi untuk latihan menembak, nak. Waktu kita sempit, maka Jackson disana akan mengajarimu bagaimana memakai senapan secara singkat, kamu tidak mau kan kalau seluruh kota terinfeksi virus?" Jawab Mr. Rhodes sambil menepuk pundak Skyler perlahan.
Jackson, pemuda tinggi dan kekar menunjukkan bagaimana cara menggunakan sebuah shotgun. Ia memberi kami satu persatu sebuah shotgun yang lumayan berat. Aku mulai paham cara menggunakannya dan bagaimana mengisi pelurunya. Aku, Ivy, Allen dan juga Skyler lalu memakai setelan baju hitam-hitam, seperti jumpsuit. Lalu memakai rompi pengaman dan sepatu bot kulit ringan. Mengambil ransel dan mengisinya dengan beberapa barang seperti masker respirator, beberapa epinephrine-obat pemacu adrenalin, kotak P3K dan juga teropong. Tidak lupa membawa shotgun dan refill peluru yang tadi diberikan oleh Jackson. Allen mengingatkanku untuk membawa peluru cadangan dan memberiku satu buah pistol dan satu buah suar untuk keadaan darurat. Lalu aku memasang headset yang terhubung dengan alat komunikasi yang kuletakkan dipinggangku. Aku mengikat rambutku agar tidak mengganggu lalu mengenakan helm yang diberi Jackson.
KAMU SEDANG MEMBACA
The HOLE
Science FictionKehidupan kami semula seperti siswa siswi normal pada umum nya. Namun pada suatu hari kami menemukan sebuah lubang kecil di taman belakang sekolah kami, yang menyimpan sebuah rahasia besar. Kami terlibat didalamnya, yang membuat hidup kami tak sama...