Part 6

49 3 0
                                    

Aku melihat layar hologram yang berisi seputar informasi kota Trivouverine yang ada di stasiun bawah tanah ketika aku dan Skyler sedang menunggu kereta maglev.

"Selamat malam warga Trivouverine, saya Michelle Alevanders akan membawakan breaking news kali ini. Seluruh warga dilanda kepanikan karena rahasia Flexus Corporation bocor. Seorang dokter muda terinfeksi virus yang masih belum teridentifikasi yang membuat penderitanya menjadi makhluk agresif yang menyeramkan. Virus tersebut awalnya digunakan sebagai percobaan untuk penyembuhan kanker. Saat ini dokter muda yang akrab disapa Max ini sedang direhabilitasi. Sekian breaking news kali ini. Saya Michelle Alevanders mohon undur diri."

Aku kaget sampai ke ubun-ubun. Berita ini telah bocor ke masyarakat dan bahkan menunjukkan potret dokter muda yang bentuk nya sudah mengerikan itu. Aku yakin ini akan menjadi bahan omongan setiap orang dan hanya berharap Max-yang sekarang menjadi makhluk agresif- tetap berada di ruang pengamanan Flexus Corp. Skyler yang memandangku dengan penuh keheranan juga bertanya-tanya. Sebenarnya aku ingin mengatakan bahwa papa ku adalah seorang dokter yang juga bekerja di Flexus Corporation, dan aku tahu lebih awal soal Max yang terinfeksi. Namun kuurungkan niatku karena aku takut situasi akan memburuk.

"Hazel, tenang saja, kau tidak perlu takut. Kalau makhluk itu lolos, tidak akan kubiarkan ia menyentuhmu." Ucapnya.

Pagi ini cerah, tandanya musim dingin sudah berlalu. Sebulan setelah breaking news dan berita-berita lain yang heboh tentang makhluk agresif itu telah berlalu, sudah tidak seheboh bulan lalu. Aku masih belum bisa memberitahu teman-temanku tentang Mr. Collins dan lubang penyedot daun yang dapat membesar dan terletak di taman belakang sekolahku. Aku tetap menjalankan rutinitasku seperti biasa. Berangkat ke sekolah bersama Ivy, Allen, dan Skyler. Hanya yang berbeda adalah Allen sekarang sudah milik Ruby Hester.

Sekolah juga masih tetap membosankan untukku. Oh, dan aku berencana mengatakan pada Ivy, Allen, dan Skyler mengenai lubang itu nanti pulang sekolah. Aku akan mengajak mereka kerumahku untuk makan siang dan menceritakannya. Makan siangnya sebagai penebus kesalahanku karena menyimpan hal penting seperti ini terlalu lama, yaa mirip-mirip dengan sogokan.

Setelah kuajak mereka dan mereka setuju, akhirnya kami sepakat untuk kerumahku. Yang mereka tahu hanyalah untuk makan siang. Waktu pulang sekolah pun tiba, aku, Ivy, Allen, dan Skyler bergegas ke rumahku karena mereka telah lapar.

Sampai di rumahku, mereka langsung ambil posisi di meja makan. Untung saja mamaku menyiapkan makanan dalam porsi besar, jadinya cukup untuk mengisi perut karet Allen dan
Skyler. Menunggu mereka selesai makan, dan akhirnya aku mulai bicara tentang lubang itu. Aku tahu mereka pasti akan sedikit kecewa, dan aku sudah menerima konsekuensi itu.

"Baiklah, kalau begitu, sekarang kita kembali ke sekolah dan menyelidikinya." Ucap Skyler bersemangat.

"Hey, hey, tunggu dulu. Jangan sekarang, tunggu matahari terbenam. Setelah itu kita akan kesana." Allen akhirnya berkomentar dan berguna. Kami tidak boleh gegabah dalam melakukan sesuatu. Kami butuh persiapan.

"Baiklah, kalau begitu, sekarang kita kembali ke sekolah dan menyelidikinya." Ucap Skyler bersemangat.
"Hey, hey, tunggu dulu. Jangan sekarang, tunggu matahari terbenam. Setelah itu kita akan kesana." Allen akhirnya berkomentar dan berguna. Kami tidak boleh gegabah dalam melakukan sesuatu. Kami butuh persiapan.
...

Matahari terbenam, kami sudah siap di gerbang sekolah kami. Karena sudah mulai gelap, kami mengeluarkan robot terbang yang bekerja seperti kunang-kunang untuk menerangi sekitar kami, hanya berjaga-jaga jika penerangan kurang.

Robot kunang-kunang itu dikendalikan oleh Allen. Kami berjalan menyusuri lorong demi lorong dan akhirnya sampai di taman belakang. Setelah memastikan semua baik-baik saja, kami berempat mendekati lubang itu. Ivy terlihat ragu-ragu, aku menatapnya seolah memberi isyarat bahwa semua akan baik-baik saja. Kami tidak mengeluarkan suara, hanya bahasa tubuh dan bisikan kecil. Aku mencari-cari tombol yang digunakan Mr. Collins untuk melebarkan lubang ini. Voilà! tombol itu kutemukan. Kutekan perlahan, dan lubangnya mulai membesar.

Kami berjalan mundur perlahan seiring membesarnya lubang itu. Aku melihat ada piringan perak di tengahnya, itu yang membawa Mr. Collins turun. Aku mengisyaratkan Ivy, Allen, dan Skyler untuk mengikutiku berdiri diatasnya. Piringan perak yang bekerja sebagai elevator ini turun perlahan. Ivy yang sedikit kaget, refleks memegang lenganku. Semakin gelap, dan semakin gelap. Lubang itu mengecil kembali, aku bisa melihatnya dari bawah sini. Kami turun kira-kira 8 meter dibawah tanah. Piringan perak itu berhenti didepan sebuah pintu baja yang terlihat kokoh, dan berwarna perak.

The HOLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang