PT. Jasa Boga Bahari
Ke saya
24/10/2018
Kepada YTH :
Saudara Poppy Atmarini, S.Tr.Gz
Kami mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesediaan saudara dalam mengikuti rangkaian acara penerimaan calon pegawai di perusahaan kami. Dari hasil seleksi, kami memutuskan bahwa saudara BELUM BISA diterima sebagai ba gian dari perusahaan. Silakan mencoba lagi, pada kesempatan berikutnya.
Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Sekian
PT. Jasa Boga Bahari
"Oke, kali ini belum bisa."
Gadis manis berperawakan tinggi itu menutup akun email dan memutus koneksi internet. Ia lalu membaringkan tubuh dalam kamar indekosnya yang berukuran tiga kali tiga meter persegi, sembari mengarahkan pandangan pada langit-langit kamar. Belum bisa, belum beruntung, gagal, dan tidak lulus adalah kata-kata yang menemaninya beberapa bulan ini terkait dengan lamaran pekerjaan. Itu belum termasuk dengan lamaran yang terbengkalai atau tanpa jawaban sama sekali. Menurut Becca–rekan satu indekos Poppy–hal tersebut ibarat hubungan tanpa kepastian, 'Statusnya temen, tapi manggil sayang!', walau saat mengatakannya, Becca memang tengah curhat dengan Poppy.
"Hufh, nyoba di mana lagi, ya?" gadis itu menghela napas berat.
Poppy ingat, dirinya sempat optimis bakal diterima menjadi tenaga honorer oleh salah satu instansi kesehatan milik pemerintah beberapa minggu lalu. Namun, saat tidak sengaja mendengar percakapan dari balik bilik toilet, harapannya seketika sirna.
'Aku sih yakin bakal keterima, soalnya om aku kepala bidang di sini.'
'Aku udah keluar lima belas juta loh, pasti diterima juga kan?'
Begitulah kira-kira obrolan yang Poppy dengar. Gadis-gadis itu bahkan dengan bangganya memamerkan perbuatan tercela yang mereka lakukan, bahkan di tempat siapa pun bisa mendengarnya. Poppy juga tidak habis pikir, padahal pemerintah semarak menegakkan sistem antikorupsi, tetapi masih ada saja oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang dengan sadar mencoreng nama baik instansi tempat mereka bekerja.
Dunia kerja memang sungguh kejam. Ingin rasanya Poppy kembali ke masa-masa sekolah. Di mana hal paling rumit yang ia hadapi hanya seputar pelajaran Matematika materi Integral Trigonometri dan turunannya. Saat itu Poppy sempat berpikir, tak ada hal yang lebih sulit lagi selain menjawab persoalan tersebut. Namun, ia salah. Setelah pemikiran panjang untuk menghindari Matematika dengan berkuliah di salah satu studi ilmu kesehatan, ternyata Statistika dan beberapa metode perhitungan lain tetap Poppy temui, meski tidak sebanyak saat sekolah. Sekarang, saat sudah lulus kuliah dengan indeks prestasi yang cukup membanggakan, mencari kerja membuat Poppy kembali hampir menangis menghadapinya.
Walau menghadapi kesulitan, syukurnya, untuk kebutuhan sehari-hari serta bayar indekos, gadis itu tidak terlalu pusing memikirkan. Ia mengelola bisnis penjualan sayuran organik kecil-kecilan. Ibu pemilik indekos atau tetangga sekitar rumah yang sesekali ingin mencoba sayuran bebas pestisida adalah pelanggan Poppy. Dalam urusan dagang, usaha Poppy juga tak serta merta lancar. Terkadang ia harus bersaing dengan tukang sayur komplek, yang siap dengan jurus andalannya, 'bayarnya boleh bulan depan, Bu!'. Kalau sudah begitu, Poppy hanya bisa tersenyum getir. Ia tak mungkin menyaingi si tukang sayur. Jika harus memberi hutangan, bisnis Poppy dijamin bakal segera gulung tikar. Gadis itu mematok harga standar sayuran organik, jauh lebih murah dari harga di supermarket. Hanya sedikit keuntungan, yang penting sayurannya terjual.
Sayuran yang Poppy jual adalah hasil tanaman sendiri. Berbekal ilmu yang ia pelajari dari kedua orang tuanya–yang notabene petani sukses–juga izin serta dukungan penuh dari ibu pemilik indekos, gadis itu mengolah balkon paling atas rumah indekosnya, menjadi sebuah perkebunan mini. Ada beberapa tanaman sayur yang ia rawat, seperti selada, tomat ceri, seledri, daun basil dan mint juga beberapa tanaman jenis umbi-umbian.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRUKTOSA [ Tamat ] PINDAH KE CABACA. TERBIT TIAP SABTU
RomanceLulus kuliah, bekerja, dan menjadi orang sukses adalah dambaan hidup sebagian besar manusia. Namun, kenyataan yang dilalui, tidaklah semulus itu. . . Poppy sudah berulang kali gagal saat melamar, ia juga hampir saja bekerja di luar jurusannya sebaga...