3.

438 75 0
                                    

Beberapa Bulan Kemudian...

"Mark?"

"Paman, apakah Haechanie sudah balik dari liburannya?"

"Belum, Mark. Sepertinya dia terlalu menikmati liburannya."

"Aku merindukannya..."

"...bisakah paman memberitahukan Haechan kalau aku sangat merindukannya?"

"Mark, kau tau mungkin Haechan masih membutuhkan waktu sedikit lagi?"

"Aku tau, tapi hampir enam bulan aku menunggunya tanpa kabar. Bahkan dia tidak mau dihubungi olehku, dan akupun tidak tau bagaimana cara menyusulnya..."

"Seharusnya kau jalani hidupmu sesuai pilihanmu, Mark..."

"Paman John, aku sangat menyesalinya..."

"Masalahnya bukan hanya Haechan yang kecewa kepadamu, aku pun merasa kecewa namun aku masih memandang kau itu anak dari sahabatku. Tapi, Ten belum bisa memaafkanmu. Jadi, sebaiknya kau lebih baik mengambil waktumu sendiri, Mark."

.
.
.

Apakah ini yang di rasakan Haechan setiap kali Mark melakukan penolakan terhadap dirinya?

Apakah sesakit ini mengharapkan seseorang yang begitu dalam tapi dia tidak melihatnya?

Mark sangat merasakan penyesalan yang mendalam, setiap hari bahkan setiap saat dirinya selalu berkunjung ke rumah Haechan hanya untuk memastikan sosok yang sangat ia rindukan itu sudah kembali atau belum dari liburannya. Namun, terhitung selama nyaris 8 bulan lebih dirinya hanya menelan kekecewaan yang mendalam karena Haechannya tidak kunjung juga kembali. Atau lebih tepatnya Haechannya benar-benar tidak ingin menemuinya.

"Mark?" suara yang sangat dikenalnya itu memasuki pendengarannya, membuat Mark yang melamun diatas ranjangnya menoleh kearah pintu kamarnya.

Sosok mamanya berada dibalik pintu kamarnya, membuat Mark sedikit tersenyum.

"Apakah Haechan sudah kembali, ma?" pertanyaan monoton yang dilontarkan oleh Mark membuat Taeyong memasuki kamar anak tunggalnya tersebut, "hm ya, Haechan sudah kembali Mark. Dan dia ada dibawㅡyak Mark Lee! Kenapa kau seperti orang kerasukan gitu?"

Taeyong mengerti, meskipun dirinya kesal mendapati sang anak semata wayangnya bangun dan berlari dengan gesitnya meninggalkan dirinya paskah dirinya mengatakan bahwa sosok yang sangat dirindukan anaknya itu ada dibawah ㅡatau lebih tepatnya berada di rumahnya membuat akal sehat seorang Mark hilang begitu saja. Namun, bagaimana pun Taeyong tidak bisa menyembunyikan senyum sumringahnya dan wajah kecewanya sekaligus.

Ya, sayangnya Mark tidak mengetahui yang sebenarnya. Ah, bagaimana bisa dirinya membayangkan jika anak kesayangannya itu mengetahui bahwa Haechannya memang bukan lagi ditakdirkan untuk anaknya itu?

Taeyong membalikkan badannya dan segera saja menyusul Mark yang sudah keluar kamar terlebih dahulu. Dirinya harus berada disamping Mark, kan? Jaga-jaga kalau anaknya itu merasakan sakit hati?

Sudah di pastikan kalau anak itu pasti tidak akan kuat mendengar berita yang akan di katakan langsung dari mantannya tersebut. Sebenarnya Taeyong sendiri pun bingung menyebut hubungan keduanya.

Bisakah mereka dikatakan mantan? Berhubung keduanya tidak memiliki ikatan seperti layaknya kekasih pada umumnya...

.

"Mark hyung..." Sosok yang lebih muda dan masih terlihat mungil itu melototkan kedua matanya, tentu saja dia terkejut setelah mendapati serangan mendadak dari Mark.

4 Season Series : Take Me To The Past (MarkHyuck Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang