4.

431 59 14
                                    

"Bukankah kau yang mengatakan tak akan menyerah sampai kapanpun?"

Mark berkata sambil melangkahkan kakinya mendekati Haechan.

"Hyung..."

Mendengar suara Haechan yang lirih, Mark tersenyum miris.

Dulu, Haechannya tidak pernah bersuara seperti itu. Dia selalu menjadi sosok yang menyebut dirinya dengan semangat.

"Jawab aku, Haechan! Kau bilang sendiri kepadaku, tidak akan pernah menyerah..."

Mark benar-benar seperti orang yang putus asa, ia terus menatap Haechan yang menunduk sambil memilin ujung toxedonya.

"...sampai kapan pun. Tapi kenapa kau melakukan hal ini kepadaku?"

Dan ketika Mark melanjutkan ucapannya, Haechan mengangkat kepalanya. Melihat Mark dengan pandangan yang sulit di artikan.

Mark masih bisa melihat ada tatapan cinta pada mata Haechan. Tapi kenapa bisa tatapan cinta itu terlihat samar, seperti seakan hilang.

Tidak mungkin kan Haechannya tidak mencintainya lagi?

"Dengarkan aku hyung, mungkin memang dulu aku pernah berkata demikian. Tapi untuk kedepannya kita tak tau apa yang terjadi, bukan?"

Ucapan Haechan tidak salah, Mark sangat paham apa yang telah terlontarkan dari bibir yang lebih muda itu. Karna ia pun sering mengatakan hal tersebut kepada sosok yang telah berada tepat dihadapannya ini.

"Haechanie.."

Ya dulu, Mark tak pernah bosan selalu berkata seperti itu kepada Haechan.

Menyesal?

Tentu saja.

"Bukankah hyung sendiri juga yang selalu mengatakan bahwa suatu saat nanti aku akan menyerah dengan sendirinya."

Mark menatap tak percaya kearah Haechan, tangannya memegang bahu sang mantan tunangannya tersebut.

"Tidak... Tidak... Tidak..." Layaknya seperti orang yang linglung, Mark hanya membeo.

"Hyung, dengarkan aku. Ucapanmu memang benar, bahwa aku bisa aja lelah dengan semuanya dan berakhir dengan menyerah..." Haechan menyingkirkan tangan Mark dari bahunya, lalu menggenggamnya erat.

"Aku minta maaf, Haechan. Jangan lakukan ini kepadaku..."

"...ku mohon."

Mark lebih erat menggenggam tangan Haechan. Takut jika nanti Haechan melepaskannya, ia benar-benar kehilangan sosok yang dicintainya tersebut.

Ya mungkin telat,

Tapi Mark benar-benar baru menyadarinya.

Bahwa dirinya telah mencintai sosok yang dulunya sangat mengganggunya itu.

"Hyung terlambat, kenapa disaat aku merasakan lelah dan berhenti. Kau seolah ingin memperjuanganku?"

Ketika mengatakan hal itu, Haechan pergi meninggalkan Mark...

.
.
.

Hari ini adalah pernikahan Haechan, tapi bukan dengan dirinya melainkan dengan sosok yang asing. Mark tidak mengenalnya, bahkan sangat malas untuk sekedar basa basi. Dengan kata lain, Mark membenci sosok yang telah merebut Haechannya.

Seharusnya, Haechan itu telah menjadi miliknya beberapa bulan yang lalu. Jika saja, kebodohan tidak menghampiri Mark. Sungguh Mark sangat menyesal. Bisakah ia kembali kemasa dimana akan memperbaiki semuanya?

Mark hanya menginginkan Haechannya kembali, ya kembali ke dirinya. Bukan menikah dengan orang lain.

"Mark?" Suara yang tak asing memasuki pendengaran Mark. Ia pun menegakkan kepalanya dan melihat siapa yang memanggil dirinya.

Itu adalah papa dari sosok yang dicintainya, Ten.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya basa basi, lalu Mark tentu saja menggelengkan kepalanya.

"Mengenai Haechan," ucapan Ten menggantung, menatap lekat sosok Mark yang sangat kacau. "Seharusnya kau melakukannya lebih awal, Mark. Dengan kau berdiam diri, tidak akan menghasilkan apapun..." lanjut Ten, lalu mendudukan dirinya di samping Mark. Mengelus punggung rapuh mantan calon menantunya tersebut.

Mark tentu saja terkejut, ia mengira bahwa Ten sangat membencinya setelah kejadian dimana dirinya telah mencampakan Haechan...

"Aku tau, tapi bukan berarti aku harus membantumu." lagi, ucapan Ten membuat Mark melongo.

"Ku kira kau akan bertindak lebih gigih, namun nyatanya kau hanya meratapi saja. Bukankah itu kau tidak ada usahanya sama sekali? Dan itu membuatku sangat gemas kepadamu..."

"Maksudnya?" dari banyak kata yang bersarang dikepala seorang Mark Lee entah kenapa mulutnya hanya mengeluarkan satu kosa kalimat saja.

Sial.

"Seharusnya kau bisa menggagalkan rencana pernikahan Haechan jika saja kau lebih berpikir nekat sedikit."

Terkejut?

Sudah tentu.

Apakah dengan bertanya seperti itu berarti Ten...

"Bukan berarti aku menyetujuinya, maksudku jika saja sebelumnya kau punya pemikiran yang menantang. Kau pasti akan nekat ujtuk menggagalkan rencana pernikahan Haechan."

Mark terdiam.

Dirinya merasa sangat bodoh.

Bagaimana bisa ia tidak kepikiran sama sekali. Ah, bukan tidak kepikiran hanya saja Mark selalu mencoba untuk memilih jalur yang aman bukan yang nekat yang sering hinggap di kepalanya tersebut.

"Haechan. Hanya menerimanya karna utang budi. Jadi kurasa kau masih punya kesempatan."

"Kau bisa jalan keluar dan usahakan dirimu berada dijalan yang benar untuk menuju ke tempat Haechan."

Mark sungguh tidak mengerti. Otak pintarnya entah kenapa tidak bisa bekerja dengan baik.

Tapi, tubuhnya bergerak lebih dulu. Tidak sinkron dengan isi kepalanya. Langkah kakinya bergerak dengan cepat, menuju keberadaan Haechan.

Ya, mungkin dirinya masih diberikan kesempatan. Meskipun sangat sedikit.

Namun langkahnya berhenti, tunggu...

Siapa yang meletakan sesuatu dengan sembarangan sehingga Mark yang sudah terburu-buru tersungkur ke lantai.

Sial.

"Mark?"

Setelah mendangakan kepalanya, Mark terkejut berkali-kali lipat.

.
.
.

Update😂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

4 Season Series : Take Me To The Past (MarkHyuck Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang