BAB 5 - Namanya David

57.1K 3K 32
                                    

Lanna Davina

Aku kembali dengan wajah pucat. Bosku menghamili wanita bernama Anita. Kalau bosku pria brengsek dia bisa saja nanti akan mendekati aku, kalau aku menolak dia akan memberikan minuman yang diisi dengan obat tidur atau obat... aku harus mengatakan soal ini pada Kirana. Dia harus tahu kalau bosnya menghamili seorang wanita muda.

"Dia udah pergi?" tanyanya.

"Udah."

"Bagus." David bangkit, mengambil jasnya lalu hendak meninggalkan ruanganku.

"Dia bilang dia hamil tiga minggu." Aku berkata dengan tatapan memelas seakan aku berada di posisi Anita. Tapi sepertinya wanita seperti Anita tidak perlu dikasihani.

David menghela napas berat. "Aku heran kenapa wanita jaman sekarang suka mengaku-ngaku."

"Maksudnya?" dahiku mengerut.

"Wanita jaman sekarang itu ganas-ganas. Tahu maksud aku?"

Aku menggeleng semakin tidak mengerti.

"Jadi, dia berpura-pura hamil untuk menarik perhatianku. Dia mengejar-ngejarku terus menerus. Dia nyaris memperkosa aku."

"Hah?!" aku mengatakan 'hah' dengan nyaring.

"Kamu nggak percaya?" dia bertanya setelah menatapku lama. Ya, aku kurang percaya pada ucapannya. Mana ada wanita mau memperkosa pria, bukannya yang ada pria ingin memperkosa wanita. Aneh! Si Anita ini lumayan cantik. Masa sih digoda wanita semenarik Anita pria menolak.

"Yaudah, aku juga nggak butuh kepercayaan kamu." David keluar dari ruanganku seakan lelah menjelaskan sesuatu yang mungkin hanya kebohongannya dia. Dan seharusnya aku tidak terlalu memikirkan soal Anita yang hamil. Toh, wanita itu saja seperti tidak peduli. Bahkan dia wajahnya tidak sedih sama sekali.

"Kamu boleh istirahat sekarang." David berbalik. "Tiga puluh menit." Katanya seraya mengangkat tangan dan menggunakan jarinya membentuk angka 3 dan 0.

Aku mengangguk.

***

"Serius deh, Kir. Cewek itu bilang dia hamil tiga minggu. Buah cintanya dengan David." Dengan sebelah tangan menggenggam cup ice cream kantin, aku bercerita pada Kirana yang sedang asyik dengan laptopnya.

"Nggak heran."

"Nggak heran? Maksudnya David udah biasa menghamili cewek gitu?" aku memiringkan kembali agar fokus pada penjelasan Kirana.

"Hahaha, nggak heran banyak cewek yang ngaku-ngaku dihamili David. Padahal ditiduri aja nggak."

"Kok kamu tahu?" aku menatapnya curiga. Jangan-jangan David dan Kirana pernah kencan, saling suka atau apalah.

"Ya, selera David nggak sembaranganlah. Dia ganteng, tajir dan hot. Jadi, ya, pasti dia pilih-pilih kalau mau nidurin cewek."

Aku menelan ludah mendengar cerita vulgar dari Kirana. Memilih kembali melahap ice cream adalah cara terbaik menghilangkan pikiran negatif. Ya, secara fisik memang David nyaris sempurna dan nggak ada celah. Dia memang menggiurkan tapi apa sampai harus merendahkan diri seperti itu hanya untuk menarik perhatian David? Apa jaman sekarang memang kebanyakan wanita berlomba-lomba untuk mendapatkan pria seperti David?

"Udah nggak usah dipikirin." Aku menoleh pada Kirana.

"Nanti kalau ada cewek lagi datang terus ngaku dihamilin David lagi, David pasti bakal nyuruh aku buat menghadapi cewek-cewek itu."

"Ya, itu risiko kerja sebagai sekretaris." Celetuk Kirana.

"Itu, kan, nggak masuk job desc. Aku nggak mau berurusan sama cewek-cewek begitu."

"Tapi pekerjaan kamu mengharuskan kamu berurusan dengan cewek-cewek kaya begitu karena bosnya David. Beda kalau bosmu bukan pria muda yang tampan dan kaya."

"Kirana!" seruku kesal.

"Lanna!" balasnya. Lalu kami terbahak.

"Jadi totalnya ada berapa cewek yang ngaku dihamili David?"

"Emmm," Kirana memutar bola mata. "Sekitar empat puluhan."

"Apa?!"

"Hahaha, aku becanda. Risiko punya bos yang tampan bak Arjuna."

"Eh, tapi sebenarnya David punya cewek nggak?" entah kenapa pertanyaan ini meluncur begitu saja dari kedua daun bibirku.

Kirana diam beberapa saat.

"Ada sih yang katanya cewek pujaan hati David. Tapi nggak tahu itu gosipnya bener enggak."

"Siapa?" aku bertanya penasaran.

"Seorang desainer muda. Namanya Sarah."

***

Married By Contract [Completed√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang