Awal Mula Rasa Penasaran

51 3 4
                                    

Senin _ 19 Juli 2016

Setelah vakum sekolah selama 2 pekan karena libur tahun ajaran baru, sepertinya seluruh anggota tubuh serta panca indraku juga masih perlu beradaptasi. Hingga kejadian tadi pagi seperti membawaku pada gelombang halusinasi yang dikeluarkan oleh seorang ilusionis. Seandainya itu benar, maka tubuhku sedang pada fase melayang lalu merasakan kembali tarikan lengan kiriku.

"Barusan lu?" sergahku sambil menatap seorang wanita yang meraih lengan kiriku. Tinggi tubuhnya yang hanya sekitar 160 sentimeter-an membuatku merasa begitu proposional menjadi pemain utama Voli Putra disekolahku. Kurang lebih tinggiku 181 sentimeter. Bukan itu yang Giri ingin pastikan, karena wanita berambut hitam lurus seperti jalan bebas hambatan, hobi menggunakan wewangian stroberi dan lengkap dengan atribut serba merah muda, Grissel. Baiklah itu Grissel, kamu akan lebih mengenalnya nanti, tetapi bisa aku pastikan bahwa dia juga bukan pacarku.

Kami saling menatap, dia menggeleng sekaligus menjawab pertanyaanku.

"Bukan, maksud lu gue emang lagi menggandeng lu, abis lu kaya orang bingung, sepagi ini gue udah nerocos sana sini, and then, no answer from your damn thin lips!" jelasnya.

"Apa aja yang lu omongin," dia melepaskan simpul lengan dari lengan kiriku, terhenti depan papan tulis yang sudah tertempel nama dan meja dimana kami duduk.

"Banyak, dan gue males buat ngulang lagi!" kesalnya lalu beranjak pergi ke tempat duduk sesuai dengan namanya.

Aku mengikutinya, dia duduk. Kami satu baris, dan untungnya aku duduk di belakang. Benar saja, postur tubuhku juga akan mengganggu pengelihatan bagi teman sekelasku yang duduk dibaris belakangku. Aku juga menuju ke kursi dimana namaku tertera.

"Griss!"

Dia menoleh sebal.

Aku melenturkan tubuhku, membuat lingkaran besar mengelilingiku sambil berkata. "Bahas alam semesta?"

Dia terkekeh, "Jangan mentang-mentang baru masuk jurusan IPA, dan lu yang paling muda, kita harus bahas fiksi ilmiah pagi-pagi?!" jawabnya.

Jelas juga itu bukan suara Grissel, dia tidak memiliki pita suara yang mampu menghasilkan suara yang begitu nyaman, persuasif seperti tadi. ABSOLUTELY NOT HER! 

Ungkapan alam semesta berakhir dengan tubuhku yang tersandar pada punggung kursi, sambil menghela napas panjang.

"I Hear That."

"You know me very very well, sis."

"F**k you."

Aku yakin itu bukan Griss, juga bukan Erly. Dia juga tidak memiliki suara yang sebegitu nyaman, persuasif dan melemahkan seluruh kuasaku untuk tidak berkata TIDAK.

You Are My Universe [EDITED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang