Rutinitas Membosankan di Tahun Ajaran Baru

42 4 1
                                    

Menjelang pelajaran dimulai, hal yang membosankan yaitu perkenalan. Sepertinya mereka juga sudah banyak mengenal siapa Giri, tetapi tidak untuk Giri yang hampir sebagian besar baru melihat wajah asing, dan sebagian yang tidak ingin dia kenal. Atau sebagian yang sebenarnya bukan bagian dari teman sekelasnya.

Itu si pembisik, julukannya.

Maksudku, dia bukan seorang penganut sebuah sekte kepercayaan tertentu yang begitu kental membahas hal-hal berbau misti ataupun takhayul.

Giri hanya ingin menghindari lingkaran pertemanan, termasuk pada teman sekelasnya, atau yang tidak benar-benar teman sekelasnya.

Tetapi sepertinya cara Giri untuk menghindari atau paling tidak mengurangi interaksi dengan memasuki jurusan IPA, bukan jurusan IPS dan Bahasa ternyata juga bukan merupakan pilihan yang tepat.

Pak Antang, Wali kelasnya, sekaligus musuhnya memasuki ruangan. Memeriksa nama-nama pada setiap bangku, benar saja, beliau sosok yang begitu rapi, tertib dan disiplin. Nasibnya hari ini juga masih selamat, karena mengetahui beliau akan mengisi wali kelas, Giri sudah merapikan segala macam lekukan baju yang seharusnya berada pada posisinya dan untuk sekian puluh menit dia menjadi anak baik dihadapan Pak Antang, wali kelasnya dan juga sekaligus musuhnya.

Kembali, sekaligus musuhnya...

"Sret...cetek... sret," suara coretan kapur tulis yang digesekan dengan begitu rapi dan presisi, hingga sudut dan jarak antar hurufpun sudah seperti dihitung sedemikian sehingga sesuai dengan aturan penulisan yang harus didapatkan pada saat proses sertifikasi guru. Tulisan itu sangat jelas hingga bisa dibaca dengan jarak kurang lebih enam meter, sehingga tidak ada kesalahan komunikasi dan informasi yang disampaikan dari Pak Antang.

"PEMBAGIAN KELOMPOK BELAJAR DAN PRAKTIKUM KELAS XI IPA C"

Judul serta nama-nama sudah terpampang jelas didepan, lalu Giri memperhatikan keadaan sekitar, memeriksa kemungkinan dari tiga puluh dua siswa dan siswi yang berada dikelas untuk menjadi kelompoknya.

Sepertinya tidak akan merepotkanku, batinnya.

Benar saja, kelompok yang dibuat merupakan kelompok yang akan bersama dengan dirinya selama satu tahun ajaran. Bersama empat orang, diskusi bersama untuk setiap tugas mata pelajaran yang diberikan.

Selama setahun!

Jadi kamu bisa bayangkan, berapa kali kami harus saling tatap muka? Mendiskusikan sesuatu hal yang baru dari setiap mata pelajaran di sekolah. Sesekali berdebat, saling lempar argumen, menghindari tugas dan tanggung jawab untuk membuat power poin, mengeluarkan seribu satu alasan untuk tidak mau berkumpul di cafe untuk mengerjakan tugas, mencari kambing hitam atas kelalaian atau kesalahan dalam kelompok dan sekian banyak kemungkinan yang akan membuat seseorang menarik kerah bajumu hingga melepaskan beberapa kancing baju. Meninggalkan luka lebam, memar, lecet dan berdarah. Terlebih bisa mematahkan tulang hidungmu atau membuat kamu harus meninggalkan sekolah selama seminggu akibat skorsing, dan hal-hal yang begitu ekstrim yang akan terjadi. Masih banyak sekali karena satu tahun ajaran lebih dari tiga ratus hari untuk bisa saling bertatap muka.

Bayangkan saja kembali, jika kamu sedang memiliki perasaan tidak dalam kondisi yang baik. Membenci seseorang yang berada didalam kelompokmu, contohnya. Itu sangat-sangat tidak nyaman, sehingga sesekali si pembisik begitu cerewet memberikanku informasi untuk tidak sekalipun menyinggung dengan tingkah atau perkataanku.

So, berapa besar probabilitas hal-hal atau kejadian buruk yang akan muncul dari setiap interaksi antar individu didalam kelompok yang hanya terdiri dari empat orang, yaitu dua laki-laki dan dua wanita.

Iya, dia si pembisik yang muncul dan menemani Giri sejak lama....

You Are My Universe [EDITED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang