[3] Bagian Tiga

172 33 21
                                    

Vote sebelum membaca, komentar setelahnya. Happy Reading.

→ Penyesalan ←

Saat malam di detik pertama Januari, kau mengungkapkan rasamu, memberiku setangkai bunga mawar merah menyala. Kau jadikan aku wanita paling bahagia ketika kembang api meledakkan api warna-warni di langit bertabur bintang. Janji, angan, dan harapan kita panjat bersama. Rasa ingin saling memiliki membuat kita lupa bahwa ada ribuan luka menanti didepan sana.

Dan masa itu sedang kita hadapi sekarang, kau dan aku saling menikmati luka janji Januari malam.

→ C.L.B.K ←

Milonna sampai di rumah, melempar tas sekolah, membuang sembarang sepatu vans nya. Dan membanting tubuh di kasur empuk seraya mengela napas berat. Dia rasa hari-harinya ke depan akan menjadi hari yang berat. Kenapa sih gue susah banget move on dari Mirza! Umpatnya kesal dalam hati.

Dia mengingat tayangan masa lalunya bersama Mirza, menebak-nebak hal apa yang membuat hatinya sulit berpaling hati. Memang, kenangannya sudah terlalu banyak, wajar jika waktu melupakannya pun lama. Hal yang masih Milonna bingungkan adalah kenapa saat semuanya berjalan lancar, tidak ada masalah apa-apa tapi secara tiba-tiba Mirza memutuskan sepihak hubungan mereka. Wajah dingin Mirza menyeruak masuk dalam batin Milonna, dia tidak pernah menyangka dua kata menyakitkan terucap dengan mudah oleh bibir marun cowok itu.

Flashback

Milonna menggoyang-goyangkan kedua kaki sambil bersenandung kecil, malam itu dia sedang menunggu Mirza yang dalam perjalanan menuju ke tempat dirinya berada.

Hatinya berbunga, wajahnya terus mengerutkan aura kebahagiaan, dia penasaran hal manis apa yang akan Mirza lakukan padanya. Sungguh membayangkannya saja sudah membuat Milonna tersenyum seperti orang gila. Ya, gila karena Mirza.

Tidak lama sebuah mobil berhenti tepat di depannya, warna mobil itu pun bagaikan ikon keberadaan Mirza.

Cowok itu membuka pintu dan keluar, kacamata hitamnya dia lepas perlahan, dalam detik bersamaan Mirza menatap datar Milonna kerutan bahagia cewek itu pun perlahan menghilang. Itu awal wajah datar dan dingin Mirza dapat Milonna rasakan selama dia mengenalnya.

Tapi Milonna menghiraukan semua itu dan tetap tersenyum semanis mungkin, "babe, kamu lama sekali, aku sudah rindu berat denganmu."

Ada jeda sebentar, Mirza seperti sudah merencanakan apa yang akan dia lakukan malam itu.

"Mil, gue mau kita putus."

Moment manis yang Milonna harapkan hilang seketika, wajah bahagianya mulai memurung. Kenapa rasanya seperti ada puluhan ton besi menimpa relung hatinya, ini sulit dimengerti.

"Aku tahu, ini adalah kejutan yang kamu rencanain di hari mensiversarry kita, iya kan?"

Mirza menggelang pelan, tidak ada sorot bercandaan di manik matanya. Yang Milonna lihat hanyalah tatapan dingin dan menyeramkan.

"Jangan tanya kenapa kita harus berakhir, mulai besok jangan pernah bertingkah seolah kita pernah ada hubungan serius. Anggap saja kemarin-kemarin kita hanya sedang menghibur hati masing-masing."

ERASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang