[5] Bagian Lima

158 18 12
                                    

Vote sebelum membaca, dan komentar setelahnya. Happy reading ~

→ Peduli, atau hanya ilusi hati? ←

Alunan lagu menggema di ruangan bernuansa hitam putih seraya tercium aroma semerbak parfum tubuhmu. Kau terbaring dengan bantal abu-abu berada tepat diatas wajah, perlahan ku singkirkan bantal itu hingga wajah polosmu ketika tidur bisa aku nikmati. Ciptaan Tuhan memang seindah ini. Dengkuran, hembusan napasmu berkombinasi. Aku ingin semua itu ku miliki, selamanya. Hingga pagi, siang, malam, aku bisa merasakannya, semauku.

"Sejak kapan kamu ada disini?" Dan suara itu menyadarkan khayalan konyolku.

"Sejak kamu mendengkur seperti seekor banteng," kekehku membuatnya merona malu. Priaku sungguh manis.

→ C.L.B.K ←

Seorang cewek berjalan dengan wajah angkuhnya, bibirnya merah menyala, softlens berwarna biru muda terpasang cantik, cocok dengan mata cewek itu yang besar. Rok mini diatas lutut, baju yang di keluarkan, dan dia membuka satu kancing atas seragamnya hingga memperlihatkan tank top putih yang dia kenakan. Sekilas senyum miring terlontarkan kala melihat beberapa siswi yang memperhatikannya tajam, dia suka sorotan kebencian itu.

Disampingnya ada seorang siswi yang selalu setia menemani, siswi itu berpenampilan sama mencoloknya, namun masih lebih terkesan natural. Tidak lupa gigi cantiknya mengunyah permen karet yang sudah jadi cemilan rutin setiap hari, tidak aneh jika pipinya sedikit chuby.

Mereka adalah Tarenasteva dan Ashalina. Dua siswi paling berpengaruh karena mereka adalah cucu dari pemilik sekolah Fly High ini. Tapi mereka saudara berdarah tiri karena nenek mereka tidak sama. Ya, kakek Tarena dan Ashalina memiliki istri yang berbeda.

"Lo udah mendengar rumor tentang Tata kan, Shal?" Ucap Tarena tanpa beralih dari tatapannya kedepan.

"Iya gue udah tahu, dan dia sukses di jauhi teman-temannya. So, gue bahagia mendengarnya, setidaknya dia tahu, menantang seorang cucu Fly High itu gak baik." Ashalina tersenyum kecut, sorot matanya penuh kemenangan. Pasalnya dia baru saja berhasil membuat Tata, teman satu kelasnya yang berani menantang dirinya kini di musuhi. Itu semua bukan tanpa alasan, melainkan Tarena dan Ashalina telah membabi buta semua teman-teman terdekatnya hingga mereka benci pada Tata.

"Nice Job! Gue gak menyangka jika Tata bisa dengan mudah kita tangkis, tapi itu semua juga berkat gue, haha.." Tarena tertawa puas, terkesan jahat mirip tokoh antagonis di sebuah cerita dongeng.

"Thanks, my sista!" Ashalina ikut menyahuti tawa Tarena dengan penuh rona bahagia.

Tiba-tiba langkah Tarena terhenti, alisnya saling bertemu, terlihat kontras dia sedang penasaran dengan apa yang terjadi di depan tubuhnya berdiri. Banyak siswa/i berkumpul mengelilingi lapangan, sepertinya ada hal menarik yang Tarena lewati siang ini.

"Ramai-ramai ada apa, ya?"

Tarena bertanya pada seorang siswi yang kebetulan lewat didekatnya.

"Kak Mirza berkelahi dengan dua cowok, tapi gue gak kenal mereka siapa," ucapnya yang ternyata adik kelas.

Mendengar itu Tarena hanya berseru 'oh' tapi sepertinya pertunjukan itu menarik, dan dia mengajak Ashalina untuk ikut menyaksikan pertunjukan tinju gratis itu.

"MAJU LO ANJING! DARAH HARUS DI BAYAR DENGAN DARAH!!"

Tarena melihat wajah Mirza yang sudah memerah karena emosi, dia jadi penasaran apa yang menyebabkan perkelahian menarik ini terjadi.

ERASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang