[7] Bagian Tujuh

227 22 21
                                    

Vote sebelum membaca, dan komentar setelahnya. Happy reading.

→ Serba Salah ←

Masa lalu tidak pernah salah, yang salah adalah kita dalam mengambil keputusan.

→ C.L.B.K ←

Tidak ada hari yang menarik semenjak Milonna berada satu kelas dengan Mirza. Dia hanya melihat Mirza sok manis dan bertingkah seolah dia yang paling benar antara mereka berdua. Ada sedikit rasa bosan saat Mirza mulai mengeluarkan smirk, dan gombalan maut recehnya. Rasanya Milonna ingin sekali menyekap mulut itu dengan lem atau kain mungkin, agar setidaknya Mirza bisa bungkam dari bualan menjijikannya. Buktinya hari ini, sebelum masuk kelas tadi milonna tidak sengaja berhasil memergoki Mirza sedang asik berbincang dengan Selena dan Anna. Milonna kira mereka sedang sibuk membahas masalah organisasi atau hal-hal lain berbau pelajaran, namun semakin dekat Milonna justru tercengang karena mendengar Selena berkata semalam Mirza sedang pendekatan dengan Anna, pantas saja wakil ketua kelas itu sambil merona malu. Err! Gue nyesel udah kepo! Batin Milonna.

"Mirza,"

"Hadir pak!" Sahut Milonna percaya diri sambil mengangkat tangan.

Dalam beberapa detik kelas langsung hening. Keheningan memang sudah terjadi dari beberapa menit yang lalu karena Buron, guru Fisika sedang serius mengabsen kelas. Namun kali ini hening rasanya terlalu mencekat untuk Milonna, karena semua mata siswa/i menyorot tajam padanya.

"Bukan sebelumnya kamu sudah angkat tangan?" Ujar Buron memiringkan kepalanya sedikit.

Sial, sial, sial! Karena terlalu sibuk melamun, Milonna salah mendengar. Dia kira barusan Pak Buron memanggil nanya, padahal jelas sekali panggilan itu bukan untuknya.

Dalam sekejap suasana kelas pun menjadi sedikit bising karena suara bisikan atau tawaan kecil dari siswa/i kelas. Milonna malu, sangat. Bahkan rasanya dia lupa harus menyimpan wajahnya dimana, dalam batin dia mengkhayal berlari keluar dari kelas, kalau bisa lenyap sejauh-jauhnya.

"Hehe, maaf Pak," pekik Milonna menunduk malu.

"Hahahaha..."

Barulah sorak tawa pecah  dengan begitu jahatnya.

"Udah, makanya jangan melamun terus," bisik Aneska di samping Milonna, dan orang yang di maksud hanya mengangguk pelan.

"Sudah, sudah, ini bukan waktunya kalian tertawa!" Tegas Buron.

Mirza langsung mengangkat tangan ketika gurunya kembali mengulang namanya. Dalam diam dia bersorak senang bukan karena ikut mentertawakan kecerobohan Milonna, namun karena tahu apa yang cewek itu lakukan hingga membuatnya budek sesaat. Apalagi jika bukan melamun, meski sudah putus Mirza masih mengenal persis pribadi mantannya itu. Entahlah apa yang sedang dia lamunkan, mungkin saja kan dia yang sedang ada dalam pikiran cewek itu, hahaha gue baru tahu ngetawain mantan seasik ini. Gumamnya bahagia dalam hati.

Pulang sekolah, Jonathan terlihat berjalan seorang diri, tidak ada dua kawan sejolinya yang biasa setia menemani cowok itu untuk menyusul Mirza. Denion dan Zayn ternyata sedang punya kesibukan masing-masing bersama gebetan mereka, karena sore ini adalah waktu dimana camping yang sudah di nanti-nanti akan segera mereka nikmati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ERASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang