Cerita ini tentang masa lalu, bukan masa kini, aku menceritakan pada kalian untuk mengetahui rasa bahagia dan sedih ku.
Hanya sekedar ketikan yang mungkin membuat mata mu lusuh ketika melihat nya nanti.🍃🍃🍃
Di ruangan sekolah yang kini terasa dingin, di tambah hujan dadakan yang Tuhan turunkan untuk para manusia nya di bumi. Aku masih merindukan sosok Raihan, ah bodoh memang. Rindu nya sama Raihan, yang dipakai barang pemberian nya dari Azmi.
***
" Rea, ini lo enggak mau taro tas lu dikelas apa? " heran Acha berdiri di samping pintu.
" Oh iya bentar, " ucap ku sambil melepas aerphone di kedua telinga.
Sebenarnya hari itu aku cukup sedih, ulang tahun yang paling buruk daripada tahun-tahun sebelumnya. Lebih amis daripada ceplokan telor di depan gerbang, lebih rumit daripada melupakan hari ulang tahun sendiri.
" Cha, gua mau foto sama Raihan ya di depan. " hmm, kala itu memang banyak kejadian permasalahan, entah lah, semuanya terlalu rumit untuk berdekatan.
" Yaudah sono. " jawab Rahma acuk tak acuh.
Langkah ku kala itu penuh semangat, menghampiri si penjuru kesayangan ku. Orang yang sangat ku jaga dalam relung hati dan doa. Patokan dari seluruh arah yang ku rindu ketika di bumi perkemahan yang berbeda dengan nya.
" Eh kaka, mau ngapain ka? " tanya nya semangat saat langkah ku berhenti di dekatnya yang sedang duduk dengan beberapa teman seangkatannya.
" Mau foto, foto yuk, kan bentar lagi saya lulus dari dubal. " ajak ku, lalu meminta tolong pada Dwi, teman Raihan.
" Pinjam handphone , kak?" aku heran, untuk apa?
" Handphone kaka enggak ada permainan? " ucap nya sambil menggeser layar handphone ku yang sangat monoton. Dari dulu pun, hidup ku hampa. Tidak suka permainan karna ada alasan yang ku yakini, aku adalah manusia yang gampang bosan.
" Simsimi apa? " emm, mungkin hanya permainan aplikasi yang dibalas oleh robot saja yang terdapat pada handphone ku itu.
" Data seluler nya, " ucap ku sambil menggeser layar atas untung menyalakan data seluler.
" Pake data? "
" Iya "
Lalu dengan bodoh nya, Raihan dan Dwi malah sibuk berdebat dengan aplikasi chat robot dengan balasan nya yang aneh-aneh. Aku ingat saat itu, mungkin itu kado terindah dari dia untuk ku, karna dia sudah memberikan ku tawa dan bahagia.
" Kak, kaka dipanggil sama kak Rahma. " kata Iwan yang tiba-tiba menghampiri kami.
" Kenapa memang nya? "
" Enggak tau, kayak nya marah deh. " muka ku panik seketika, ah iya, aku tadi bilang nya sebentar tapi jadi lama begini. Semua nya ku lupa, jika disamping ku itu Raihan.
" Han, saya ke dalam dulu yaa? "
" Iya kak "
***
" Kok lama banget? " ucap Azmi tiba-tiba saat diri ku sudah sampai di depan ruangan pramuka.
" Rahma mana, Az? " tanya ku ragu-ragu. Muka Azmi seram, aku jadi tambah tegang.
" Di dalam, buka aja pintu nya pelan-pelan. " suruh nya yang ku turuti, tiba-tiba, yang ku lihat gelap, eh tapi ada yang spesial..
" Selamat ulang tahun.. Selamat ulang tahun.. Selamat ulang tahun, Tuhan memberkati. Tiup lilin nya.. Tiup lilin nya.. Tiup lilinya sekarang juga, sekarang juga.. " ahh, ku kira Rahma benar-benar marah ternyata tidak.
" Selamat ulang tahun ya kak, " ucap Azmi menyalami tangan ku, di iringi oleh Rahma yang asal menoyor jidad ku.
" Weisshhh, makin tua aja lo " kata nya tak ingat siapa yang lebih tua.
" Potong dulu nih kue nya, si Tiara yang bikin. " ku tatap kue puding coklat bikinan adik kelas yang selalu menjadi teman pulang jalan ku. Ah, baik sekali, kadang di masa sekarang pun aku selalu rindu jika ingat hal itu.
" Makasih ya Tiii... " Tiara membalas anggukan, dan tersenyum.
Aku memotong-motong kue lalu membagi-bagikan dengan menyuapi sambil di foto. Di piring kue itu, ku sisakan satu kue untuk nya. Tentunya sudah bilang ke Rahma.
" Raihan.. " ucap ku pada Raihan dari jauh, dengan senyum sumringah yang masih terpampang jelas di muka bahagia ku kala itu.
" Kenapa kak? " tanya berhenti melangkah di depan ku.
" nihh, " mulutnya menganga sambil ku suapi kue, dan di foto oleh Dwi. Mungkin bagi ku saat itu, foto penyuapan yang paling bagus adalah bersama si penjuru kesayangan ku.
***
Tertanda,
Selasa, 15 mei 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Pramuka buper baper✔
Non-FictionPramuka itu hitam manis, kalo ada yang putih, mungkin karna terlalu manis heheheehe. Bukan cerita jatuh cinta, tapi oplosan cerita yang nyata dan hampir mirip kisah dilan, Azmi adik kelas gue. Ya, ya, dia selalu jadi teman disaat otak gua mumet soal...