Naila merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya, sepatu serta tas sekolah telah tertata rapi di tempatnya. "Hufttt...seru tapi capek" ucap Naila seraya meraih boneka teddy bear di kepala tempat tidur dan memeluknya.
Allahuakbar...Allahuakbar
Terdengar suara azan menggema diseluruh penjuru kota, memanggil seluruh umat muslim untuk menunaikan kewajibannya datang menghadap Tuhan Yang Maha Esa.
Naila tersadar dari tidurnya, dia segera beranjak dari tempat tidur dan asal membuang boneka yang tadi dipeluknya.
"Astagfirullah...sudah Isya" Naila baru menyadari bahwa dia telah tertidur selama setengah jam, bahkan saat ini dia masih mengenakan seragam sekolah.
Naila segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan menunaikan kewajibannya.
Naila pulang sekolah pukul 15.00 dilanjut kan dengan mempersiapkan rapat perdana osis, rapat dimulai pukul 15.15 setelah semua anggota berkumpul. Rapat yang di pimpin oleh Tesyar ini berjalan lancar, meski beberapa kali Naila harus kewalahan untuk menenangkan beberapa anggota osis yang sebagian besar berasal dari kelas 10, sifat kekanan-kanakan nya sejak SMP masih belum hilang, tapi Naila memakluminya karena dulu dia juga pernah berada di posisi mereka, dan pada saat itu dia jauh lebih antusias.
Rapat yang membahas tentang program Osis dan pemilihan ketua MPK ini memakan waktu sekitar 3 jam, sempat break sebentar untuk shalat ashar. Rapat selesai tepat saat azan Magrib, Naila bersama para pengurus osis dan anggota osis kecuali beberapa siswa perempuan yang berhalangan melaksanakan Shalat magrib berjamaah di musholah sekolah.
Naila sampai dirumah selepas magrib, dan langsung terlelap di kasurnya.
Seusai melaksanakan shalat Isya bersama ibunya di ruang keluarga. Naila, ibu dan kedua adiknya berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama.
Ayah Naila berada diluar kota, ayahnya seorang pengacara dan saat ini sedang menangani kasus di luar kota, Naila beserta kedua adiknya sudah terbiasa jauh dari sang ayah, terutama Naila yang sudah dari kecil terbiasa di tinggal ayahnya.
Naila juga memiliki seorang kakak laki-laki yang saat ini tengah menjalankan pendidikan nya sebagai seorang polisi di ibu kota. Nama kakaknya adalah Azam Firdausy, atau Naila dan adik-adiknya memanggilnya Kak Azam.
Naila menggunakan keberhasilan kakaknya itu sebagai motivasi baginya untuk maju dan terus maju. Kalau kakak bisa maka aku juga harus bisa! Itulah yang selalu di tanamkan Naila dalam dirinya.
Dia pernah melihat raut haru, bangga, dan bahagia terpancar dari wajah kedua orang tuanya saat sang kakak Azam lolos dalam tesnya sebagai seorang pengabdi negara. Naila juga menginginkannya dia ingin membuat dua orang spesial ini beserta seluruh keluarga bangga padanya. Kelak suatu hari nanti dia akan tunjukan yang terbaik untuk semuanya, dia akan berusaha sekuat tenaga untuk meraih impiannya menjadi seorang dokter bedah.
Dan penentu keberhasilannya di esok hari adalah apa yang dia lakukan hari ini. Oleh karena itu setiap langkah yang akan diambilnya hari ini harus dia pikirkan secara matang-matang, karena ini adalah awal dari segalanya. Seperti keputusnnya untuk menjadi wakil ketua osis itu pun telah di pikirkannya matang-matang.
"Kak, gimana hari pertamanya?" Tanya ibu Naila di sela-sela makan malam.
Naila meneguk segelas air di sampingnya, kemudian meletakan kembali gelas di meja dan menjawab pertanyaan ibunya "Alhamdulillah lancar mah, hari pertama jadi semuanya pada antusias dan penuh semangat, semoga terus seperti ini sampai selesai masa jabatan mah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You
Novela JuvenilHal terpahit di dunia ini adalah berharap pada manusia. Dan hal terindah di dunia ini adalah berharap pada Tuhannya manusia. ~Yang Salah bukan Rasa Suka ini, tapi yang salah adalah berkembangnya rasa ini menjadi pengharapan karena kita sulit untuk...