Part 1

2.9K 62 42
                                    

"Aahhh..."

Suara lenguh kenikmatan yang dikeluarkan kedua insan, memenuhi ruang kamar serba biru muda itu.

Deru nafas keduanya masih beradu, seolah mewakilkan betapa lelahnya mereka berolahraga di atas kasur.

Namja dengan rambut yang dicat pirang beringsut turun dari tubuh mulus penuh bercak merah itu. Tubuh penuh jejak milik pria mungil berpipi chubby yang baru saja berada di bawah kungkungannya.

Woojin mencabut pedang pusaka yang masih tertanam dalam gua hangat Jaehwan. Gua hangat yang penuh dengan benih cintanya yang baru saja beberapa menit lalu dia tanamkan.

"Eenghhh, Woojinie mau kemana?" tanya Jaehwan yang masih terkulai lemas. Tidak bertenaga akibat perbuatan sang dominan yang begitu ganas menggagahi tubuhnya.

Woojin tersenyum menatap sang kekasih yang begitu indah dimatanya. Dengan peluh yang membasahi sekujur tubuh, bercak sperma yang menodai wajah, dan bagian perut yang sedikit membentuk abs, serta karya seninya yang sangat sempurna terlukis di kulit lembut tanpa cacat itu. Jaehwan benar-benar indah.

"Beristirahatlah, Jjaeni-yaa. Aku akan mengambil sesuatu," sahut Woojin menampilkan senyum khasnya. Memperlihatkan gingsulnya yang mempesona. Senyuman yang membuat Jaehwan selalu bersemu merah.

Jaehwan menunggu sambil mengamati apa yang dilakukan sang kekasih. Ia meneguk air liur saat mengetahui benda apa yang berada di tangan Woojin.

"Woojinie," suara Jaehwan tercekat, "jangan katakan benda itu untuk lubangku!" serunya gugup.

Woojin kembali tersenyum. "Wah, Jjaeni-yaa, padahal aku belum bicara, tapi kau sudah tau apa yang aku pikirkan. Kau memang kekasihku yang paling mengerti aku!" serunya dengan smirk yang sangat menakutkan bagi Jaehwan.

Jaehwan hanya bisa pasrah menerima keinginan gila kekasihnya. Membiarkan Woojin yang sekarang sudah mulai memasukkan benda laknat berbulu sekaligus bergetar itu ke dalam rektumnya.

Woojin sangat suka mengoleksi berbagai alat sex

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Woojin sangat suka mengoleksi berbagai alat sex. Benda-benda laknat yang selalu akan diujicobanya pada Jaehwan setiap mereka selesai berhubungan badan.

"Jjaeni-yaa, hari ini pakai ini ya? Kau cocok sekali memakainya. Semakin terlihat imut! Hari ini kau di rumah saja, tidak perlu kemana-mana. Dan pakai kemeja yang aku belikan waktu itu," Woojin mendekat pada telinga Jaehwan, berujar dengan suara rendah, "ingat, tak perlu memakai celana dalam. Oke?"

"Aku tidak mau, Woojinie! Ini terlalu memalukan!" seru Jaehwan berusaha melepas vibrator berbentuk ekor rubah itu dari dalam tubuhnya.

"Kenapa? Biasanya kau tidak pernah protes, baby Jae."

"Karena benda yang biasanya tidak aneh seperti ini!" gerutu Jaehwan, "apa itu bentuknya? Seperti ekor! Aku kan bukan kucing ataupun rubah."

"Iya, kau memang bukan kucing, sayang, tapi kau itu imut seperti kucing."

"Ah, pakai ini juga!" seru Woojin memberikan bando berbentuk telinga kucing.

"Ya! Woojinie, kenapa kamu selalu memberikan barang aneh padaku?" erang Jaehwan frustasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya! Woojinie, kenapa kamu selalu memberikan barang aneh padaku?" erang Jaehwan frustasi.

"Karena kau imut dan cocok memakainya."

"Uh, aku bete."

"Gak usah bete, baby Jjae. Ayo bangun," ajak Woojin setelah foxtail itu terbenam di dalam lubang sempit milik Jaehwan.

"Eengghh, gak mau."

"Hem, baiklah. Kalau gak mau, aku langsung pencet tombol hard untukmu, karena berani membantahku," pungkas Woojin.

Mendengar ancaman itu, Jaehwan lekas bangkit. Bangun dengan kecepatan kilat.

"Hahh, apa harus dengan ancaman dulu baru kau bisa patuh?"

Jaehwan hanya mengerucutkan bibirnya.

"Gak usah ngambek sayang." Woojin tersenyum sambil membelai lembut pucuk kepala kekasihnya. "Ya sudah, sekarang pakai kemeja ini."

Dengan terpaksa Jaehwan memakai kemeja itu.

"Uh, kemejanya kebesaran."

"Sudah, jangan banyak protes, baby Jjae," tampik Woojin dengan wajah dingin.

"Eeuumm..." Jaehwan menimang. "Tapi, hari ini Jirungi akan datang ke sini. Masa aku menyambutnya dengan penampilan seperti ini? Kemeja longar serta kuping kucing dan vibrator berbentuk ekor ini? Ditambah lagi aku tidak boleh mengenakan celana!" seru Jaehwan kemudian mencebikkan bibir.

"Kenapa sayang? Kau malu jika Jirungie melihatmu dengan penampilan seperti ini?" goda Woojin.

Jaehwan melipat tangannya di dada. "Jelas saja aku malu, besar kemungkinannya Jirungi akan tau apa yang kupakai. Serta pasti dia bisa tau aku tidak mengenakan celana."

"Bagaimana jika Jirungie tidak mau berteman denganku lagi setelah melihat penampilan anehku? Bagaimana kalau aku tiba-tiba horny dan mengeluarkan spermaku di depan Jirungie? Aku bisa malu seumur hidup!" raung Jaehwan dengan wajah cemberut.

"Hahaha! Mana mungkin Jirungie akan menjauhimu, sayang. Paling juga Jirungie akan tergoda padamu. Dan jika kau horny mungkin Jirungie akan menyerangmu."

Woojin masih tertawa, "sudahlah, cepat ke dapur dan buatkan aku makanan."

"Ih, aku mau mandi dulu, gerah tau!"

"Pantas saja dari tadi kemejanya gak dipake, cuman diukurin ke badan doang."

"Aku mau mandi!"

"Yang wangi, ya, sayang. Tunggu! Jangan dilepas!" seru Woojin saat tangan Jaehwan ingin menarik foxtail yang menempel pada tubuhnya.

"Kenapa? Nanti basah."

"Jangan membantah, dan ingat jangan sampai basah." Senyum tercipta di wajah Woojin, "kalau ekornya basah, terima hukumanmu nanti malam."

"Uh, dasar seenaknya!" seru Jaehwan melempar kemeja putih yang sedari tadi ada di tangannya ke wajah Woojin yang sedang tertawa girang.

Jaehwan masuk kamar mandi sambil menghentak-hentakan kaki.

"Yaaakkksss! Woojinie sialan! Kenapa kamu gerakkan vibratornya sekarang!" teriak Jaehwan dari dalam kamar mandi.

"Hahahaha, itu hukuman karena kau berani melempar baju ke mukaku, sayang. Jadi, nikmati saja, ya? Ingat! Jangan dilepas, aku akan tau jika kau melepasnya. Oke?"

"Aaaagghhhh! Sialan kamu! Park Woojin!"

~TBC~



PUNISHMENT [ChamJjaen : KingRice] ~ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang