“Jirungie, jangan meremehkan Jjaeni! Jjaeni tidak akan bertanggung jawab jika Jirungie ketagihan dengan permainan Jjaeni ya!” seru Jaehwan sebelum melahap habis nipple Jisung.
“Enghh aanhhh ahhhh,” suara desah Jisung kini memenuhi ruangan, menikmati pijatan pada penisnya, serta merasakan sensasi hangat dan lembut pada nipple-nya.
“Aahhh!” seru Jaehwan saat Woojin memasukkan kembali foxtail pada hole Jaehwan, dan tanpa memberitahu, langsung menyalakan tombol on.
“Eemhhh,” disela jilatannya Jaehwan melenguh. Tindakannya itu membuat Jisung merasakan sensasi hangat akibat hembusan nafas Jaehwan.
“Aanhhh ahhh! Jirungie! Jjaeni sudah tidak tahan! Ayo cepat balikkan badanmu!” perintah Jaehwan di sela jilatannya.
Woojin menghentikan pijatan tangannya pada penis Jisung, kemudian berlalu pergi meninggalkan Jisung yang menyiapkan diri untuk dimasuki Jaehwan.
“Oh Tuhan, semoga pantatku tidak lecet akibat ulah bocah uke yang menginginkan menjadi seorang top,” batin Jisung sedikit takut.
“Emhh Jjaeni, sebelum kau memasukiku sebaiknya kau melumuri milikmu dulu dengan pelicin,” cegat Jisung saat Jaehwan mengarahkan penis keringnya yang sudah menegang di depan pintu lubang Jisung.
“Ahhh iyah, untungh Jirungieh mengingatkan kuh ehehehe,” tawa Jaehwan garing dengan desahan yang tidak berhenti akibat pergerakan foxtail yang semakin membabi buta bergetar di dalam hole-nya.
Jaehwan mengedarkan pandangan mencari pelicin untuk melumuri penisnya. Matanya menangkap sebuah botol madu yang isinya sisa setengah.
“Maduhh?” bingung Jaehwan, “apakah ini yang tadi Ujinie balurkan ke tubuhkuh? Uh, pantas saja baunya manis!” serunya dalam hati.
“Ahhh Jirungieh, tidakh apakah, kalau akuh, memakai maduh, uuhh, untuk pelicin nyahh?”
“Madu? Oke, baiklah!”
“Iyah Jirungieeh, karena hanya ada maduh di sinih, aanghh, sedangkan akuh, tidak pernah memakai pelicin, jikah bermain bersama Ujinieh.”
“Gila, apakah kau tidak merasakan sakit, Jjaenie-ah?”
“Aahhh sakit sih, tapih hanya di awal, dan berikutnyah akuh sudah bisah menyamankan posisih.” Jaehwan menjawab pertanyaan Jisung sambil melumuri penisnya dengan madu, juga tidak lupa melumuri hole milik Jisung.
“Oh begitukah? Apakah kau seorang masokis—aargggghhhhhh!” teriak Jisung saat Jaehwan langsung memasukkan penisnya ke dalam lubang sempit Jisung tanpa aba-aba dan persiapan.
“Arghhh! Jjaeni! Jjaeni! Keluarkan penismu dari dalam tubuhku!” teriak Jisung mencoba kabur dari Jaehwan.
Namun, Jaehwan tidak membiarkan Jisung lari darinya. Jaehwan semakin mempererat pelukan serta cengkramannya pada tubuh Jisung.
“Aargghh sakit! Jjaeni sakit! Aku bukan dirimu yang seorang masokis! Berhenti Jjaeni! Tolong berhenti menusukku dengan brutal, kau bahkan tidak memberikan jeda setelah memasuki diriku!” protes Jisung.
Jaehwan terus saja menghujamkan penisnya di dalam hole milik Jisung, menulikan pendengarannya dari protesan-protesan yang dilontarkan Jisung.
“Jirungie, bukankah kamu tadi bertanyah apakah aku sshhh seorang masokisss? Yah, jawabnya iyah, tapi aku juga bisah aahhh menjadi sadis loh, uhh!” serunya mempercepat in out pada lubang sempit Jisung.
“Maka belajarlah mulai uuhh sekarang menjadi masokis sshh untukku Jirungieeh karena akuh mulai menyukaih menjadi sadis!” serunya.
“Tidak, tidak akan, Jjaeni-ah! Kau mendengarnya sendiri, kan? Kekasihmu bilang uughh kalau kau ahhh hanya diizinkan sekali saja menjadi top dan memasuki diriku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNISHMENT [ChamJjaen : KingRice] ~END
Fanfiction🚫WARNING🚫 ~ Cerita mengandung unsur dewasa ~ Bijaklah dalam memilih becaan. ~ Yang dibawah umur tidak dianjurkan mampir ~ Ryu tidak bertanggung jawab jika otak kalian terkotori 🌚 🍀 Pairing 🍀 ~ Kim Jaehwan ~ Park Woojin ~ Yoon Jisung ^ ChamJjae...