Sebelum kamu membaca kisah ini, izinkan aku berkata: maaf jika ada yang terasa terlalu nyata 🙏 Mungkin karena aku menulis dengan hati, dan kadang hati mengingat terlalu banyak hal ❤️ Tapi sungguh, kisah ini hanya fiksi-tak ditujukan pada siapa-siapa. Semoga kamu bisa menemukan sesuatu yang berarti di dalamnya, walau hanya sebaris kalimat atau sepotong rasa ✨
Happy reading 📖
.
.
.
"Azila?!" Suaranya penuh kejutan sekaligus kelegaan.Azila tersenyum kecil, mengangkat kantong plastik berisi cemilan. "Aku bawa makanan. Kita begadang, yuk."
Naina menatapnya lekat-lekat, mencari sesuatu di matanya-kesedihan, kelelahan, atau mungkin harapan. Tapi Azila hanya terlihat... kosong.
"Masuk, kau basah semua," kata Naina cepat, menariknya masuk sebelum dia masuk angin dan demam.
Azila melepas jas hujannya dan duduk di lantai ruang tamu, membuka bungkus cemilan satu per satu. Naina duduk di depannya, merasa canggung dengan suasana yang aneh ini.
"Kau baik-baik saja?" tanyanya pelan.
Azila tertawa kecil, tapi terdengar begitu rapuh. "Aku cuma ingin malam ini jadi malam yang menyenangkan, Nai. Kayak biasa."
Kata-kata itu membuat Naina merinding. Ada sesuatu dalam nada suaranya yang terasa seperti akhir. "Azila, kau tidak sendirian. Aku di sini."
Azila menatap Naina, senyum masih menghiasi wajahnya. "Aku tahu."
Dan di balik senyum itu, Naina merasa seperti sedang melihat seseorang yang sudah menyerah. Karena, orang tuanya sering bertengkar sekarang di ambang perpisahan dan Azila selalu datang ke rumah Naina untuk menginap sekedar menenangkan diri.
"Aku ingin di manja si dia," ucap Azila mulai halusinasinya tiba-tiba membuat Naina geli sendiri mendengarnya.
"Maksudku, aku ingin kau memanjakan ku malam ini. Buatkan aku teh hangat, mie, dan beri pinjam aku bajumu." Tambah Azila saat melihat ekspresi sahabatnya.
"Tanpa kau minta pun aku akan melakukannya," ucap Naina menarik nafasnya dengan kelakuan sahabatnya sendiri.
Azila hanya terkekeh pelan, matanya berbinar seakan sedang menikmati momen ini.
"Kan seru aja Nai, sekali-kali aku jadi princess."
"Princess apanya, basah kuyup gini lebih mirip anak kucing kehujanan." Naina mencibir sambil berdiri.
Azila tertawa pelan. "Yaudah deh, anak kucingnya mau mie anget sama teh manis."
Naina hanya mendengus tapi tetap melangkah ke dapur. Sementara menunggu air mendidih, dia mengambil handuk dan baju ganti dari kamarnya.
Saat kembali, Azila masih duduk di lantai dengan kaki terlipat, menatap cemilan di depannya tanpa benar-benar makan.
"Nih, handuk. Lap dulu sana, terus ganti baju." Naina melempar handuk ke kepala Azila.
Azila tertawa pelan, menarik handuk dari kepalanya dan mulai mengeringkan rambutnya. "Thanks, Nai. Kau baik banget hari ini."
"Hari ini aja?" Naina pura-pura sewot sambil menuangkan teh ke dalam cangkir.
Azila tersenyum. "Hari ini terasa lebih spesial aja."
Naina meliriknya sekilas, Naina merasa ada sesuatu yang berbeda dalam cara Azila berbicara yaitu dia berusaha menutupi kesedihannya saat ini. Tapi dia memilih untuk tidak mengomentarinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reighaard
Ficção AdolescenteNaina sudah lelah jadi bulan-bulanan para pembully di sekolah. Hingga suatu hari, Reigha, siswa baru yang misterius dan dikenal suka berkelahi, muncul bak pahlawan dalam diam-menyelamatkannya dari perundungan yang hampir membuatnya menyerah. Dingin...