Natalie terbangun ketika merasa tubuhnya panas. Ia memejamkam mata sebentar sebelum turun dari tempat tidur untuk menghilangkan pusing kepala yang sejak tadi belum hilang.
"Kenapa Nat?" Tasha menepuk lengan Natalie ketika Natalie terus menggelengkan kepala.
"Nggak papa, Sha." Pusing kepala dia bukan seperti biasa karena bangun tidur. Udara yang dihasilkan dari hembusan nafasnya pun hangat. Setelah Tasha pergi Natalie mencoba turun dengan memperosotkan diri dari tempat tidur. Tangannya bergerak cepat meraih sesuatu didalam nakas.
"Nat! Udah siang, bangun!" Teriakan itu Natalie hiraukan ketika tangannya tak kunjung meraih sesuatu yang ia cari. Ia menekan kening ke pinggiran tempat tidur berharap migrain yang ia rasakan cepat hilang. Mengingat hari ini hari penting bagi dia juga Dirga.
"Shh.." Natalie mendesah saat obat yang dicari sudah ada digenggaman. Meraih air mineral dinakas serta sendok didalamnya, ia menekan dua kapsul antara sendok dan bawah gelas. Walau tak sehalus biasanya yang pasti bisa membantu Natalie meminum obat tersebut.
"Nat! Buruan. Katanya lo ada kelas pagi!" Natalie masih menekan kepala ke arah nakas.
"Kenapa harus sekarang.." Ucap Natalie melihat ke jam kecil. Menunjukan pukul setengah tujuh itu berarti sebentar lagi dia harus berangkat dan Dirga akan menjemputnya.
Kepalanya terus berdenyut. Ia menggertakkan gigi supaya rasa pusing dikepalanya berkurang. Namun gagal, Natalie terus merasa obyek didepannya berputar terus menerus. Nafasnya sudah memburu saat udara pada mulutnya tidak teratur, ia mengangkat punggung tangan ke kening. Suhu badanya naik.
Sekarang ia menjatuhkan setengah badan ke karpet sampai seluruh tubuhnya terkapar lemas dibawah. "Pergi pergi pergi!" Natalie memukul kepalanya.
Sayup, ia mendengar pintu terbuka setelah mendengar keributan diluar.
"Nat? Lo dimana?"
Itu Dirga.
Natalie mengusap pipinya yang terasa hangat. Ia mengeratkan giginya sebelum menemui pemilik suara itu. Natalie mulai bangun dari bawah dengan menyembunyikan sakit badan yang sedang ia rasakan.
"Kok lo disitu?" Dirga berjalan ke arah Natalie samping tempat tidur.
"Tadi aku kaget, terus jatuh," Dirga mengapit kedua ketiak Natalie untuk membantu berdiri.
"Lo sakit Nat?" Dirga sendiri merasa panas ketika tangannya terhimpit.
"Nggak, aku nggak sakit. Cuma kaget tadi," Natalie menampilkan senyum meyakinkan bagi kekasihnya.
"Minum dulu." Dirga meletakkan gelas ke nakas. Bahunya digunakan Natalie menahan rasa pening yang masih terus menyiksa pandangannya.
"Sebentar ya Ga, aku kalau bangun kaget pasti langsung pusing." Ia berbicara seperti biasa agar Dirga tidak memiliki kecemasan bagi dirinya.
Dirga menekan kepala Natalie agar puas bersandar pada bahunya. "Masih sakit Nat?" Ia memijat ringan pelipis kekasihnya.
"Sedikit." Sudut mata Natalie mulai muncul bulir. Sebelum Dirga melihanya ia terlebih dulu mengusap sambil melihat Dirga yang menekan bagian bawah ibu jaru Natalie supaya membantu menghilangkan rasa sakit.
"Kamu nunggu di luar aja, aku siap-siap sebentar. Oh ya Ga, jangan lupa tugas buat hari ini, katanya kamu ada tugas yang harus dikumpulin. Terus jangan sekali-kali titipin absen ke temen kalau lagi makul Pak Rusdi. Nggak baik, pokoknya sekarang kamu harus rajin masuk kelas." Cerocos Natalie meninggalkan pusing yang masih terasa.
"Iya sayang," Dirga mengapit hidung Natali dengan jarinya. "Tunggu Nat," Dirga menempelkan punggung tangan ke kening Natalie. "Lo bohong. Lo lagi sakit kan?"