Bagaikan hujan deras di cuaca panas. Tanpa permisi ia datang seolah tak berdosa pada sang mentari. Apakah ia tak sadar ia menyinggung perasaan sang mentari yang sedang bersinar? Seenaknya saja ia tanpa awan hitam, tanpa menghadirkan kilat dan juga halilintar sebagai tanda ia akan datang. Apakah ia tak punya malu? Apakah ia tak punya sopan santun? Ia datang tanpa permisi dan tak lama langsung bergegas untuk pergi, pantas saja manusia kecewa. Ia tak memberi tanda dan ucapan terimakasih.
-nuranimu-
KAMU SEDANG MEMBACA
NURANIMU
Teen Fiction{PROSES} Sang mentari tersenyum. Namun sayang, sang awan menangis. Kemarin kau membuatku bahagia tapi sekarang kau merusaknya. Kau meremas kertas yang utuh. Dihadapanmu mungkin aku terlihat baik-baik saja, aku tersenyum dan tak lupa tertawa. Tetepi...