Prolog

88 20 10
                                    

Demi apa yang baru saja diucapkan Mamanya, Kinan bergegas keluar dari kamarnya dan berlari menuju ruang tamu. Senyumnya merekah. Setelah tiga tahun lamanya, akhirnya hari ini rasa rindunya akan terbayarkan.

Dilihatnya seorang pemuda tengah duduk di sofa. Posturnya terlihat lebih dewasa dari yang terakhir Kinan lihat. Rahangnya tampak lebih kuat, hidungnya lebih mancung.

"Wira! Ya ampun gue kangen," teriak Kinan sambil berlari hendak memeluk Wira.

Sontak Wira menoleh ke arah Kinan dan berdiri menahan kepala Kinan. "Stop, Kinan. Udah gede, nggak usah peluk-peluk."

"Tapi gue kangen," rengek Kinan.

"Tapi gue nggak," jawab Wira tanpa beban.

Kinan menepis tangan Wira yang menahan kepalanya dengan kasar. "Terus ngapain lo datang ke rumah gue?" tanya Kinan sedikit kesal dengan pengakuan yang baru saja dikatakan oleh Wira.

Wira menyunggingkan senyumnya. "Gue cuma mastiin aja kalo tetangga gue yang bernama Kinan Cheara Mahveen nggak mati gara-gara nggak ketemu sama Wiratama Alexi selama tiga tahun."

"Gue sih mending lo nggak balik-balik dari Palembang, daripada balik tapi masih aja ngeselin." Kinan mencubit lengan Wira cukup kuat hingga membuat Wira meringis.

"Gue juga tau gitu nggak bakal balik ke Jakarta kalo tau lo masih aja galak," ucap Wira sambil mengelus tangannya yang sakit akibat cubitan Kinan.

"Bodo. Tau ah mending gue tidur lagi." Kinan membalikkan tubuhnya hendak kembali ke kamar, namun gerakannya terhenti karena Wira mencekal lengannya dan menariknya ke pelukan. "Gue juga kangen."

***
Radius Satu Meter.
~Happy Reading.

Radius Satu MeterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang