Bab Prolog

41 4 0
                                    

 Okay, hari ini adalah hari pertama saya post cerita lama saya di wattpad. Sebenrnya ini cerita siap terbit, tapi karena suatu hal membuat Jared dan Laqueensha mampir ke wattpad.

By the way guys, kenalin saya Kansaqo. Itu adalah nama pena saya. Selamat menikmati :)


.

.


Tahun yang baru.

Sungguh tahun yang baru.

Sungguh ini adalah tahun yang baru.

Bulan muncul dan memberikan cahayanya tepat di hadapan Laqueensha. Gadis ini berdiri di ujung menara dan memandangi kegelapan malam yang nyatanya bercahaya penuh mewakili angkasa. Satu cahaya yang begitu sederhana. Cahaya rembulan. Cahaya itu begitu sederhana dan menenangkan Laqueensha.

"Masuklah, Laqueen. Tidurlah karena ini sudah sangat malam," suara lelaki paruh usia terdengar begitu familiar di telinganya. Gadis ini tak berpaling hingga membuat sang ayah melangkah untuk sampai di sisinya.

"Kau takkan menurut apa kataku? Kalau begitu kita lihat, sampai di mana kau bertahan," Archelaus terpaksa berdiri bersama putrinya dalam kantuk yang menjerat. Seharian ini ia lelah bekerja dan ketika pulang ke mari, kini mendapati putri tercintanya berdiri di dekat jendela.

"Ayah tidak pulang?" berusaha mengalihkan, kini Laqueensha memberikan perhatiannya. Ia tahu Archelaus lelah, sebenarnya. "Aku pulang ke mari," ujar Arch dengan pandangan lurus memandang bulan yang berkilau merdu.

"Rumahmu bukan di sini, Ayah. Kau memiliki mansion luar biasa megah di perkomplekan kesayanganmu," entah sindiran atau apa, tapi inilah kenyataan yang memang Laqueensha paparkan pada Archelaus.

"Semenjak kau pergi dari rumah, aku tak merasa ada kenyamanan penuh di sana. Bahkan, Farell memilih di sini bersamamu setiap pulang sekolahnya," penuturan Arch tak terkesan menentang. Hanya seperti sesuatu hal yang memang perlu ia ungkapkan.

"Dia hanya tak punya teman," ujar Laqueensha. Kini gadis ini sudah besar, tak perlu lagi bermanja-manja pada ayahnya seperti dulu. Dan dalam kehendak itu, Laqueen merasa bahwa dirinya bisa kapanpun pergi.

"Adikmu selalu merindukanmu, Laqueen. Tidakkah kau ingin kembali pulang?" lelaki lima puluh tahun ini masih terlihat begitu bugar dengan karisma yang tak kian luntur termakan usia. Dia masih seperti dulu.

"Di sini rumahku, Ayah. And actually, He better doesn't visit me oftenly, he does? Tidak baik bagi siapapun. Baik aku maupun dirinya," ujar gadis ini.

Perkataannya seperti pukulan telak bagi Arch. Ia merasa putranya begitu tak diinginkan. Meski dirinya tahu, apapun yang Laqueen katakan sebenarnya adalah ungkapan cinta untuk adik kandungnya.

Well, Farell yang kini berusia enam belas tahun memang sering berbuat onar ketika mengunjungi kakaknya di tempat ini. Sedikit mengesalkan apabila anak itu datang. "Dia hanya merindukan kakaknya," Arch segera membela putranya.

"Dia bukan anak kecil lagi. Dia bisa hidup tanpaku. Kau tahu ini bukan permasalahan mudah atau semacamnya. Aku tak berada dalam lingkungan yang selalu aman tanpa kendala. Hidupku telah berbeda," sepertinya penuturan ini tak cukup juga bagi Laqueensha. Masih ada banyak hal yang sebenarnya ada dalam dirinya yang baru. Namun, itu seakan terpendam.

"Maka, berhentilah!" untuk pertama kalinya setelah sekian lama Arch diam, dirinya membentak. Itu mengejutkan Laqueensha. Tapi, dia tak seperti dulu.

Tak seperti dulu...

Memang tak seperti dulu.

Dulu. Sudah sangat lama. Sudah sangat lama dan ketika Arch membentak, maka putrinya akan menangis. Tapi, kini tidak. Laqueen telah tumbuh menjadi gadis yang kuat dan tegar. Well, setelah semua yang terjadi pada kehidupan keluarga ini. Hal itu membuat Laqueensha mau tak mau menjelma menjadi sosok yang penuh keyakinan dan mutlak tak terkendali oleh siapapun kecuali dirinya sendiri.

Playing Your lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang