Mine.

10.6K 667 57
                                    

Ratzel menarik kopernya memasuki kamarnya. Segera dia menaiki kasur lebar di sana. Rumah besar di tengah kota Washington ini adalah salah satu dari beberapa aset milik Ratzel pribadi. Dia suka membeli beberapa rumah di tiap negara untuk disinggahi saat dia melakukan penerbangan.

"Apa aku harus menelfonnya?" Ucapnya sembari menatap ponsel genggamnya.
"Tunggu, lihat siapa yang akan menelfon terlebih dahulu." Putusnya sembari menaruh ponselnya di nakas.

Ratzel memutuskan untuk membersihkan tubuhnya, dan berakhir pada bercermin di depan washtafel. Tangannya menyentuh pipinya, rasanya masih terasa saat Caroline mengecup pipinya. Tanpa di sadari Ratzel menyunggingkan senyumnya.

"Sayangnya, kau tidak benar-benar aku kejar." Desis Ratzel.

Fikirannya buyar ketika pintu kamarnya diketuk. Lantas Ratzel membuka pintu kamarnya.

"Ayo dude, kita jalan-jalan." Serang Marko.

Ya, pria itu memang co-pilot yang sangat sering terbang bersama Ratzel.

"Mencari gadis Amerika?" Tanya Ratzel sembari tertawa.
"Kau berminat mengencani gadis Amerika lagi? Seletah mengencani super model itu?" Cerca Marko.
"Jangan bahas itu Mark." Ratzel memutar malas bola matanya.

Baiklah, Ratzel memang pernah mengencani salah satu model kenamaan di Amerika. Bahkan hubungan mereka hampir menginjak jenjang pertungan. Namun gagal saat Ratzel tau perselingkuhan yang dilakukan gadis itu.

"Baiklah, sebagai permintaan maaf ayo kita pergi mencari makan siang. Aku taraktir." Ucap Marko.
"Penjilat." Ejek Ratzel.

👑

Dua pria tampan itu berjalan menyusuri jalanan ramai kota Washington. Mereka sibuk berbincang sembari mencari kedai yang menggugah selera mereka.

"Bagaimana jika kau bertemu dengannya di sini?" Ucap Marko, lantas dia tertawa saat Ratzel hanya memperlihatkan wajah sungkan sembari menaikan satu alisnya.
"Itu bukan masalah, pagi ini dia ada di Orlando. Tidak mungin sore ini dia ada di sini." Ratzel menghendikan bahunya acuh.
"Darimana kau tahu itu?" Tanya Marko.
"Instagramnya." Jawaban singkat itu membuat Marko tertawa keras sembari menepuk-nepuk pundak Ratzel.
"Yang benar saja, kau masih mengikuti wanita itu?" Ejek Marko.

Brianna Velesia, adalah satu-satunya wanita yang Ratzel cintai setelah ibu dan adiknya. Lihat betapa beruntungnya Brianna, gadis itu berhasil membuat Ratzel memberikan seluruh hatinya untuk gadis itu. Sayang, gadis itu tidak mensyukuri keberuntungan itu, dia lebih suka berselingkuh dengan anak perdana mentri di negara itu.

"Bisakah kau menutup mulut sialan mu itu?" Tanya Ratzel.
"Siap, capt." Seru Marko.

Tiba-tiba ponsel Ratzel berdering menandakan panggilan masuk. Senyum miring lantas langsung terpatri disana kala tertera nama Caroline di layarnya. Segera Ratzel menggeser tanda hijau itu.

"Your Highness." Sapa Ratzel dengan nada seramah mungkin.
"Bisa kau menjemput ku?" Tanya Caroline tanpa basa-basi.
"Aku di Washington, kau ingat?" Ratzel terkekeh mendengar permintaan gadis itu.
"Karena kau di Washington, maka dari itu aku ingin kau menjemput ku di bandara. Aku akan landing 30 menit lagi." Setelah itu panggilan diputus oleh Caroline.

"Kenapa?" Tanya Marko.
"Caroline, dia di sini. Aku harus menjemputnya. Sampai jumpa."

👑

Lambo hitam berhenti tepat saat tangga pesawat jet itu turun. Seperti kunjungan keluarga kerajaan lainnya. Mereka disambut para petinggi negara dengan pengamanan super ketat.

Ratzel membuka kacamata hitamnya dan menyandarkan punggungnya di badan mobil. Dia memperhatikan bagaimana Caroline menyapa orang di depannya, bagaimana dia tersenyum ramah.

Pretty Little Lady.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang