This is The End

7K 547 122
                                    

Tiap kali membuka matanya, Caroline selalu berharap Ratzel ada disampingnya. Tapi semua itu nihil hingga hari ke dua puluh setelah kejadian itu.

"Pagi, sayang." Sapa Katelyn sembari menaruh baki sarapan untuk anaknya.

Sudah dua puluh hari, dan kamar gadis itu masih sama seperti malam dia menerima kabar yang membuatnya sedih. Kamarnya masih berantakan dan dipenuhi pecahan-pecahan vas antiknya.

"Pagi mom." Balas Caroline dengan datar.
"Bagaimana keadaan mu?" Katelyn menyisir rambut Caroline dengan sabar.
"Baik mom, tapi seperti ada yang hilang." Lirih Caroline.

Katelyn mengangguk paham, dia tahu ini berat untuk anaknya. Apalagi tempo hari Caroline sempat pergi ke Findland untuk melihat langsung poses evakuasi itu. Apa yang dia lakukan disana? Menangis, apalagi saat kepala tim penyelamat itu mengatakan kalimat yang jelas semakin membuatnya hancur.

"Untuk kemungkinan selamat dari kecelakaan ini sangat kecil, jikapun selamat dan menjauh banyak beruang liar yang siap memburu siapa pun yang dia temui." Ucapnya.

Dan kalian tahu apa yang dia temukan disana? Dia menemukan lencana milik Ratzel, yang sudah sangat kotor.

"Makanlah sayang, siapa tahu Ratzel akan menemui mu hari ini." Ucapan dari ibunya membuat Caroline tersadar dari lamunannya.
"Apa terlalu mustahil jika aku menunggunya mom?" Tanya Caroline.
"Tidak sayang, ada lima orang yang sampai sekarang belum ditemukan. Tidak menutup kemungkinan Ratzel bisa pulang lagi." Katelyn mengusap bahu anaknya berusaha menguatkannya.
"Dia akan kembali?" Tanya Caroline lagi.
"Tentu." Katelyn memekik semangat agar anaknya juga sedikit bersemangat.
"Semoga saja." Tambah batinnya.

👑

Caroline benar-benar menghabiskan harinya di dalam kamarnya, dia hanya menonton televisi untun informasi terbaru, membuka pesan suara dari Ratzel, dan menangis. Adalah kegiatan rutinnya akhir-akhir ini.

"Hari ini pencarian resmi ditutup, semua korban hilang tidak bisa ditemukan dan kita hanya bisa berdoa." Lagi-lagi air matanya turun begitu saja tanpa seizinnya.

Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dan dibuka, ibunya berdiri disana bersama Rachel.

"Nona Rachel ingin menemui mu, sayang." Ucap Katelyn tapi dia tidak direspon apapun oleh Caroline.

Rachel sendiri bergidik ngeri melihat suasana di kamar itu, sangat berantakan dan kelam.

"Yang Mulia, lama kau tidak berjunjung." Rachel duduk disamping Caroline dengan canggung.
"Apa ada kabar darinya?" Tanya Caroline.
"Ada. Dia akan kembali." Rachel tersenyum tipis.

Binar yang lama tak terlihat, kini kembali. Senyum senangnya langsung terpatri disana.

"Ayo, bersiaplah. Anda harus cantik saat menjemputnya." Rachel membantu Caroline untuk beranjak, dia juga membantu gadis itu bersiap.

Caroline tampak segar dengan gaun biru langitnya. Rambutnya diikat kuda dengan make up yang menyembunyikan wajah kusutnya.

"Ayo tunggu apa lagi." Caroline menarik tangan Rachel dengan semangat.

👑

Rachel mengenggam tangan Caroline, gadis di sampingnya itu tampak sangat berseri-seri sekarang ini.

"Kau tampak tidak sabar, Yang Mulia." Rachel terkekeh melihat Caroline yang berkali-kali melihat jam yang melingkar di pergelangannya.
"Dia sudah terlalu lama pergi tanpa kabar." Gerutu Caroline.
"Dia akan kembali." Rachel tersenyum tipis yang dibalas anggukan oleh Caroline.

Hingga pesawat yang mereka tunggu akhirnya mendarat, Caroline berkali-kali merapikan penampilannya membuat Rachel terkekeh karena tingkahnya.

👑

Pretty Little Lady.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang