Malam ini, Ratzel menatap malas gadis di depannya, dia tertawa licik membuat Ratzel ingin menyumpal mulut sialan gadis itu.
Dia baru saja menanyakan hal yang tempo hari dibahas dengan Marko dan Daniel.
"Aku bertanya bukan sedang sedang melontarkan lelucon." Sinis Ratzel.
"Baiklah, tuan anda sangat kaku." Anna menetralkan tawanya.Dan yang paling menyebalkan Ratzel harus menemui gadis itu di Jerman, dia rela jauh-jauh kemari untuk bertemu gadis menyebalkan ini. Jika saja mereka tidak sedang di tempat umum, ingin rasanya Ratzel mencekik gadis itu.
"Jadi kau bertanya bagaimana rencana ku?" Ulang Anna.
"Sayangnya tuan, rencana ku berjalan mulus walaupun tanpa bantuan ku. Hah, aku memang cerdik." Gadis itu mengangkat dagunya sombong.
"Tidak ada bukti bahwa rencana mu berjalan mulus nona, pria itu mencintai kekasihnya." Sangga Ratzel.Anna berdecih sebelum meminum coklat panasnya, lalu gadis itu menunjukan sesuatu di ponselnya yang membuat Ratzel tercengang.
"Aku bahkan sudah bertukar nomor ponsel dan berkirim pesan dengannya, wah pria itu mudah di goda." Anna menarik kembali menarik ponselnya dan menaruhnya di sisi piring donatnya.
"Tunggu saja saat dia akan hancur, dan kau tidak bisa berbuat apa-apa." Tambah Anna dengan santai.
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi." Balas Ratzel.Anna tertawa dengan nada ejekan yang menyebalkan untuk didengar.
"Silahkan. Tapi yang jelas aku akan berhasil kali ini. Bahkan pria itu jatuh cinta pada ku." Anna menghendikan bahunya acuh.
"Dia mencintai Caroline, hilangkan khayalan mu." Balas Ratzel dengan tajam.
"Mereka itu dijodohkan oleh kakek mereka, Theo tidak bisa menolak karena itu wasiat dari kakeknya sebelum meninggal." Ucap Anna.
"Kau tau itu?" Tanya Ratzel.
"Tentu, dia mencintai ku." Kekeh Anna.
"Baiklah, senang bercerita dengan mu." Ratzel beranjak dari duduknya.
"Aku akan menjaganya, setidaknya agar tidak hancur sehancur hancurnya." Bisik Ratzel sebelum beranjak dari sana.👑
Caroline membuka walk in closet miliknya, dia sedikit terkejut saat tidak menemukan kopernya di tempatnya dan pakaiannya sedikit mengurang.
Tapi dia menghendikan bahunya acuh dan dia memilih untuk mengambil setelan semi formalnya, karena siang ini dia akan pergi mengunjungi club olahraga nasional.
"Sempurna." Pujinya.
Dia memggunakan wedgesnya, celana jeans, dipadukan dengan strip t-shirt, dan dibalut blezer navy.
"Your Highness." Sapa supirnya sembari menunduk hormat saat membuka pintu untuk Caroline.
Hal yang paling dia sukai saat berkunjung adalah mengunjungi club olahraga, karena dia suka olah raga.
Sambutan meriah saat Caroline datang di aula olahraga terasa sangat hangat, dia menyapa beberapa atlet dan menyempatkan diri untuk ikut bermain pada satu babak voly dan satu babak basket.
Mengagumkan, dia bahkan sangat lincah walaupun dia menggunakan wedges setinggi sepuluh senti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Little Lady.
FantasíaMeet Princess Anathasia Fawn Caroline Wilson, the daughter of Their Royal Highness Arthur Wilson and Katelyn Fawn Wilson. Siapa pria beruntung yang akan bersanding dengan wanita bangsawan itu? •Sequel of Marriage My Prince• Dapat dibaca terpisah. B...