Someone New

6.4K 457 67
                                    

Waktu demi waktu berganti, Caroline mulai bisa menerima semua kenyataan. Hingga genap satu tahun pria itu pergi meninggalkannya.

Gadis itu berjalan dengan seikat bunga mawar di tangannya, dia berjalan menyusuri batu nisan yang berjajar rapih disana.

"Hai Ratzel, apa kabar? Lama aku tak berkunjung kemari." Sapanya, dia duduk disamping makam itu sembari meletakan bunga yang dibawanya di atasnya.
"Kau tahu? Aku merindukan mu. Tak terasa sudah satu tahun kau pergi." Caroline tertawa miris, berkunjung kemari sama dengan membuka lamanya. Tapi dia hanya bisa melakukan ini saat dia merindukan prianya.
"Dan satu tahun ini hati ku kosong.kau curang, kau membawa hati ku dan kau tidak mengembalikannya." Rajuk Caroline.

Dia selalu bersikap sama seperti saat Ratzel ada bersamanya, kadang dia ketus, dia sinis, bahkan dia bersikap manja.

"Aku ingin sekali menyusul mu. Tapi bagaimana dengan keluarga ku?" Caroline memeluk makam itu seolah dia memeluk Ratzel.
"Oh ya, aku akan menghadiri club malam milik adik mu. Dia bilang dia terispirasi dari ku. Club malam itu ditaksir akan menjadi club termahal di dunia kau tahu?" Caroline bercerita dengan sangat antusias.
"Pembukaannya adalah akhir minggu ini. Coba kau ada disini, kau pasti akan melarang ku untuk menghadirinya." Caroline terkekeh geli saat membayangkan muka marah Ratzel saat dia mati-matian mencoba melarang Caroline.
"Aku akan tetap hadir kau tahu. Dia sudah seperti adik ku sendiri. Jadi, kau tidak berhak melarang ku datang mengunjungi adik ku."

Hanya percakapan satu arah, tapi ini bisa membuat Caroline senang. Dia bahagia walaupun dia bercerita tanpa ditimpali, tapi dia yakin Ratzel ada disana menemaninya.

"Aku harus pergi, aku akan membeli sebuah gaun untuk kesana." Caroline mengecup batu nisan itu dengan lama dan tulus.
"Aku sudah mengikhlaskan mu pergi, tolong ikhlaskan hati ku agar aku dapat menemukan laki-laki lain yang sama baiknya dengan mu." Bisik Caroline sebelum dia beranjak dari sana.

👑

Caroline berjalan sembari mengobrak abrik isi tasnya untuk mencari kunci mobilnya. Tiba-tiba seseorang menabrak bahunya, hal ini membuatnya jatuh terduduk.

Dia menggeram kesakitan saat pantatnya mendarat kasar diatas lantai batu yang rapi itu.

"Maaf." Ucap orang itu.

Caroline menadahkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang sangat tidak sopan padanya. Pada saat itu juga dia menemukan seorang pria yang berdiri menjulang di hadapannya.

"Maafkan saya, Yang Mulia. Saya terlalu sibuk memainkan ponsel saya." Pria itu membungkuk hormat sebelum mengulurkan tangannya untuk membantu Caroline berdiri.

Caroline sejenak tertegun, pria di depannya sepintas mirip dengan Ratzel. Hanya sepintas, jika Ratzel memiliki warna mata abu-abu gelap, pria di depannya memiliki warna mata coklat terang. Tapi, banyak juga perbedaan diantara keduanya. Tapi juga, ada beberapa bagian yang mirip dengan Ratzelnya.

"Yang Mulia." Tegur pria itu.

Caroline tergagap, lantas dia menyambut uluran tangan itu untuk membantunya bangun.

"Terimakasih." Ucap Caroline dengan tulus.

Tapi Ratzel masih lebih tinggi daripada pria ini. Sempat terfikir kalau pria di depannya adalah Ratzel, tapi Caroline cepat-cepat mengenyahkan fikirannya itu.

"Perkenalkan, nama saya Edward Wilhem. Senang bisa bertemu dengan anda Yang Mulia." Pria itu menunduk hormat sembari tersenyum ramah.
"Senang bisa bertemu dengan anda juga Tuan Wilhem." Caroline mengangguk sembari tersenyum manis.
"Anda jauh lebih cantik daripada di majalah." Puji Edward.
"Terimakasih." Caroline tersenyum berusaha menyembunyikan pipinya yang memerah.

Pretty Little Lady.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang