Liburan ke Pulau Bali

50 7 5
                                    

Fiony tampak ceria sekali pagi ini, sebuah tas besar berisi pakaian dan perlengkapannya berlibur ada di atas meja kerja. Selama 2 hari, Fiony memang merencanakan liburan ke Pulau Bali untuk menghabiskan jatah cuti seminggu yang diberikan oleh Reva. Seminggu berlibur mungkin akan membuatnya merasa bersemangat kembali.

Peristiwa semalam masih terlintas di pikirannya, rasa sesak itu bahkan masih terasa. Namun, liburan kali ini mungkin akan membuatnya jauh merasa lebih baik. Fiony memang mulai menyadari sedikit keanehan pada dirinya. Setiap hujan turun dengan deras dan perasaan hatinya tidak menentu, maka ia akan langsung sesak nafas, tubuhnya kaku tak bisa digerakkan. Fiony tak pernah menceritakan ini kepada siapapun, ia takut apa yang disarankannya akan membuat orang lain cemas terutama ibunya.

Pulau Bali adalah pulau wisata yang sangat terkenal di Indonesia bahkan orang Indonesia menyebutnya dengan istilah "Pulau Jejunya Indonesia". Di Bali terdapat berbagai banyak pantai, yang bisa kita temui. Mulai dari Pantai Kuta sampai Pantai Pandawa. Turis-turis pun juga banyak yang berkunjung kesana.

Fiony memang tak pernah berlibur keluar kota Malang. Sejak ia pindah ke Jalan Sukarno Hatta, tempat yang disukainya adalah Alun-alun Batu, sebuah tempat dimana kita bisa naik bianglala dan membuang semua stres kita dengan melihat pemandangan citylight kota Malang dari kota Batu. Di sana biasanya Fiony menghabiskan waktunya untuk naik Bianglala sambil melihat pemandangan citylight kota Malang dari atas. Tak jarang Fiony ber-selfie ria di atas Bianglala.

Setelah semua perlengkapan tertata dengan baik Fiony kemudian melangkah keluar kamar kost. Ia mengunci kamar kost lalu menaruh anak kunci ke sebuah lubang kecil yang ada di sudut kamar kostnya. Ia memang biasa menaruh kunci tersebut disitu. Biasanya Freya akan menginap di kostnya dan ia tahu kemana harus mencari anak kunci tersebut.

Cuaca pagi yang cerah ini membuat semangat Fiony berkobar. Bayangan Bali yang terkenal eksotis dan sangat indah itu membuat kakinya melangkah sangat ringan. Setelah melewati rumahnya Freya, Fiony merasa seperti ada yang ketinggalan, ia pun berhenti lalu memeriksa kembali yang berisi perlengkapannya itu.

"Neko!" teriaknya, Fiony segera berdiri dan menenteng tasnya menuju ke kostnya.

Neko, buku diary berwarna pink dengan gambar kucing pink di sampulnya memang buku yang tak pernah dipisahkan dari Fiony. Neko sudah menemani Fiony dari sejak usia 12 tahun. Biasanya, bila kertas Neko sudah penuh oleh catatan Fiony, maka kertas-kertas itu kemudian dipindahkan Fiony ke sebuah kotak Diecast pink. Ia lalu mengisi kembali Neko dengan kertas baru yang sama bahannya.

"Neko, maaf aku hampir meninggalkanmu" ucap Fiony begitu sampai rumahnya. Ia lalu memasukkan Neko ke tas dan kembali melangkah keluar.

•••

Ngurah Rai Airport. Sebuah tulisan besar terpajang di Bandara yang modern itu. Beberapa iklan wisata Pulau Bali pun terpajang di beberapa bagian bandara. Udara yang sangat dingin mulai menghampiri sesaat setelah turun dari pesawat. Fiony keluar dari bandara, ia kemudian menaiki taksi yang menuju sebuah hotel yang ada di dekat pantai Nusa Dua.

"Waahhh..bagus sekaliii..." ucap Fiony tanpa sadar saat ia melihat barisan bunga-bunga yang ada dijalanan bandara.

"Setelah kau tinggal di Bali kau akan lebih sering berkata seperti itu" Balas supir taksi.

Fiony tersenyum lalu kembali menikmati pemandangan Bali dari dalam taksi. Matahari sudah ada berada di atas kepala, langit cukup cerah. Jalanan di Bali sangat bersih, pemandangan alamnya benar-benar menakjubkan. Fiony bahkan sampai lupa memotret saking senangnya, padahal dia berencana memotret tempat-tempat wisata untuk dipamerkan kepada Freya. Akhirnya, ia tiba di sebuah hotel yang cukup mewah. Fiony pun istirahat karena masih sedikit pusing setelah penerbangan dari Malang.

Hamparan pasir putih tersaji di sepanjang Pantai Nusa Dua, sebuah pantai yang terkenal di Bali. Langit sore yang cerah berwarna biru seakan membatasi lautan luas yang membentang di pandangan mata. Fiony menghirup nafasnya dalam-dalam. Nuansa kesegaran laut membuatnya merasa sedikit tenang.

Fiony kemudian berjalan di tepian pantai dengan kaki telanjang, sesekali dia memungut kerang yang ada di pasir putih. Deburan ombak yang tak begitu besar membuatnya leluasa memilih karang.

Fiony menyempatkan diri ketika seorang wisatawan dari USA minta tolong untuk membantunya memotret rombongan. Ia pun kemudian diminta untuk ikut foto bersama. Sore itu Fiony benar-benar merasakan kebebasan dan kebahagiaan.

Matahari hampir tenggelam ketika Fiony menikmati es kelapa muda di pinggiran pantai.

Tiba-tiba matanya menangkap sosok seorang cowok yang sepertinya tak asing baginya. Cowok menyebalkan yang pernah datang ke Hobby Store tempat dia bekerja. Benar, cowok yang sama. Tapi, apa yang dikerjakannya di Bali? Apakah dia juga berlibur?

Fiony menutupi wajahnya dengan sebuah majalah yang sejak tadi tergeletak di meja gazebo saat cowok itu melangkah tak jauh darinya menikmati pemandangan sunset. Sesekali matanya melirik ke pemuda itu.

"Ya Tuhan, kenapa di antara banyaknya gazebo ini dia malah milih gazebo di sebelahku?" batin Fiony saat cowok itu duduk dan memesan es kelapa muda pada pelayan.

Cowok itu berkacamata hitam. Tubuhnya yang atletis terlihat sangat menawan karena ia tak memakai baju. Fiony semakin salah tingkah, ia pura-pura tidur namun tak lama kemudian mencoba memiringkan posisi tubuhnya membelakangi cowok itu.

Tak lama kemudian, pelayan datang dengan membawakan kelapa muda kepada pemuda itu.

"Bisakah kamu membantu ku mengambil foto?" tanya cowok itu kepada pelayan.

"Maaf kak, aku gak pandai memotret" jawab pelayan toko itu.

"Tidak apa-apa. Aku ajari."

"Tapi kak..."

Cowok itu tampak memberitahu pelayan bagaimana caranya memotret. Sementara Fiony mencoba untuk terus berpura-pura tidur sambil wajahnya tetap tertutup majalah.

Pelayan itu tak lama kemudian memotret cowok itu beberapa kali. Setelahnya memberikan kembali kamera dan melangkah meninggalkan cowok itu sendirian menuju tempat Fiony.

"Kak, apakah ada pesanan lain?" tanyanya.

"Oh.. udah cukup, nanti aku panggil lagi aja kalo butuh." jawab Fiony.

"Baiklah kak, saya permisi dulu"

Mendengar pelayan berbicara dengan cewek di gazebo yang terletak tak jauh dari tempatnya, cowok itu pun kemudian bangun dan melangkah menuju Fiony.

"Ya Tuhan.... mau apalagi dia?" batin Fiony begitu menyadari cowok itu berjalan menuju arahnya.

"Maaf, apakah saya boleh meminta tolong?" tanya cowok itu sopan.

Fiony tetap berpura-pura tidur meski Fiony yakin cowok itu tahu bahwa ia hanya berpura-pura.

"Baiklah, maaf mengganggu..." ujar cowok itu sambil melangkah kembali ke tempatnya.

Fiony akhirnya bernafas lega. Matahari sudah hampir terbenam, langit mulai berwarna gelap. Namun, cowok itu masih saja berbaring di kursi gazebo. Fiony menjadi salah tingkah, ia ingin kembali ke hotel namun takut ketahuan oleh cowok itu.

"Duuuhhh.. kenape nasib ku gini amat sih?!" gerutu Fiony.

Sementara itu, cowok itu pun sesekali melirik kearah Fiony. Ia heran kenapa cewek itu sama sekali tak bergerak. Lelap tidur, atau jangan-jangan?

Tak lama kemudian datang pelayan menuju cowok itu untuk menyerahkan bon. Cowok itu pun langsung membayar kelapa muda yang telah habis itu. tak beberapa lama kemudian ia melangkahkan pergi meninggalkan gazebo. Fiony pun tak ingin menunggu, ia segera bangun dan berlari menuju hotel.

Last Rain.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang