WHO AM I - 1

31 3 1
                                    

Bagaimana dengan menunggu? Bahkan akupun tak tau apa yang aku nantikan

-Zea Utami Afriliya-

---------------------------------------------
--------------------------------------

Zea melangkahkan kakinya di sepanjang koridor sekolah untuk menuju ke kelasnya. Menggoyangkan kepalanya sedikit pelan yang berefek pada rambutnya yang diikat menjadi terhempas ke udara. Ia melewati beberapa kelas 10 yang tengah sibuk mesing-masing. Mulai dari yang sibuk piket, sampai ada yang mengerjakan PR.

Zea sempat melewati ruang BP. Dan saat itu juga tali sepatunya lepas. Sehingga Ia menginjak tali sepatunya sendiri, membuatnya jadi tersungkur. Untung saja Ia segera menyeimbangkan tubuhnya agar tidak sampai mencium lantai. Ia mengikat tali sepatunya dengan cepat.

"Bukannya saya sudah jelaskan di rapat minggu kemarin untuk tidak menambah siswa baru di kelas XII" Zea sempat mendengarkan Pak Husain yang sedang menaikan oktaf suaranya.

"Bukan begitu, Pak. Mungkin siswa kali ini menurut saya, sih. Cukup beda, Pak" Bu Indah menjawab dengan rasa takutnya.

Zea mendengarkan dengan saksama. Ia memanjangkan telinganya untuk mendengarkan percakapan antara Pak Husain dan Bu Indah. Bukannya Ia hendak menguping. Tapi sudah terlanjur mendengarkan dan Ia makin penasaran kenapa tidak dibolehkannya mendatangkan siswa baru. Dan apa yang membuat siswa tersebut berbeda.

"Woi, Ze," seorang mengejutkan Zea yang menunduk memegang tali sepatu yang Ia benarkan tapi fokusnya ke percakapan antara Guru BP dan Wakil Kesiswaan.

Zea tersentak dan hendak mengumpat, tapi Ia telan kembali mengingat posisinya.

"Apaan, sih." Zea mengerutkan alisnya mendongak melihat seorang yang mengejutkannya.

"Ngapain lo kaya gitu. Udah kaya orang bego"

"Diem, lagi ada bisnis, nih," Zea kembali fokus kepada dua guru yang ada di dalam ruangan di depannya.

"Ya sudah. Mana data siswa barunya" kerutan dikening Zea makin mendalam.

"Ini Pak, data dari siswa baru yang akan masuk mulai besok di kelas Bapak"

"Lo, sih. Ganggu bisnis gue banget, sih" lelaki yang yang masih berada di samping Zea semakin terlihat bingung dibuatnya.

"Oh, oke. Baik, besok tolong minta dia temui saya di ruangan saya, ya." Lanjut Pak Husain.

"Biar saya yang mengantarkannya ke kelas. Kebetulan saya ada jam di kelas 12 IPA 2" sambbung Pak Husain.

Zea pun berfikir. "Eh, kelas kita, Ndi?! seriously"

"Ada apa dengan kelas kita" tutur lelaki itu datar menatap Zea yang tengah heboh.

"Terimakasih, Pak"

"Saya permisi dulu" pamit Pak Husain pada Bu Indah. Lalu meninggalkan ruangan BP tersebut.

Ketika Pak Husain hendak sampai di depan pintu, Ia tersentak dan begitu saja menghentikan langkahnya. Ia melihat siapa siswi yang menunduk dan berani menghalangi jalannya. Seketika siswi tersebut berdiri dan menolehkan kepalanya menghadap Pak Husain. Lalu tersenyum, menampakan deretan giginya.

Sedangkan lelaki di sebelahnya takut –takut untuk menghadapi guru yang terkenal killer di hadapannya.

"Saya ke kelas dulu, Pak" lelaki itu nyengir menggaruk kepalanya yang tak gatal dan berpamitan menyalimi tangan guru tersebut lalu lekas beranjak dari posisinya.

Who Am I (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang