Meski tidak terdengar jelas, tapi beberapa orang disana yakin seratus persen bahwa Jeff sedang menghitung. Ia sedang membuka jalan nafas dengan melakukan resusitasi jantung paru atau lebih dikenal dunia medis dengan CPR.
Kedua tangannya yang ditautkan diatas dada Kinan tak berhenti memompa. Mencegah berhentinya sirkulasi atau henti nafas. Mereka membawanya ke ruang kesehatan staff yang sebelumnya memang Kinan tuju.
Tubuh lemah itu sengaja dibaringkan di lantai yang sudah dialasi matras terlebih dahulu. Tujuannya adalah mempermudah gerakan tim medis agar lebih leluasa.
Jeff membuka mata Kinan dengan dua jarinya, tapi sayangnya cewek itu memakai lensa buatan.
"mbak bisa tolong lepasin softlensnya gak?" tanya Jeff pada salah satu diantara mereka.
Si perawat yang dimaksud langsung menuruti. Beruntung cepat ketahuan bahwa Kinan masih mengenakan softlens. Kalau tidak benda itu bisa mengering dan menempel pada kornea mata. Sangat berbahaya.
Usai begitu, Jeff lebih leluasa untuk memeriksa indikator dari kondisi tubuh Kinan. Ia melihat pupil mata Kinan mengecil. Dengan segera jemarinya menyentuh nadi yang ada dipergelangan tangan, denyutnya bukan main lemah. Dugaan sementara adalah keracunan.
"mas, bantu saya bawa dia ke mobil ya. Kayaknya keracunan." ujar Jeff.
"oksigen, mbak. Oksigen pegangin."
Perawat dengan sigap memberikan bantuan oksigen menggunakan balon dan sungkup.
🔫🔫🔫
Johnny menghela nafas panjang kemudian menepuk bahu Jeff singkat, "gue cabut dulu, Jeff." tukasnya.
Pria jangkung itu melenggang pergi setelah mendapat anggukan dari Jeff. Meninggalkan sang dokter bersama gadis yang saat ini terbaring lemah dengan masker oksigen yang menutupi sekitar hidung dan mulut.
Jeff duduk ditepi ranjang rumah sakit yang saat ini Kinan tempati. Rumah sakit tempatnya dinas sehari-hari. Beberapa lembar hasil pemeriksaan masih berada ditangannya. Ia tak menyangka bahwa selama ini Kinan masih sering mengkonsumsi obat tidur. Terlebih lagi dosisnya yang tinggi.
Tiba-tiba Kinan terbatuk dengan refleks sadarnya. Membuat Jeff jadi serta merta berdiri karena terkejut.
Tapi kepiawaiannya dalam menangani pasien langsung bekerja. Jeff segera melepas masker oksigen yang Kinan pakai dan memiringkan posisi cewek itu ke sebelah kiri. Tak lupa baskom kecil yang sudah disediakan perawat apabila terjadi muntah saat pasien sadar.
Dan memang benar. Kinan langsung memuntahkan semua isi perutnya saat itu juga. Sementara Jeff menahan tubuhnya yang lemah itu agar tidak terjatuh. Sesekali memijat tengkuk Kinan untuk membuatnya rileks.
"masih sesek?" tanya Jeff sembari meletakkan baskom tersebut di lantai tepat dibawah ranjang.
Kinan mengangguk pelan. Ia melirik punggung tangannya yang sudah tertancap infus entah sejak kapan. Rasanya baru nyeri begitu dirinya sadar.
"bingung ya?" Jeff memahami ekspresi linglung gadis dihadapannya itu yang sejak tadi melihat sekeliling. Memastikan keberadaannya.
"kamu di rumah sakit, temen-temen kamu yang anter." lanjut Jeff.
"kenapa pake di infus segala, dok?" ganti Kinan yang bertanya.
"buat netralisir toksin yang ada di tubuh kamu." jawabnya.
Jeff berbicara sambil terus menatap mata Kinan. Mengecek tanda-tanda atau gejala umum yang sebelumnya nampak, sudah berkurang atau masih sama.
Pupil mata sudah kembali normal, kulit kemerahan di area sekitar rahang juga sudah mulai berkurang. Secara garis besar pertolongan medis tepat dan berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ [0.2] AN INTELLIGENCE - KINAN Chap. 2// Jung Jaehyun
Fiksi RemajaMenata kembali jiwa yang hancur bukanlah perkara mudah. Seseorang perlu bangkit dengan susah payah, terutama demi dirinya sendiri. Itu yang terpenting. Tapi, ia datang tanpa direncanakan. Sorot mata itu selalu sama. Sampai tidak bisa lagi dibedakan...