Sparring

677 110 7
                                    

"Jadi Clawhook ini lebih berkembang dari sebelumnya?" tanya Sehun sambil meletakkan segelas Cappuccino di meja Wendy.

"Ya, kau lihat tanduknya," jawab Wendy sambil menunjuk ke arah layar. Benda hologram tersebut menunjukan foto perbedaan Clawhook di tahun 2019 dan di tahun sekarang, 2021.

"Sama seperti yang dibilang Jongin," gumam Sehun sambil memperhatikan layar tersebut.

Wendy hanya memutar bola matanya. "May I remind you, kalau pacarmu itu juga satu divisi denganku. Tentu saja dia tahu."

"Dia bukan pacarku," sanggah Sehun cepat, memberikan sentilan pelan di kening Wendy.

"Yah, appo aho!" ringis Wendy memandang garang ke arah pemuda 23 tahun itu, sementara Sehun memandang heran ke arahnya. "Kau ini sebenarnya Canada-Korea atau Korea-Jepang?"

"Sepertinya otakmu yang perlu diupgrade dibandingkan meriam plasma itu. Kau lupa aku pernah bekerja di Shatterdome Jepang?"

Sehun diam sebentar memandang Wendy, lalu mengedikan bahunya. "Oh iya, aku lupa," jawabnya enteng lalu meminum Cappuccino miliknya.

"Lalu apa lagi yang pacarmu bilang?" tanya Wendy yang mendapat tatapan tajam dari Sehun.

"Hanya itu saja dan sudah kubilang dia bukan pacarku, malah banyak yang mengira kalau kau yang pacarku."

Wendy mendongakan kepalanya untuk memandang Sehun sejenak, lalu menepuk bahu pemuda itu. "We're not dan kau tahu itu."

Sehun mengangguk lalu menghela nafasnya dan menarik kursi untuk duduk di dekat Wendy. "Lalu kenapa kau bilang kalau ... yah ... itu...." Semburat merah muncul di wajah Sehun sekilas saat membayangkan Jongin menjadi pacarnya. Membayangkannya saja sudah membuat jantung Sehun berdetak cepat.

"Semua juga tahu," jawab Wendy yang masih sibuk menatap layar.

"Semua tahu?!" reflek Sehun memutar badannya ke arah Wendy dengan suara yang sedikit tinggi.

Beruntung hanya Jongdae yang berada di sana, bahkan pria tersebut tidak menaruh perhatian pada Sehun dan Wendy karena telinganya sedang disumpal earphone. Wendy menahan tawanya untuk beberapa saat, hingga akhirnya dia memilih untuk melepaskannya.

"Kau bercanda kan?"

"Setengahnya, maksudku memang tidak semuanya tahu, tapi siapapun yang melihatmu pasti bisa menebak kalau kau menaruh hati pada Jongin."

Sehun menatap datar ke arah Wendy.

"Ini serius, mungkin cuma kalian yang tidak menyadarinya," jawab Wendy sambil menaikan bahunya. "Kakakmu pasti tahu juga kan?"

Sehun menghela nafasnya lalu mengedarkan pandangannya ke arah jendela besar di ruangan itu. Tidak jauh dari sana ia melihat Chanyeol dan Jongin sedang mengobrol. Hanya senyuman di wajah Jongin saja sudah bisa membuat Sehun tersenyum, sayang bukan ditujukan padanya.

"Kalau dia tidak perlu ditanya."

Wendy mengikuti arah pandang Sehun lalu menggelengkan kepalanya. "Kalian kakak beradik memang sama saja."

.

.

.

"Kencanmu berhasil?" tanya Chanyeol malam itu sebelum mereka tidur.

"Makan malam maksudmu hyung? Makanan di kantin enak, tentu," jawab Sehun sambil menatap langit-langit.

"Kalian hanya makan?" tanya Chanyeol lagi seakan tidak percaya dengan pendengarannya.

"Dan mengamati laporan Kaiju hari ini."

"Kelihatannya tidak seru."

Chanyeol mengubah posisi tidurnya, menghadap ke arah langit-langit tempat tidurnya, di mana Sehun tidur di kasur bagian atas. Melihat pergerakan di atasnya, Chanyeol dapat tebak kalau adiknya itu sedang tertawa.

Into Your Mind ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang