"menikah denganku"
Itu suara Agam. Terkejut? Tentu saja. Ingin sekali aku berteriak tepat di depan telingnya, emang lu siapa yang tiba-tiba-tiba ngajakin gua nikah? Untung saja aku masih bersikap normal dengan tidak menumpahkan minumanku ke atas kepalanya, biar otak Agam sedikit merasa dingin dan bersikap rasional.
"Athala, ini tawaran. Kenapa kau diam saja?"
Aku memperbaiki posisi dudukku dengan lebih tegap dan menatap tepat dibola matanya yang, dingin mungin.
"Ehem, Agam. Menikah itu bukan perkara mudah, bukan lelucon disiang bolong begini. Aku tidak bisa menerima tawaran kamu yang, eeehh sangat aneh." Aku tersenyum maklum.
"kau perempuan yang bersikap rasional kan, La."
"Aku Athala, bukan Lala dalam kartun Teletubies. Ya tentu saja, aku perempan yang bersikap rasional dan tentu realistis."
"Tentu, dalam pernikahan yang kamu utamakan bukan tentang saling mencintai, tapi bagaimana kamu bisa menemukan suami yang bisa menafkahimu lahir dan bathin. Well, cinta bisa datang karena sering bersama bukan?"
Agam benar, cinta bisa datang kapan saja dan dimana saja tanpa permisi. Bisa membuat pikiran menjadi irasional.
Mencintai dan menaruh hati pada seseorang itu mudah, sulitnya adalah apakah hati yang dititipkan sudah pada oran yang tepat. Cinta yang salah adalah saat terlambat menyadari bahwa dia bukanlah sesuai dengan impian dan harapan. Dan aku berhenti dari cinta yang salah. Aku berhenti membuka hati, berhenti dari menaruh harap pada orang lain yang hanya mampu memberi luka. Aku berhenti dan perasaan yang kecewa dari hati yang terluka.
Lalu bagaimana aku bisa orang tampan nan bodoh didepanku ini?
"Agam, apa alasan kamu menawarkan hal ini kepadaku. Kita sama sekali tidak kenal, well kejadian kemarin itu kita hanya ketidaksengajaan kita bisa bertemu"
"alasannya sederhana," dia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, dengan bersedakap.
"pertama, aku tidak mau dijodohkan. Kedua, aku ingin menjalankan permintaan terakhir ayahku" lanjutnya.
Itu jawabannya, hah, lelucon macam apa ini? Tentu saja aku tidak akan setuju karena matanya yang tiba-tibba sendu itu. Oh God.
"Agam, awalnya aku tidak kenal kamu. Aku tidak tahu bahwa di kota ini ada manusia bernama Agam. Bahkan, aku tidak mengerti tentang kamu dan hidup kamu. Jadi, aku tidak bisa. Sorry" aku membereskan tasku dan berdiri, ya aku ingin cepat pergi dari tempat ini yang memberiku keanehan yang nyata.
"aku akan membiayai seluruh kehidupan kamu dan kuliah adik kamu di luar kota." Ucapan Agam membuatku diam.
"Aku juga akan membiayai semua hutang ayah kamu karena judi, bulan ini adalah kesempatan terakhir kamu untuk melunasinya kan, dan segala hutang kamu karena pembiayaan rumah sakit yang menangani penyakit kanker paru-paru Ibu kamu. Finally, aku bisa berhenti bekerja dan menjadi istri yang hanya mengurusiku sebagai suamimu dan anak-anak kita nanti seperti yang kamu impikan" lanjutnya. Dia tersenyum menang.
Shit, dari mana dia tahu kehidupanku. Dia stalker?
"aku hanya mencari tahu kehidupan calon istriku"
Aku memutar bola mataku, menyebalkan.
"bekerja dibagian accounting pada perusahaan dengan penanam saham yang sedikit, dengan gaji yang kamu dapatkan tidak memungkinkan kamu bisa dengan cepat menyelasaikan permasalahan kamu. Jadi, Athala kita bisa melanjutkan pembicaraan ini dengan nyaman, jika kamu mau duduk kembali"
Baik, aku menyerah. Aku kembali duduk dihadapannya.
"Agam, kenapa dari sekian banyak perempuan, kamu memilih aku?"
"karena kamu cantik?"
"What? Ini sama sekali gak lucu"
"hahaha, tentu saja bukan hanya itu faktor utamanya, Athala"
Aku terhipnotis dengan suara tawanya. Ringan dan singkat.
"karena dalam setiap istikharaku, jawabannya selalu mengarah padamu"
Dia, istikhara? Oke, don't judge someone from their performance physical appear.
"jadi kapan kita akan menikah?"
"minggu depan" jawabnya enteng. Dia benar-benar membuatku geram.
"minggu depan? Itu gak akan cukup buat aku.."
"kita hanya melaksanakan akad nikah dahulu Athala. Untuk resepsi, kita pikirkan hari lainnya." Dia memotong ucapku.
"tunggu sebentar" dia mengeluarkan ponselnya dari saku jas yang dia kenakan. Entah dia akan menghubungi siapa.
"Assalamalaikum Ma. Ya, aku sudah membujuknya. Athala akan menemui Mama dan Papa nanti malam"
Lelucon apa lagi ini?
"tentu Ma. Aku akan mencintainya, seperti aku mencintai Mama"
Cinta? Sayangnya aku tidak lagi percaya akan kata dan rasa itu.
. Baik Ma. Waalaikumussalam"
"Maksud kamu apa? Nanti malam ketemu mama kamu?"
"dan akan menjadi Mamamu. Apa salahnya orang tuaku ingin bertemu dengan calon menantu?"
Shit.
"kamu tau, kalau saja bukan karena tawaran gila itu, aku gak bakal mau menikah dengan lelaki aneh sepertimu"
"aku tau perempuan hutang"
Benar-benar lelaki ini sangat menjengkalkan.
Akhirnya aku bisa up. Yah, meski baru nyampek Part II
Tinggalkan komentar dan vote ya
Maafkan atas segala typo
Jangan lupa add ke libarary kalian
Jangan lupa shalat dan utamakan cinta kepadaNya.
YOU ARE READING
Leave the Past in the Past
Short StoryAgam, aku tetap mencintaimu dengan masa lalu.