4.Kelakuan Satria

32 11 2
                                    

"Sepuluh ribu, neng," canda Arif ketika mereka telah tiba di depan gerbang sekolahnya. Aysya memang selalu minta diturunin di depan gerbang sekolah ketimbang ikut Arif sampai parkiran motor.

"Aelah, cocok banget kak Arif kalau jadi tukang ojek nih," kata Aysya meledek Arif seraya turun dari motornya.

Arif tertawa kalem. Aysya tertawa, merasa ledekannya yang barusan lucu. Aysya kemudian meraih tanamgan kakanya, membungkuk, dan mencium punggung tangan kakaknya itu.

"Belajar yang rajin dek," kata Arif sambil mengelus-ngelus kepala Aysya yang tertutup oleh hijab.

Aysya bangkit dari bungkuknya. "Iya bawel, dah sana pergi makir motor duluan!" ujar Aysya, Arif mengangguk.

"Assalammualaikum dek," salam Arif berlalu menuju parkir.

"Kumslam." jawab Aysya.

Aysya melangkah masuk ke dalam arena sekolah. Dilihatnya sekolah sudah mulai ramai oleh siswa-siswi yang lain. Tadinya Aysya berniat ingin nongkrong dikantin sebelum bel masuk, tapi kini dia lebih memilih untuk berjalan langsung menuju kelasnya. Namun, belum sempat dia sampai di kelasnya, Erisya beserta kedua temannya mencegatnya terlebih dahulu.

"Masih ingat sama pesan gue yang kemaren, kan?!" tanya Erisya. Aysya hanya mendelik dengan wajah acuh dan tampak tak pedulinya.

"Awas aja lo kalau lupa!" ancam Erisya dengan tatapan sinisnya.

"Bacot lo!" ucap Aysya datar sambil berlalu meninggalkan Erisya dan kedua temannya. Aysya melanjutkan langkahnya menujun kelasnya.

.
.

"Mikum semua, selamat pagiii..." sapa Aysya dengan senyum cerahnya. Hanya beberapa orang yang menjawab salam Aysya dan itu termasud kedua sahabatnya plus Satria.

"Sya, lo udah ngerjain pr matematika dari bu Kiya gak?" tanya Yana panik, setelah Aysya duduk di kursinya.

"Eh, emang ada pr ya dari bu Kiya?" timpal Aysya dengan wajah polosnya.

"Astagfirullah!! Lo juga pasti lupa nih kan?! Ah, gimana dongggg... Bisa dihukum berjamaah kita!" keluh Yana sambil memusuti kepalanya yang dirasanya pening.

"Elah, santai aja, kan ada Latifah!" Aysya menunjuk Latifah dengan dagunya. "Lo pasti udah ngerjain kan fah?" lanjut Aysya bertanya.

"Nah, sebenarnya tu gue udah ngerjain. Tapi.... Bukunya ketinggalan." sahut Latifah.

"WHAT!!" Aysya seketika memekik.

"Makanya, gue panik!" ujar Yana yang sepertinya udah tau dengan situwasi.

"Yaudah buruan, kerjain berjemaah aja." saran Aysya yang bergerak cepat, mengeluarkan buku lks matematika dan peralatan tulis lainnya.

"Gue ikut!" ujar Satria yang tiba-tiba muncul diantara tiga wanita yang tengah berjuang.

"Gak ada, gak ada! Lo paling-paling gak bantu, cuma mau nyontek aja!" sahut Aysya sambil mengibaskan tangannya, memberi kode untuk agar Satria menjauh.

"Biarin aja Sya, kasian juga dia." ucap Latifah disela pokusnya mengerjakan rumus.

"Uh, iya deh, serah lo aja." Aysya kembali pokus pada rumusnya juga dan kini di sampingnya ada Satria yang hanya menyalin jawaban dari Aysya dan kedua temannya.

Bel masuk berbunyi. Beruntungnya mereka cepat menyeselesaikan tugasnya sebelum bu Kiya memasuki ruangan. Mereka kembali ke kursi mereka masing-masing.

"Alhamdulillah banget, gak jadi kena hukuman." desis Yana pelan.

Waktu terus berjalan, masing-masing dari siswa dan siwi terus kena giliran untuk maju kedepan menjawab soal yang diberikan bu Kiya.

AysyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang