6.Rencana

14 2 0
                                    

Mentari menampakkan sinar teriknya. Menerkam setiap manusia yang bisa di jangkaunya. Termasuk para siswa-siswi yang bersembunyi di balik kantin. Teriknya mampu melelehkan peluh di tubuh mereka. Namun, sang perisai angin selalu datang melindungi mereka. Pelindungnya mampu mengubah peluh menjadi sebuah kesegaran yang nyata.

Aysya, Latifah, dan Yana segera mengambil duduk di bangku kantin yang masih kosong, karena tempat mereka yang biasa nimbrung telah di tempati oleh orang lain. Mereka langsung duduk di kursi kantin yang masih kosong itu, setelah memesan makanan favorite dan minuman favorite mereka, sebelum di tempati oleh pengunjung kantin lain lagi. Selama ini kantin memang selaluanjadi tempat yang paling banyak di kunjungi ketika jam istirahat tiba. Bahkan, terkadang kantin juga di gunakan oleh siswa-siswi yang suka bolos, untuk nonkrong ketika pelajaran sedang berlangsung.

Tak jauh dari tempat Aysya duduk, Erisya dan kedua temannya nampak sedang asik dengan sebuah pembahasan. Bahkan suara mereka pun terdengar jelas sampai ketilinga Aysya. Di sana mereka di temani dengan 3 gelas es jeruk, tiga bungkus roti boy, dan tiga bungkus biskuit roma. Dari ocehan mereka, Aysya mengetahui bahwa mereka sedang asik membahas soal percintaan mereka.

"Oh ya, gimana hubungan lo sama Arif?" tanya Rahma antusias sambil membuka biskuit dan memakannya. Di sampingnya, Farida sedang menikmati segarnya es jeruk.

"Ya, gitu-gitu aja sih! Dia acuh mulu. Tapi hari ini gue bakal kasih dia kejutan." jawab Erisya.

"Wow, semangat deh buat usaha lo. Semoga berhasil, pepet terus Sya." ujar Farida.

"Wahhh, gak berjalan mulus hubungan lo ya Sya. Kalau gue sih sekarang ayang gue makin romantis." ungkap Rahma.

"Gak usah di kasih tau, juga gue udah tau." sahut Erisya cetus.

"Haha, trus-trus kasih tau dong kejutan apa yang bakal lo kasih sama doi," serbu Farida.

"Itu rahasia. Tapi gue yakin dia gak bakal nolak gue kali ini dan gue juga yakin dia bakal nanggapin apa yang gue lakuin ke dia itu." ujar Erisya dengan senyum seringainya.

Ketika Aysya mendengar ucapan Erisya barusan. Aysya tiba-tiba berdiri, menghampiri meja Erisya dan menatapnya tajam.

"Sudahlah, dekel! Lo gak bakal bisa berhasil sama rencana licik lo itu. Itu semua bakal sia-sia."

"Apaan sih lo, dateng-dateng ngegas gituh! Bilang aja lo ngiri dan takut kalah saing sama gue. Gue tau kalo lo juga suka Arif." sahut Erisya sinis. Matanya mendelik, menatap tajam Aysya dengan penuh keangkuhan. "Gue yakin lo bakal jauh dari Arif, setelah gue miliki dia. Dan gue juga udah ngelakuin apa yang ingin gue lakuin."

Aysya kaget mendengar ucapan Erisya barusan. Dia bertanya-tanya, kira-kira apa yang telah di lakukan Erisya kepada kakanya itu. Dilihatnya kini Erisya tersenyum penuh kemenangan. Namun, Aysya lebih penasaran apa yang terjadi pada kakanya. Aysya tak terlalu khawatir, karena dia tau kakanya itu lebih pandai memindai masalah dari pada dirinya.

"Lo harus tau dekel. Kalau kak Arif sampai lo apa-apain, abis lo kena bogem gue." kini Aysya tak bisa lagi menahan rasa jengkelnya pada Erisya. Dia melangkah keluar kantin mendahului teman-temannya, karena kalau Aysya berlama-lama di kantin bersama Erisya, mungkin saja kesabarannya akan habis dan usahanya merubah diri akan gagal. Aysya berjalan ke arah taman belakang, tempat di mana dia sering bersantai melakukan meditasi bersama alam.

"Assalammualaikum," salam Radsam yang entah muncul dari mana.

"Salam. Kenapa lo ada di sini kak?" tanya Aysya menatap Radsam sekilas dan kemudian berpaling, kembali menatap pohon rindang yang ada di hadapannya.

Radsam duduk di kursi yang agak jauhan dari Aysya.

"Gue tadi baru selesai ngapal." jawab Radsam.

"Emang ngapal apa kak?" lagi, Aysya bertanya.

"Ngapal surah aja kok," ujarnya. Aysya melihat sebuah Al-qur'an yang saat inj sedang di gengam Radasam di tangannya.

"Seriusan lo juga ngapal qur'an ka? Wah, Subhanallah banget. Terusin kak, pepet sampai 30 juz." ujar Aysya auntisis.

Radsam tertwa. "Insya Allah," sahutnya ramah.

"Oh ya, kakak anak dkm kan? Kenal sama kak Arif gak? Dia anak dkm juga." ujar Aysya.

"Muhammad Arif?" tanya Radsam memastikan.

"Iya itu."

"Kenal kok gue sama dia. Emang kenapa Sya?" tanya balik Radsam. Terbesit rasa penasaran juga di benak Radsam. Kenapa Aysya bertanya tentang Arif? Apa hubungan mereka? Kemaren juga terlihat akrab? Tidak mungkin Arif berpacaran dengan Aysya sementara dia tau hukumnya pacaran. Itulah yang terbesit di benak Radsam saat ini. Namun segera Radsam menghilangkan pikiran negatifnya itu.

Aysya tersenyum "Dia kakak gue." jawab Aysya enteng.

"Eh, seriusan?" Radsam terhenyak. Betapa bodohnya dia yang baru saja berpikir amcam-macam barusan.

"Iya kak, emang lo gak pernah nanya sama kak Arif kak?" tannya Aysya dengan suara yang santai.

"Em...enggak sih, soalnya gue gak mau kepo juga." sahut Radsam.

"Hahahaha, iya deh kak. Tau kok situ anak dkm yang gak bakal kepoan, selain urusan ibadah." ujar Aysya sedikit bercanda.

Radsam juga tertwa. "Gue duluan ya Sya. Soalnya bentar lagi bel masuk bunyi." ujar Radsam berdiri dari posisi duduknya barusan.

"Eh, iya kak. Gue juga mau balik kelas kok."

"Assalammualaikum," salam Radsam.

"waaikumsalam," sahut Aysya.

Kini Aysya melangkah menuju kelasnya dan sesampainya di kealas, Aysya langsung masuk kedalam kelasnya dan duduk di kursinya.

"Kemana aja lo Sya? Kita nyariin tau." ujar Yana.

"Biasa, taman belakang. Nyari angin buat nyegarin otak mendidih gue biar jadi dingin lagi."

"Lha, bukannya lebih baik dinginin otak di mushalla Sya. Biar nambeh adem laksanain aja sholat sunah dhua." sahut Latifah. Aysya menarik napsanya. Memang pada dasarnya kalau buat nenangin pikiran itu sebaiknya ke mushalla, tapi Aysya lebih suka menikmati alam ketimbang duduk di muahalla.

"Iya sih, kenapa gue ketaman ya? Padahal pen hijrahkan ya guenya?" tanya Aysya pada dirinya sendiri. Dia memang tak pernah ketinggalan jika sholat lima waktu, tapi jujur saja, Aysya tak pernah ke mushalla jika tak ada kepentingan baginya. Jadi dia ke mushalla hanya ketika ingin sholat dzhur saja. Asharpun dia kerjakan di rumah dengan waktu yang mepet. Beda dari Arif yang selalu aktif di mushalla.

"shutttt...guru masuk." peringat Latifah yang melihat ke arah pintu masuk kelasnya.

BERSAMBUNG!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AysyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang